15 April 2011

Nyeri

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1.      Bagaimanakah pengertian dari nyeri ?
2.      Bagaimanakah fisiologi nyeri (resepsi, reaksi, persepsi) ?

1.3  TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan paper ini adalah untuk dapat mengetahui tentang nyeri, fisiologi nyeri ( resepsi, reaksi, persepsi ).

1.4  MANFAAT
Setelah pembuatan paper ini diharapkan penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang pengetahuan nyeri, fisiologi ( resepsi, reaksi, persepsi).





BAB II
PEMBAHASAN


2.1  DEFINISI NYERI
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang muncul karena adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord.
Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya.

Istilah dalam nyeri
  • Nosiseptor              : serabut syaraf yang mentransmisikan nyeri
  • Non-nosiseptor      : serabut syaraf yang biasanya tidak mentransmisikan nyeri
  • Toleransi nyeri   : intensitas maksimum/durasi nyeri yg individu ingin untuk dpt ditahan
  • System nosiseptif  : system yang teribat dalam transmisi dan persepsi terhadap nyeri
  • Ambang nyeri       : stimulus yg paling kecil yg akan menimbulkan nyeri

Sifat-sifat nyeri
  • Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi
  • Nyeri bersifat subyektif dan individual
  • Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
  • Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien
  • Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
  • Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
  • Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
  • Nyeri mengawali ketidakmampuan
  • Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal

Secara ringkas, Mahon  mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:
  • Nyeri bersifat individu
  • Nyeri tidak menyenangkan
  • Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi
  • Bersifat tidak berkesudahan

2.2  FISIOLOGI NYERI
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap. Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:
a.    Resepsi        :  proses perjalanan nyeri
b.   Persepsi       :  kesadaran seseorang terhadap nyeri
c.    Reaksi         :  respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri

a.      Resepsi
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf  perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P  ini menyebabkan transmisi  sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek protektif.
Contoh:
Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan juga melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan setrika.
Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi normal. Ada beberapa factor yang menggangu proses resepsi nyeri, diantaranya sebagai berikut:
·         Trauma
·         Obat-obatan
·         Pertumbuhan tumor
·         Gangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)

Tipe serabut saraf perifer
Serabut saraf A-delta :
·         Merupakan serabut bermyelin
·         Mengirimkan pesan secara cepat
·         Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan lokasi nyerinya
·         Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti , otot tendon dll
·         Biasanya sering ada pada injury akut
·         Diameternya besar
·         Tidak bermyelin
·         Diameternya sangat kecil
·         Lambat dalam menghantarkan impuls
·         Lokasinya jarang, biasanya dipermukaan dan impulsnya bersifat persisten
·         Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat, dan tekanan halus
·         Reseptor terletak distruktur permukaan

Serabut saraf c
Neuroregulator
·         Substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus saraf, berperan penting pada pengalaman nyeri
·         Substansi ini titemukan pada nocicepåtor yaitu pada akhir saraf dalam kornu dorsalis medula spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran spinotalamik
·         Neuroregulator ada dua macam yaitu neurotransmitter dan neuromodulator
·         Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah synaptik antara dua serabut saraf
contoh: substansi P, serotonin, prostaglandin
·         Neuromodulator memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi stimulus saraf tanpa mentrasfer secara langsung sinyal saraf yang melalui synaps.
Contoh: endorphin, bradikinin
·         Neuromodulator diyakini aktifitasnya secara tidak langsung bisa meningkatkan atau menurunkan efek sebagian neurotransmitter

b.      Persepsi
·         Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek.
·         Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat bereaksi
Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:
Stimulus nyeri  Medula spinalis  Talamus Otak (area limbik)  Reaksi emosi Pusat otak Persepsi
Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus, selanjutnya serabut mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang  yang bisa mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan mempersepsikan nyeri.

c.       Reaksi
·         Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri.
·         Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi ”flight atau fight”, yang merupakan sindrom adaptasi umum
·         Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan respon fisiologis,  apabila nyeri berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis akan bereaksi
Secara ringkas proses reaksi adalah sebagai berikut:
Impuls nyeri medula spinalis batang otak & thalamus Sistem syaraf otonom Respon fisiologis & perilaku
Impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menuju ke batang otak dan talamus. Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis bereaksi, maka akan timbul respon fisiologis dan akan muncul perilaku.
Ø      RESPON FISIOLOGIS TERHADAP NYERI
Stimulasi Simpatik : nyeri ringan, moderat, dan superficial)
·        Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
·        Peningkatan heart rate
·        Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
·        Peningkatan nilai gula darah
·        Diaphoresis
·        Peningkatan kekuatan otot
·        Dilatasi pupil
·        Penurunan motilitas GI
Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
·        Muka pucat
·        Otot mengeras
·        Penurunan HR dan BP
·        Nafas cepat dan irreguler
·        Nausea dan vomitus
·        Kelelahan dan keletihan

Ø      RESPON TINGKAH LAKU TERHADAP NYERI
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
·         Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
·         Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
    • Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan
    • Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri)
Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri :
§         Fase antisipasi à terjadi sebelum nyeri diterima.
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena  fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinnkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.
Contoh : sebelum dilakukan tindakan bedah, perawat menjelaskan tentang nyeri yang nantinya akan dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan begitu klien akan menjadi lebih siap dengan nyeri yang nanti akan dihadapi.

§         Fase sensasi à terjadi saat nyeri terasa.
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upay pencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan  gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif.

§         Fase akibat (aftermath) à  terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat ((aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

Ø      KLASIFIKASI  NYERI
a.      Berdasarkan sumbernya
·         Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit / jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). Contoh : terkena ujung pisau atau gunting
·         Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar dan lebih lama daripada cutaneous. Contoh : sprain sendi
·         Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan

b.       Berdasarkan penyebab:
·        Fisik
·        Bisa terjadi karena stimulus fisik (contoh : fraktur femur)
·        Psycogenic
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (contoh : orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya). Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut

c.     Berdasarkan lama/durasinya
·         Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera,  atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan datang.  Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak.  Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu harus menjadi prioritas perawatan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi bisa memanjang dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.
·         Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian. Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri akut. Klien yang mengalami nyeri kronik akan mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan meningkat).  Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang  diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang tidak dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri kronik akan timbul perasaan yan gtidak aman, karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke hari.

Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik
 Nyeri akut
 Nyeri kronik
ü      Lamanya dalam hitungan menit

ü      Ditandai  peningkatan BP, nadi, dan respirasi
ü      Respon pasien : Fokus pada nyeri, menyetakan nyeri menangis dan mengerang
ü      Tingkah laku menggosok bagian yang nyeri
ü      Lamanyna sampai hitungan bulan, > 6bln
ü      Fungsi fisiologi bersifat normal

ü      Tidak ada keluhan nyeri


ü      Tidak ada aktifitas fisik sebagai respon terhadap nyeri


d.      Berdasarkan lokasi/letak
·         Radiating pain
Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (contoh : cardiac pain)
·         Referred pain
Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan berasal dari  jaringan penyebab
·         Intractable pain
Nyeri yg sangat susah dihilangkan (contoh : nyeri kanker maligna)
·         Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (contoh : bagian tubuh yang diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla spinalis

Ø      FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI
·   Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal  jika nyeri diperiksakan.
·      Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (contoh : tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri)
·      Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (contoh : suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri)
·      Makna nyeri
Berhubungan dengan  bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.
·      Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
·      Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
  • Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
·      Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
·         Support keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.


BAB III
PENUTUP


3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
ü      Nyeri adalah semua yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya.
ü      Komponen fisiologi nyeri ada 3 yaitu : resepsi. reaksi, persepsi.
ü      Berdasarkan sumbernya nyeri dibedakan menjadi Cutaneus/ superfisial, Deep somatic/nyeri dalam, Visceral.
ü      Berdasarkan penyebab, nyeri dibedakan menjadi fisik, bisa terjadi karena stimulus fisik, dan psycogenic.
ü      Berdasarkan lama/durasinya, nyeri dibagi 2 yaitu nyeri akut dan nyeri kronik.


DAFTAR PUSTAKA

http://udayatimade.blogspot.com/2011/04/nyeri.html