15 May 2012

Terapi Aktivitas Kelompok Persepsi/Kognitif : HDR


PROPOSAL TAK
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI


A.   TOPIK
Gangguan Konsep Diri         :  Harga Diri Rendah
Sesi 1                                        :  Identifikasi hal positif pada diri


B.   TUJUAN
1.    Tujuan Umum
Peserta TAK mampu meningkatkan hubungan interpersonal anggota kelompok, berkomunikasi, mampu berinteraksi maupun berespon terhadap stimulasi yang diberikan.
2.    Tujuan Khusus
a.    Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan
b.    klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.

C.   LANDASAN TEORI
Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai – nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan (Stuart dan Sundeen dalam keliat, 1992).
Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dimiliki seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan patut dipertimbangkan (Townsend, 2005).
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri (Yoedhas, 2010).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi diri yg negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ).
Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998 ).
Harga diri rendah yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain terutama kesehatan jiwa (Mirzal, 2009).
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005). Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).
Harga diri rendah kronik merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsep diri, dimana perasaan tentang diri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama. Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat. Harga diri rendah kronik juga merupakan suatu komponen utama dari depresi yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai terhukum dan tidak mempunyai rasa (Stuart & Laraia, 2005).
Beberapa penelitian menunjukkan depresi yang diakibatkan karena harga diri rendah, yang salah satunya mempunyai hasil 15.600 siswa sekolah di Amerika, tingkat 6 sampai dengan 10 menunjukkan harga diri rendah yang diakibatkan karena sering dilakukan pengintimidasian/pengejekan berakibat menimbulkan resiko depresi pada usia dewasa (Kendree, 2001).
Penyebab lain dari masalah harga diri rendah diperkirakan juga sebagai akibat dari masa lalu yang kurang menyenangkan, misalnya terlibat napza. Berdasarkan hasil dari overview dinyatakan bahwa pecandu napza biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi. (Shives, 1998).
Terapi keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri bisa dalam bentuk terapi kognitif. Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran negatif yang dialami oleh klien dengan harga diri rendah kronis ke arah berpikir yang positif. Pada keluarga terapi yang diperlukan dapat berupa triangle terapy yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam mengungkapkan perasaan mengenai permasalahan yang dialami oleh anggota keluarga sehingga diharapkan keluarga dapat mempertahankan situasi yang mendukung pada pengembalian fungsi hidup klien. Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi psikoedukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah harga diri rendah kronis yang merupakan salah satu bagian dari masalah gangguan jiwa di masyarakat.


D.   KLIEN
1.    Kriteria
-          Klien yang sehat fisik
-          Klien yang harga diri rendah
-          Klien yang memiliki perasaan negatif pada dirinya
2.    Proses seleksi 
-          Berdasarkan observasi klien sehari-hari
-          Berdasarkan informasi dan diskusi dengan perawat ruangan mengenai prilaku klien sehari-hari
-          Hasil diskusi kelompok
-          Berdasarkan asuhan keperawatan
-          Adanya kesepakatan dengan klien


E.   PENGORGANISASIAN
1.    Waktu
 a.   Hari / tanggal         : Senin, 14 Mei 2012
 b.   Jam                          : 08.00-08.45 WITA
 c.   Acara                       : 45 menit
-          Pembukaan                          : 5 menit
-          Perkenalan pada klien       : 2 menit
-          Perkenalan TAK                  : 5 menit
-          Persiapan                              : 10 menit
-          Permasalahan                      : 20 menit
-          Penutup                                : 3 menit
 d.   Tempat                    : 403
 e.   Jumlah pasien      : 5 orang

2.    Tim terapis
a.    Leader :
Bertugas :
·         Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
·         Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
·         Menetapkan jalannya tata tertib
·         Menjelaskan tujuan diskusi
·         Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada kelompok terapi diskusi tersebut .
·         Kontrak waktu
·         Menimpulkan hasil kegiatan
·         Menutup acara

b.    Co leader
Bertugas :
·         Mendampingi leader jika terjadi bloking
·         Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
·         Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah

c.    Observer
Bertugas :
·         Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
·         Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
·         Mengobservasi perilaku pasien

d.    Fasilitator
Bertugas :
·         Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan
·         Mendampingi peserta TAK
·         Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
·         Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan

e.    Anggota
Bertugas :
·         Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi

3.    Metode dan media
a.    Metode
1.      Diskusi dan tanya jawab
2.      Bermain peran

b.    Alat :
1.      Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
2.      Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK

c.    Setting
1.    Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2.    Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3.    Ruangan nyaman dan tenang
















































































Keterangan :
L             : leader
Co L       : co leader
Obs         : observer
F              : fasilitator
K              : klien



















F.    PEMBAGIAN TUGAS
Leader                  : Made Udayati
Co Leader           :
Observer              :
Fasilitator             :


G.   PROSES PELAKSANAAN
1.    Persiapan
a.    Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
b.    Membuat kontrak dengan klien
c.    Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2.    Orientasi
a.    Salam terapeutik
-          Salam dan terapis pada klien
-          perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama )
-          menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama )
b.    Evaluasi / validasi
-          Menanyakan perasaan klien saat ini
c.    Kontrak
-        Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu bercakap-cakap tentang hal positif diri sendiri.
-          Terapis menjelaskan aturan main berikut
1)    Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis
2)      Lama kegiatan 45 menit
3)    Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3.    Tahap kerja
a.    Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta memakai papan nama
b.    Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien
c.    Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
d.    Terapis memberi pujian atas peran serta klien
e.    Terapis membagikan kertas yang kedua
f.     Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri : kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan dirumah dan dirumah sakit
g.    Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan bergiliran.
h.    Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien

4.    Tahap terminasi
a.    Evaluasi
-          Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
-          Terapis memberikan pujian kepada kelompok
b.    Tindak lanjut
-          Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis
c.    Kontrak yang akan datang
-          Menyepakati TAK yang akan datang yaitu melatih hal positif diri yang dapat diterapkan di rumah sakit dan di rumah.
-          Menyepakati waktu dan tempat


H.   EVALUASI DAN DOKUMENTASI
1.    Evaluasi
Evaluasi dilakukan ssat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi harga diri rendah Sesi 1, kemampuan klien yang diharapkan adalah menuliskan pengalaman yang tidak menyenangkan dan aspek positif (kemampuan) yang dimiliki. Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 1
Stimulasi persepsi : Harga Diri Rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri
No
Nama Klien
Menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
Menulis hal positif diri sendiri
1



2



3



4



5





PetunjPetunjuk :
1.    Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2.    Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan aspek positif dari diri sendiri. Beri tanda (Ö) jika klien mamapu dan (x) jika klien tidak mampu.

2.    Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak menyenangkan, mengalami kesulitan menyebutkan hal positif dirinya dan tingkatkan reinforcement (pujian).









STRATEGI PELAKSANAAN


Pertemuan                :  I (satu)
Hari / tanggal            :  Senin, 14 Mei 2012
Nama Klien               :  Bpk A, Ibu B, Bpk C, Ibu D, ibu E
Ruangan                   :  403


A.   PROSES KEPERAWATAN
1.    Kondisi klien
Data Subyektif :
ü  klien mengatakan belum pernah mengikuti terapi aktivitas kelompok

Data Obyektif :
ü  Klien terlihat ragu-ragu saat membicarakan TAK

2.    Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3.    Tujuan Khusus
a.    Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan
b.    klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya


B.   STRATEGI KOMUNIKASI
1.    Orientasi
a.    Salam Terapeutik
“selamat pagi, Bapak – ibu ?”

b.    Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak – ibu pagi ini ?”
“apakah bapak dan ibu masih ingat dengan saya dan janji kita kemarin, yaitu tentang kegiatan terapi kelompok dari kami”

c.    Kontrak
ü  “bapak dan ibu, perkenalkan kami dari mahasiswa STIKes Wira Medika PPNI Bali hari ini akan melaksanakan TAK yaitu melatih positif pada diri.
ü   “kita akan melaksanakan TAK ini selama 45 menit di ruang ini yaitu di ruangan 403”
ü   “tujuan dilaksanakan TAK ini yaitu supaya bapak dan ibu dapat bercakap-cakap tentang hal positif diri sendiri yang ada di dalam diri bapak dan ibu sekalian”
ü  “ jika bapak atau ibu ingin meninggalkan tempat ini, bapak atau ibu harus meminta izin kepada saya, tetapi saya berharap bapak dan ibu mengikuti kegiatan ini dari awal sampai selesai”

2.    Tahap kerja
ü  “baiklah bapak dan ibu kegiatan ini kita mulai”
ü  “kami akan membagiakan kertas pertama dan spidol, bapak dan ibu coba tuliskan pengalaman yang tidak menyenangkan”
ü  “bagus sekali bapak dan ibu sudah mengisi kertas yang kami bagikan. dan sekarang kami akan membagikan kertas yang kedua. di kertas yang kedua ini bapak dan ibu tuliskan hal positif tentang bapak dan ibu miliki dan kemampuan yang bapak dan ibu miliki”
ü  “karena bapak dan ibu sudah selesai menulis hal positif yang bapak atau ibu miliki, mari kita mulai untuk membacakan hal positif yang sudah bapak dan ibu tulis, dimulai dari Bapak A, silahkan bapak. kemudian sekarang Ibu B, silahkan dibacakan ibu. Lanjut ke Bapak C, kemudian Ibu D dan yang terakhir Ibu E”
ü  terimakasih bapak dan ibu karena sudah membacakan hal positif yang bapak dan ibu miliki, dan semua yang bapak dan ibu bacakan itu sangat bagus”

3.    Tahap terminasi
a.    Evaluasi
“bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah mengikuti kegiatan ini?”
b.    Tindak lanjut
“mungkin dari bapak dan ibu masih banyak memiliki hal yang positif yang belum ditulis, untuk itu sekarang bapak dan ibu boleh menulisnya”
c.    Kontrak yang akan dating
“bapak dan ibu sekalian nanti akan ada kegiatan aktifitas kelompok seperti ini lagi dengan kegiatan yaitu melatih hal positif diri yang dapat diterapkan dirumah sakit dan di rumah.






DAFTAR PUSTAKA


          Hartono,Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika
          Isaacs, Ann.2004. Panduan Belajar : keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Jakarta : EGC
          Keliat, Budi Anna.2004. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC
          Keliat, Budi Anna. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC
      Purwaningsih, wahyu dan Ina Karlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : NUHA MEDIKA
         Riyadi, Sujono.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu