20 May 2020

Konsep Dasar Diabetic Foot

 

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN DIABETIC FOOT

I.     KONSEP DASAR DIABETIC FOOT

A.  PENGERTIAN

Kaki diabetik adalah infeksi, ulkus, dan atau kerusakan pada jaringan yang berhubungan dengan gangguan pada saraf dan aliran darah pada kaki (Adhiarta, 2011; Gitarja, 2008). Gangguan pada saraf dan aliran darah ini disebabkan karena hiperglikemia.

Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius akibat Diabetes, (Andyagreni, 2010).

Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk  terjadinya Ulkus melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (Zaidah, 2005).

Kaki diabetik adalah kelainan tungkai bawah akibat diabetes melitus yang tidak terkontrol. Kesimpulannya, kaki diabetik adalah kerusakan jaringan pada kaki diakibatkan karena gula darah yang tidak terkontrol.

 

B.  ETIOLOGI

Terdapat 3 hal yang menyebabkan pasien diabetes mempunyai risiko lebih tinggi mengalami masalah kaki antara lain: sirkulasi darah dari jantung ke kaki dan tungkai menurun, berkurangnya indra rasa pada kaki, dan berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Masalah – masalah umum pada kaki :

1.    Kapalan, mata ikan dan melepuh

Kapalan (callus), dan mata ikan (corn atau kultimulmul) merupakan penebalan atau pengerasan kulit yang juga terjadi pada kaki diabetes, akibat adanya neuropati dan penurunan sirkulasi darahdan juga gesekan atau tekanan yang berulang – ulang pada daerah tertentu di kakai. Bila tidak ditangani dengan ntepat maka akan menimbulkan luka pada jaringan di bawahnya, yang berlanjut infeksi dan menjadi ulkus. Kulit melepuh atau iritasi sering disebabkan pemakaian sepatu yang sempit. Ulkus harus segera diobati dan dirujuk kre podiatrist atau tim kesehatan.

2.    Cantengan (kuku masuk ke dalam jaringan)

Cantengan merupakan luka infeksi pada jaringan sekitar kuku yang sering disebabkan oleh pertumbuhan kuku yang salah, akibat dari perawatan kuku yang tidak tepat, misalnya pemotongan kuku terlalu pendek atau miring, dan kebiasaan mencungkil kuku yang kotor.  Cantengan ditandai dengan sakit pada jaringan sekitar kuku, merah dan bengkak, serta keluar cairan nanah, yang harus segera ditanggulangi.

 

3.    Kulit kaki retak dan luka kena kutu air

Kerusakan saraf dapat menyebabkan kulit sangat kering, bersisik, tetak, dan pecah – pecah, terutama pada sela – sela jari kaki. Kulit kaki yang pecah memudahkan berkembangnyainfeksi jamur (kutu air), yang dapat berlanjut menjadi ulkus gangren.

4.    Kutil pada telapak kaki

Kutil pada telapak kaki disebabkan oleh virus dan sangat sulit dibersihkan. Biasanya terjadi pada telapak kaki hampir mirip dengan kalus, periksakan ke dokter.

5.    Radang ibu jari kaki

Pemakaian sepatu yang terlalu sempit dapat menimbulkan luka pada jari–jari kaki, kemudian terjadi peradangan. Adanya neuropati dan peradangan yang lain pada ibu jari kaki menyebabkan terjadinya perubahan bentuk ibu jari kaki seperti martil (hammer toe). Hal ini dapat pula disebabkan oleh kelainan anatomik yang menimbulkan titik tekan abnormal pada kaki. Kadang–kadang pembedahan diperlukan untuk mencegah komplikasi ke tulang.

 

C.  KLASIFIKASI KAKI DIABETIK

Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita Diabetes Melitus terdiri dari 6 tingkat

Klasifikasi kaki Diabetik menurut Wagner Tingkat Lesi:

0

Tidak ada luka terbuka, kulit utuh

1

Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit

2

Ulkus menyebar ke ligament, tendon, sendi, fascia dalam tanpa adanya abses atau osteomyelitis

3

Ulkus disertai abses, osteomyelitis atau sepsis sendi

4

Gangrene yang terlokalisir pada ibu jari, bagian depan (distal) kaki

atau tumit

5

Gangrene yang membesar meliputi kematian semua jaringan

Kaki/seluruh kaki.

 

D.  PATHOFISIOLOGI

Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.

Hiperglikemia yang tidak terkontrol akan menimbulkan komplikasi kronik seperti neuropati perifer, gangguan vaskular,        dan infeksi

1.      Neuropati perifer

Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang bisa merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak terasa. Neuropati akan menghambat signal, rangsangan atau terputusnya komunikasi dalkam tubuh.  Saraf dalam kaki sangat penting untuk menyampaikan pesan ke otak, misalnya rasa sakit saat tertusuk paku atau rasa panas saat terkena benda-benda panas. Kaki diabetes dengan neuropati akan mengalami gangguan:

a.       sensorik (perasaan baal atau kebal parastesia), kurang berasa (hiperstesia) terutama ujung kaki terhadap rasa panas, dingin dan sakit, terkadang disertai rasa pegal dan nyeri di kaki )

b.      motorik (ditandai dengan kelemahan sistem otot, otot mengecil, mudah lelah, kram otot, deformitas kaki (charcot), ibu jari seperti palu (hammer toe), dan sulit mengatur keseimbangan tubuh)

c.       otonomik (ditandai dengan kulit kering, pecah-pecah dan tampak mengkilat karena kelenjar keringat di bawah kulit berkurang). 

Meningkatnya ulkus pada kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal, sebagai berikut :

a.      hilangnya sensibilitas yang memberikan perlindungan terhadap rasa nyeri, tekanan dan suhu

b.      neuropati motorik menyebabkan atrophi dan kelemahan otot-otot intrinsik (interosseus, lumbrikal) yang menyebabkan deformitas fleksi (claw toes) sehingga terjadi peningkatan tekanan pada daerah metatarsal dan ujung jari kaki

c.       neuropati otonom perifer menyebabkan produksi keringat berkurang sehingga kulit kering dan mudah pecah. Luka pada neuropati perifer disebabkan oleh beberapa faktor , seperti tekanan terus menerus ( sepatu sempit ), tekanan berulang  (waktu berjalan ), luka tusuk, home surgery (memotong kuku, mengikis kalus), antiseptik, dan trauma panas.

2.      Gangguan pembuluh darah

Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/ besar pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh. Keadaan hiperglikemia yang terus menerus akan mempunyai dampak  pada ketidakmampuan pembuluh darah berkontraksi dan relaksasi berkurang (aterosklerosis ). Hal ini mengakibatkan sirkulasi darah tubuh menurun, terutama kaki dengan gejala antara lain:

a)      sakit pada tungkai bila berdiri, berjalan, dan melakukan mkegiatan fisik

b)      jika diraba kaki terasa dingin, tidak hangat

c)      rasa nyeri pada kaki saat istirahat dan pada malam hari

d)     sakit pada telapak kaki setelah berjalan

e)      jika luka sukar sembuh

f)       pemeriksaan tekanan nadi menjadi kecil atau hilang

g)      perubahan warna kulit, kaki tampak pucatatau kebiru-biruan. Umumnya kelainan pembuluh darah jarang menyebabkan ulkus tapi dapat menghambat penyembuhan luka. Gangguan pembuluh darah dapat dideteksi dengan angiografi, perabaan pulsasi denyut nadi, serta nilai Ankle Brachial Index yaitu perbandingan tekanan darah sistolik kaki dan lengan.

 

 

3.      Infeksi

Penurunan sirkulasi darah pada daerah kaki akan menghambat penyembuhan luka, akibatnya kuman masuk ke dalam luka dan terjadi infeksi. Infeksi pada diabetes diawali adanya luka pada kulit (biasanya luka neuropatik) yang memungkinkan masuknya flora kulit ke dalam jaringan dermis dan subkutan. Peningkatan kadar GD akan menghambat kerja lekosit dalam mengatasi infeksi, luka menjadi ulkus gangren dan terjadi perluasan infeksi sampai ke tulang (osteomielitis). Kaki yang mengalami ulkus gangren luas sulit diatasi, memerlukan tindakan amputasi.

 

E.  MANIFESTASI KLINIS

Adapun gambaran luka padapenderita kencing manis dapat berupa: demopati (kelainan kulit berupa bercak-bercak bitam di daerah tulang kering), selulitis (peradangan dan infeksi kulit), nekrobiosisi lipiodika diabetik (berupa luka oval, kronik, tepi keputihan), osteomielitis (infeksi pada tulang) dan gangren (lika kehitaman dan berbau busuk).

Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :

a.       Pain (nyeri)

b.      Paleness (kepucatan)

c.       Paresthesia (kesemutan)

d.      Pulselessness (denyut nadi hilang)

e.       Paralysis (lumpuh).

Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine:

a.       Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).

b.       Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten

c.       Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.

d.      Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).

Smeltzer dan Bare (2001).

 

 

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Arora (2007: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi beberapa hal yaitu:

1.      Postprandial

Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130 mg/dl mengindikasikan diabetes.

2.      Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.

3.      Tes toleransi glukosa oral

Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.

4.      Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah.

5.      Kultur Pus

Untuk mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic yang sesuai dengan jenis kuman.

 

G. PENATALAKSANAAN

1.    Prosedur Pembedahan

Beberapa tindakan bedah khusus diperlukan dalam pengelolaan kaki diabetik ini, sesuai indikasi dan derajat lesi yang dijumpai seperti :

Insisi                                     : abses atau selullitis yang luas

Eksisi                                    : pada kaki diabetik derajat I dan II

Debridement/nekrotomi       : pada kaki diabetik derajat II, III, IV dan V

Mutilasi                                : pada kaki diabetik derajat IV dan V

Amputasi                              : pada kaki diabetik derajat V

2.    Pencegahan Primer

a.    Edukasi kesehatan DM, komplikasi dan perawatan kaki

b.    Status gizi yang baik dan pengendalian DM

c.    Pemeriksaan berkala DM dan komplikasinya

d.   Pemeriksaan berkala kaki pasien DM

e.    Pencegahan / perlindungan terhadap trauma (sepatu, dll.)

f.     Higiene personal termasuk kaki

g.    Menghilangkan faktor biomekanis yang mungkin menyebabkan ulkus.

3.    Perawatan Luka

Setiap luka yang timbul pada penyandang DM sebaiknya dianggap serius hingga terbukti tidak mengancam nyawa atau diperlukan tindakan amputasi.  Setiap luka berisiko infeksi, sehingga penatalaksanaannya secara holistik yang melibatkan kontrol luka, dan kontrol infeksi. Tetapi tidak semua luka pada penyandang DM harus dirawat inap.  Tentu perlu penilaian klinis dan tidak ada konsensus tertentu yang menentukan luka jenis apa yang dirawat inap.  Luka yang superfisial, tidak mencapai subkutan tanpa disertai SIRS dan tidak ada komorbiditas yang serius, maka dapat dilakukan perawatan di rumah, tapi bila luka lebih  dan sisertai gejala SIRS, maka sebaiknya dirawat di rumah sakit.

4.    Perawatan kaki sehari –hari

a.    Bersihkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan sabun mandi dan air bersih, termasuk sela-sela jari kaki. Gosok kaki dengan sikat lembut atau batu apung, kemudian dikeringkan dengan handuk.

b.    Berikan pelembab atau lotion apada daerah kaki yang kering, agar kulit tidak retak, jangan berikan pada sela-sela jari kaki karena akan menjadi sangat lembab, memudahkan tumbuh jamur.

c.    Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek atau terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam. Bersihkan kuku setiap pada waktu mandi dan berikan krem pelembab kuku.

d.   Pakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki dari luka. Jangan sandal jepit, dapat melukai sela-sela jari kaki I dan II.

e.    Gunakan sepatu atau sandal yang baik sesuai ukuran dan enak untuk dipakai, ruang dalam sepatu yang cukup untuk jari-jari. Pakailah kaos kaki atau stocking yang bersih dan pasterbuat dari katun. Syarat sepatu yang baik untuk diabetik : ukuran : sepatu bebih dalam; panjang sepatu ½ inchi lebih panjang dari jari-jari kaki terpanjang saat berdiri; bentuk : ujung sepatu lebar, tinggi tumit sepatu < 2 inchi; insole tidak kasar dan licin, terbuat dari busa karet, plastik dengan tebal 10n – 12 mm; ruang dalam sepatu longgar.

f.     Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda–benda tajam seperti paku, jarum dan duri. Lepas sepatu tiap 4–6 jam serta gerakan pergelangan dan jari-jari kaki.

g.    Bila menggunakan sepatu baru, lepaskan sepatu tiap 2 jam kemudian periksa keadaan kaki.

h.    Bila ada luka kecil, obati luka dan tutup, serta periksa apakah ada tanda-tanda radang.

i.      Segera ke dokter bila kaki terluka.

j.      Periksakan kaki ke dokter secara rutin.

 

II.       KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1.      Identitas Pasien

2.      Keluhan Utama

Nyeri pada luka, lemas, mual, muntah, luka lama dan tidak sembuh.

a.       Kondisi hiperglikemi

Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.

b.      Kondisi hipoglikemi

Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.

 

3.      Riwayat Kesehatan

a.       Riwayat kesehatan yang lalu

DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.

b.      Riwayat kesehatan sekarang

Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat badan berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM, baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

 

 

c.       Riwayat kesehatan keluarga

Karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik dan pada keturunan DM lebih besar dampaknya untuk mengalami penyakit DM juga

d.      Riwayat Luka

Lokasi luka; timbulnya luka; riwayat trauma sebelumnya; kekambuhan; ada tidaknya infeksi; riwayat perawatan rumah sakit; perawatan luka sebelumnya, perhatian keluarga (orang terdekat di rumah) terhadap luka; riwayat trauma atau pembedahan pada kaki; adanya udem (uni atau bilateral); kelainan bentuk kaki (charcot); riwayat pengobatan charcot.

 

4.      Data Bio, Psiko, Sosial, Spiritual

a.      Bernafas

Pasien dapat mengalami takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas, RR > 24 x/menit.

b.      Makan dan minum

Pasien mengalami peningkatan atau penurunan nafsu makan.

c.       Eliminasi

Pasien biasanya mengalami diare dan poliuria.

d.      Aktivitas

Dalam aktivitasnya, pasien yang mengalami DM akan mengalami pembatasan dalam aktivitas untuk mengurangi resiko cidera.

b.      Rekreasi

Pasien tetap dapat berekreasi tetapi rekreasi yang tidak menyebabkan cidera.

c.       Istirahat dan tidur

Pasien DM akan mengalami gangguan tidur karena terganggu oleh poliuria dan kencing pada malam hari.

d.      Kebersihan diri

Pada pasien DM diharuskan lebih menjaga dan merawat diri untuk mencegah terjadinya ulkus.

e.       Pengaturan suhu

Pasien DM tidak mengalami perubahan suhu, kecuali bagi pasien yang mengalami komplikasi.

f.       Rasa nyaman

Pasien akan merasa tidak nyaman terutama pada pasien yang sudah mengalami ulkus pada tubuhnya.

g.      Rasa aman

Pasien akan merasa tidak aman dengan makanan yang dimakan dan aktivitas yang dilakukannya, karena banyak faktor yang menyebabkan DM.

h.      Belajar

Pasien akan  belajar mengenai penyakit DM agar, anggota kelurganya yang lain tidak mengalami penyakit yang sama dengan pasien.

i.        Prestasi

Dapat mengetahui cara pencegahan dari penyakit DM.

j.        Hubungan sosial

Pasien biasanya susah berkomunikasi terutama pada pasien yang sudah mengalami gangren pada bagian tubuhnya.

k.      Ibadah

Pasien susah untuk melaksanakan ibadah sebagaimana mestinya pasien beribadah.

5.      Pemeriksaan Fisik

a.       Keadaan Umum

1.      Kesadaran

Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.

2.      Vital sign

Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya. Meliputi Tekanan darah, Temperatur/ suhu, Nadi, dan Pernafasan

3.      Head to Toe

Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.

a)      Kepala

Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.

b)      Muka

Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau tidak, pucat atau tidak.

c)      Mata

Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak. Pengkajian kontak mata saat diajak berkomunikasi, fokus atau tidak fokus. Simetris mata, refleks pupil terhadap cahaya, terdapat gangguan penglihatan apabila sudah mengalami retinopati diabetik.

d)     Hidung

Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak. Adanya sekret, pernapasan cuping hidung, ketajaman saraf penghidung menurun.

e)      Telinga

Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan sekret atau tidak. Fungsi pendengaran mungkin menurun.

f)       Mulut

Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah atau tidak, stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak, mukosa bibir kering.

g)      Kulit

Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.

h)      Leher

Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, vena jugularis atau tidak.

i)        Ketiak

Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.

j)        Dada

Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak.

k)      Abdomen

Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan pembesaran perut.

l)        Ekstermitas atas dan bawah

Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor kulit, ikterik, sianosis, udema, dan reflek. Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.

m)    Genitalia

Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses ataupun pengeluaran yang tidak normal. Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada pria, dan sulit orgasme pada wanita

n)      Anus

Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau tidak.

b.      Data Penunjang

Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan dan penyakit.

c.       Diagnosa Medis

d.      Pengobatan

 

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Nyeri Akut berhubungan dengan diabetik foot

2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan pemasukan oral, ketidakcukupan insulin.

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan meningkatkan kebutuhan metabolisme.

4.      Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah ke perifer.

5.      Resiko cedera berhubungan dengan penurunan sensasi raba, hipoglikemia, penurunan tajam pengelihatan.

6.      Resiko infeksi berhubungan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah.

7.      Kerusakan integritas kulit berhubungan, dengan destruksi jaringan kulit, penurunan suplai darah sekunder terhadap DM, peningkatan kadar glukosa dalam darah.

8.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder terhadap amputasi.

9.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik sekunder terhadap hiperglikemia.

10.  Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidaksadaran.

11.  Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penyakit dan penatalaksanaannya

12.  Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri luka diabetik foot.

 

 

 

 

C.    INTERVENSI

No

Diagnosa

NOC

NIC

1.

Nyeri akut

 

NOC:

1.                  Pain level

2.                  Pain control

3.                  Comfort level

Kriteria Hasil :

1.    Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri)

2.    Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3.    Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas,frekuensi, dan tanda nyeri)

4.    Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

 

NIC:

Pain Manajement

1.        Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

2.        Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan, seperti pasien tampak meringis, dan memegangi bagian tubuh yang sakit.

3.        Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.

4.        Kontrol lingkungan yang dapat menpengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

5.        Kurangi faktor presipitasi nyeri.

6.        Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi (analgetik), dan non – farmakologi (relaksasi nafas dalam)

7.        Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.

8.        Ajarkan tentang tehnik non – farmakologi.

9.        Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

2.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

NOC :

1.      Nutritional Status

2.      Nutritional Status : food and fluid intake

3.      Nutritional Status : nutrient intake

4.      Weight control

Kriteria Hasil :

1.    Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

2.    Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3.    Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4.    Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

5.    Menunjukkkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC :

Nutrision Management

1.    Kaji adanya alergi makanan

2.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

3.    Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

4.    Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

5.    Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

6.    Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

7.    Kaji kemempuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

1.      BB pasien dalam batas normal

2.      Monitor adanya penurunan berat badan

3.      Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan

4.      Monitor lingkungan selama makan

5.      Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

6.      Monitor mual muntah

7.      Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

Monitor kalori dan intake nutrisi

3.

Intoleransi aktivitas

NOC :

1.      Energy Conservation

2.      Activity Tolerance

3.      Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :

1.      Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

2.      Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

3.      Keseimbangan aktivitas dan istirahat

 

NIC :

Activity Therapy

1.      Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

2.      Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

3.      Monitor nutrisi  dan sumber energi yang adekuat

4.      Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

5.      Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

6.      Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

7.      Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

8.      Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

9.      Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

10.  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

11.  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

12.  Bantu untuk  mengidentifikasi aktivitas yang disukai

13.  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

14.  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

15.  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

4.

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

NOC :

1.   Circulation status

2.   Tissue Prefusion : cerebral

Kriteria Hasil :

1.      mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :

a.    Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan

b.    Tidak ada ortostatikhipertensi

c.    Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)

2.      mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:

 

a.    berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan

b.    menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi

c.    memproses informasi

d.   membuat keputusan dengan benar

e.    menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter

NIC :

Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)

1.       Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul

2.      Monitor adanya paretese

3.      Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi

4.      Gunakan sarun tangan untuk proteksi

5.      Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

6.      Monitor kemampuan BAB

7.      Kolaborasi pemberian analgetik

8.      Monitor adanya tromboplebitis

9.      Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi

 

5.

Resiko cedera.

NOC:

1.      Risk Kontrol

Kriteria Hasil:

1.      Klien terbebas dari cidera

2.      Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/cidera

3.      Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/perilaku personal

4.      Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

NIC :

Enviroment Management (Manajemen Lingkungan)

1.      Indentifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan level  fisik dan fungsi koognitif serta riwayat kebiasaan sebelumnya.

2.      Indentifikasi benda-benda beresiko di lingkungan.

3.      Pindahkan benda-benda berbahaya dari  lingkungan pasien.

4.      Modifikasi lingkungan meminimalisir bahaya dan resiko.

5.      Siapkan pasien dengan telfon emergency.

6.      Beritahu pasien terhadap resiko individual dan kelompok mengenai bahaya dan resiko.

7.      Kolaborasikan dengan petugas lain untuk meningkatakan keamanan lingkungan.

6.

Resiko infeksi

NOC :

1.      Immune Status

2.      Knowledge : Infection control

3.      Risk control

Kriteria Hasil :

1.      Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

2.      Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

3.      Jumlah leukosit dalam batas normal

4.      Menunjukkan perilaku hidup sehat

v

NIC :

Infection Control

1.      Pertahankan teknik aseptif

2.      Batasi pengunjung bila perlu

3.      Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

4.      Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

5.      Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

6.      Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

7.      Tingkatkan intake nutrisi

Infection Protection

1.         Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

2.         Pertahankan teknik isolasi k/p

3.         Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase

4.         Monitor adanya luka

5.         Dorong masukan cairan

6.         Dorong istirahat

7.         Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

8.         Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

 

7.

Kerusakan integritas kulit

NOC:

1.      Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes

2.      Hemodyalis Akses 

Kriteria Hasil :

1.      Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

2.      Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit yang mengalami gangguan

3.      Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

4.      Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

NIC :

Pressure Management

  1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
  2. Hindari kerutan padaa tempat tidur
  3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
  4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
  5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
  6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
  7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
  8. Monitor status nutrisi pasien
  9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
  10. Inspeksi kulit terutama pada tulang-tulang yang menonjol dan titik-titik tekanan ketika merubah posisi pasien.
  11. Jaga kebersihan alat tenun.

8.

Gangguan citra tubuh

NOC:

1.      Body Image

2.      Self esteem

Kriteria Hasil:

1.      Body image positif

2.      Mampu mengidentifikasi kekuatan personal

3.      Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh

4.      Mempertahankan interaksi sosial

 

NIC:

Body Image Enhancement

1.      Diskusikan dengan klien tentang perubahan dirinya

2.      Bantu klien dalam memutuskan tingkat actual perubahan dalam tubuh atau level fungsi tubuh

3.      Monitor frekuensi pernyataan klien

4.      Berikan dukungan dan suport mental serta spiritual.

5.      Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan sacara mental dan spiritual

 

9.

Kekurangan volume cairan

NOC:

1.      Fluid balance

2.      Hydration

3.      Nutritional Status : Food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

1.      Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal.

2.      Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

3.      Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

NIC :

Fluid Management

1.          Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2.          Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan

3.          Monitot Vital Sign.

4.          Kolaborasi pemberian cairan IV.

5.          Monitor status nutrisi

6.          Dorong masukan oral

7.          Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 – 100cc/jam)\

8.          Pasang kateter jika perlu

9.          Monitor intake dan urin output setiap 8 jam

10.

Defisit perawatan diri

NOC:

1.      Activity Intolerance

2.      Mobility: Physical impaired

3.      Self Care Deficit Hygiene

4.      Sensory perpeption, Auditory disturbed

Kriteria Hasil:

1.      Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (makan, berpakaian, kebersihan, toileting, ambulasi)

2.       Kebersihan diri pasien terpenuhi.

3.      Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan hygiene oral.

4.      Klien terbebas dari bau badan

 

NIC:

Self-Care Assistance: Bathing/Hygiene

1.Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri

2.Monitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian, toileting dan makan.

3.Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat diri

4.Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

5.Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya

6.Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin

7.Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

8.Berikan reinforcement atas usaha yang dilakukan dalam melakukan perawatan diri sehari hari.

 

11.

Defisiensi pengetahuan

NOC:

1.      Kowlwdge : disease process

2.      Kowledge : health Behavior

 

Kriteria hasil:

1.      Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

2.      Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

3.      Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

 

NIC:

Teaching : Disease Process

1.          Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga

2.         Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3.         Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

4.         Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

5.         Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

6.         Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

7.         Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

8.         Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

9.         Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

10.     Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

12.

Gangguan pola tidur

 

NOC:

1.      Anxiety Control

2.      Comfort Level

3.      Pain Level

4.      Rest : Extent and Pattern

5.      Sleep : Extent and Pattern

Kriteria hasil:

1.      Jumlah jam tidur dalam batas normal

2.      Pola tidur,kualitas dalam batas normal

3.       Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat

4.       Mampu mengidentifikasi halhal yang meningkatkan tidur

 

NIC:

Sleep Enhancement

1.    Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur

2.    Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat

3.    Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)

4.    Ciptakan lingkungan yang nyaman

5.    Kolaburasi pemberian obat tidur

 

13

Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penurunan insulin

NOC:

1.      Blood Glucose, Risk For Unstable

2.      Diabetes Self Management

Kriteria Hasil:

1.      Penerimaan: Kondisi kesehatan

2.      Kepatuhan perilaku: Diet sehat

3.      Dapat mengontrol kadar glukosa darah

4.      Dapat mengontrol stress

5.      Dapat memanajemen dan mencegah penyakit semakin arah

6.      Tingkat pemahaman untuk dan pencegahan komplikasi

7.      Dapat meningkatkan istirahat

8.      Mengkontrol perilaku berat badan

9.      Pemahaman manajemen diabetes

10.  Status nutrisi adekuat

11.  Olahraga teratur

NIC:

Hyperglikemia management:

1.      Memantau kadar glukosa darah seperti yang ditunjukkan

2.      Pantau tanda-tanda dan gejal hiperglikemi: poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, kelesuan, malaise, sakit kepala

3.      Mengelola insulin seperti yang ditentukan

4.      Batasi latihan ketika kadar glukosa darah adalah >250 mg/dl, terutama jika keton urin yang hadir.

Memfasilitasi kepatuhan terhadap diet dan latihan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2013. Standards of Medical Care in Diabetes 2013. Diabetes Care Volume 36 Supplement 1 : 11-66.

Anonim. 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan DM. Available at: http://askepmedia.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html. Opened on 24 Mei 2014

Anonim. 2011. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pasien dengan DM. Available at: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-aniknimatu-101-2-bab2.pdf. Opened on 25 Mei 2014

Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta

Nanda NIC-NOC.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG

Nanda NIC-NOC.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta : ECG

Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Dr. Ciptomangunkusumo FKUI. 2009. Penatalaksanaan

          Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Perkeni. 2009. Pedoman Penatalaksanaan Kaki Diabetik. Jakarta : PB. PERKENI

Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. EGC : Jakarta.

Smeltzer & Bare, (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC: Jakarta

Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid 1,2,3, edisi keempat. Jakarta : Internal Publishing.

Yuliana elin, Andrajati Retnosari, dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI