24 February 2012

Afek dan Emosi


 Afek
Afek adalah perasaan yang menguasai segenap hidup jiwa dan tidak  bisa dikontrol serta dikuasai oleh pikiran. Afek biasanya disertai reaksi jasmaniah, yaitu peredaran darah, denyut jantung dan pernapasan bisa cepat atau menjadi lemah. Emosi adalah gejala kejiwaan yang berhubungan dengan gejala kejasmanian.
Contoh :
·         Orang yang sedang marah mengambil, melempar, dan membanting benda dari sekitarnya, disertai mukanya merah, TD meningkat, dan gemeter.
·         Anak yang tidak lulus ujian, menangis sampai kejang-kejang bahkan sampai pingsan,disertai muka pucat dan keluar keringat dingin

Emosi
Emosi adalah “Manifestasi perasaan atau efek keluar dan di sertai banyak  komponen fisiologik, dan biasanya berlangsung lama”(Marimis,1990). Emosi adalah ”Suatu keadaan perasaan yang telah melampaui batas sehingga untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu” (Bimo Walgito ,1989). Sebagai contoh : ketakutan, kecemasan, depresi, dan kegembiraan.

Emosi dan Gejala Kejasmanian
Emosi sebagai gejala kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi,dalam diri individu itu akan terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmanian,misalnya ketakutan maka gejala kejasmanian yang tampak adalah muka pucat,dan jantung berdebar-debar.

Komponen Emosi
Menurut Atkinson R.L., dkk, komponen emosi terdiri dari :
a.       Respon atau reaksi tubuh internal, terutama yang melibtkn sistem otomtik, misalnya bila marah suara menjdi tinggi dan gemetar.
b.      Keyakinan atau penilian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif atau negatif,misalnya saya gembira sekali dapat diterima di Fakultas Kedokteran.
c.       Ekspresi wajah, Apabila Anda merasa benci pada seseorang, mungkin akan mengkerutkan dahi atau kelopak mata menutup sedikit.
d.      Reaksi terhadap emosi, misalnya marah-marah menjadi agresi tu gembira hingga meneteskan air mata.

Ransangan dan Emosi
Suatu emosi yang kuat dapat memengaruhi perubahan fisiologis.Seseorang yang sedang marah atau ketakutan dapat  memengaruhi debaran jantung  ,pernapasan,aktifnya kelenjar keringat, merinding, sekresi air liur meningkat,dan mungkin kadar gula dan mungkin kadar gula meningkat

Terori Emosi
Teori ini untuk menjawab pertanyaan,apakah hubungan emosi dengan gejala kejasmanian ataukah justru sebaliknya. Menurut Bimo Walgito (1989), teori emosi sebagai berikut :
a.       Teori sentral - Dikemukakan oleh Cannon. Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibt dari emosi  yang dialami individu, misalnya : Orang yang marah gejala kejasmaniannya meliputi jantung berdebar, pernapasan cepat, dan mata merah.
b.      Teori Perifer - Dikemukakan oleh  James-Lange. Teori ini merupakan kebalikan dari teori sentral. Gejala kejasmanian. Menurut teori ini ,orng tidak menangis kren susah,tetapi sebaliknya,ia susah karena menangis.
Berdasarkan penelitian Sherrington dan Cannon, dikatakan bahwa pada umumnya teori perifer tidak tepat, dan menitiberatkan pada hal-hal yang bersifat perifer, bukan yang bersifat sentral.
c.       Teori  Kepribadian - dikemukan oleh J. Linchoten. Teori ini mengatakan bahwa emosi merupakan suatu aktifitas pribadi, ketika pribadi tidak dapat dipisah-pisahkan, antara jasmani dan psikis sebgai dua substansi yang terpisah.

1.2  Faktor yang mempengaruhi afek dan emosi
Beberapa ahli psikologi menyebutkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan emosi seseorang (Astuti, 2005), yaitu:


1.      Pola asuh orangtua
Pola asuh orang tua terhadap anak bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja, sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh dari orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi peserta didik.
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam kehidupan anak, tempat belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat anak dapat berinteraksi. Dari pengalamannya berinteraksi di dalam keluarga ini akan menentukan pula pola perilaku anak tehadap orang lain dalam lingkungannya. Dalam pembentukan kepribadian seorang anak, keluarga mempunyai pengaruh yang besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang anak, salah satu faktor tersebut adalah pola asuh orangtua (Tarmudji, 2001).
Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat (Tarmudji, 2001). Dimana suatu tugas tersebut berkaitan dengan mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya baik secara fisik maupun psikologis (Andayani dan Koentjoro, 2004).
Menurut Goleman (2002) cara orang tua memperlakukan anak-anaknya akan memberikan akibat yang mendalam dan permanen pada kehidupan anak. Goleman (2002) juga menemukan bahwa pasangan yang secara emosional lebih terampil merupakan pasangan yang paling berhasil dalam membantu anak-anak mereka mengalami perubahan emosi. Pendidikan emosi ini dimulai pada saat-saat paling awal dalam rentang kehidupan manusia, yaitu pada masa bayi.
Idealnya orangtua akan mengambil bagian dalam pendewasaan anak-anak karena dari kedua orangtua anak akan belajar mandiri melalui proses belajar sosial dengan modelling (Andayani dan Koentjoro, 2004).
2.      Pengalaman traumatik.
Kejadian-kejadian traumatis masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang, dampaknya jejak rasa takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan dapat berlangsung seumur hidup. Kejadian-kejadian traumatis tersebut dapat bersumber dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan di luar keluarga (Astuti, 2005).
3.      Temperamen.
Temperamen dapat didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional kita. Hingga tahap tertentu masing- masing individu memiliki kisaran emosi sendiri-sendiri, temperamen merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian dari genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia (Astuti, 2005).
4.      Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin memiliki pengaruh yang berkaitan dengan adanya perbedaan hormonal antara laki- laki dan perempuan, peran jenis maupun tuntutan sosial yang berpengaruh pula terhadap adanya perbedaan karakteristik emosi diantara keduanya (Astuti, 2005).
5.      Usia
Perkembangan kematangan emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan pertambahan usianya. Hal ini dikarenakan kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis seseorang. Ketika usia semakin tua, kadar hormonal dalam tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatkan penurunan pengaruhnya terhadap kondisi emosi (Moloney, dalam Puspitasari Nuryoto 2001). Namun demikian, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seseorang yang sudah tua, kondisi emosinya masih seperti orang muda yang cenderung meledak-ledak. Hal tersebut dapat diakibatkan karena adanya kelainan-kelainan di dalam tubuhnya, khususnya kelainan anggota fisik. Kelainan yang tersebut dapat terjadi akibat dari pengaruh makanan yang banyak merangsang terbentuknya kadar hormonal.
6.      Perubahan jasmani.
Perubahan jasmani ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan petumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi peserta didik. Tidak setiap peserta didik dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti ini, lebih-lebih perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh peserta didik dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.

7.      Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya.
Peserta didik sering kali membangun interaksi sesame teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk emacam geng. Interaksi antar anggotanya dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Fakor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Gejala ini sebenarnya sehat bagi peserta didik, tetapi tidak jarang menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada mereka jika tidak diikuti dengan bimbingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa.
8.      Perubahan Pandangan Luar.
Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri peserta didik, yaitu :
a.       Sikap dunia luar terhadap peserta didik sering tidak konsisten
b.      Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk peserta didik laki-laki dan perempuan.
c.       Seringkali kekosongan peserta didik dimamfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab.
9.      Perubahan Interaksi dengan Sekolah.
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang sangat diidealkan oleh pererta didik. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru disini amat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.


1.3  Jenis-jenis gangguan afek dan emosi
Afek dan emosi biasanya dipakai secara bergantian, dengan aspek-aspek yang lain pada manusia (proses berpikir, psikomotor, persepsi, ingatan) saling memengaruhi dan menentukan tingkat fungsi manusia itu pada waktu itu.

Jenis Gangguan Afek Dan Emosi
a.       Depresi atau melankolis
·      Ciri-ciri psikologik, misalnya sedih, susah, murung, rasa tak berguna, gagal, kehilangan, tak ada harapan, putus asa, dan penyesalan yang patologis.
·      Ciri-ciri somatik,mislnya anoreksia,konstipasi,kulit lembab atau dingin, TD dan post turun . Ada depresi  dengan penarikan diri dengn penarikan diri dan agitasi atau kegelisahan.
b.      Kecemasan (ansietas) :
·      Ciri-ciri psikologik, misalnya khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tak aman, takut, dan lekas terkejut.
·      Ciri-ciri somatik, misalnya palpitasi (debaran jantung yang cepat/keras), keringat dingin pada telapak tangan. TD meninggi, peristaltik bertambah.

Kecemasan dapat berupa :
·      Kecemasan yang mengambang (free floating anxiety) Γ  tidak ada hubungannya dengan pikiran.
·      Agitasi Γ  kecemasan yang disertai dengan kegelisahan motorik yang hebat.
·      Panik Γ  serangn kecemasan yang hebat dengan kegelisahan, kebinggungan. dan hiperaktivitas yang tidak terorganisasi.
·      Eforia Γ  Rasa ringan, gembira, senang, dan bahagia yang berlebihan.
·      Anhedonia Γ  ketidakmampuan merasakan kesenangan.
·      Kesepian Γ  merasa dirinya ditinggalkan.
·      Kedangkalan Γ  kemiskinan afek dan emosi
·      Afek dan emosi yang labil Γ   Tiba-tiba marah-marah atau menangis.
·      Variasi afek dan emosi sepanjang hari Γ  perubahan afek  dan emosi mulai sejak pagi smpai malam hari, misalnya pada psikosis-manik depresif, depresinya lebih keras pada pagi hari dan menjadi lebih ringan pada sore hari.
·      Ambivalensi Γ  Emosi dan afek dan berlawanan timbul bersama-sama terhadap suatu objek, hal, atau orang.
·      Apatis Γ  Berkurangnya afek dan emosi terhadap semua hal dengan disertai rasa terpencil dan tidak peduli. Dapat diartikan pula sebagai menurunnya kesadaran.
·      Amarah Γ  Kemurkaan atau permusuhan, yang di tandai  sifat agresif.


Sakit Mental karena Gangguan Emosi
Bisanya terkait dengan neurosis, yaitu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karen tidak dapat diselesaikannya suatu konflik tak sadar. Sakit mental karen gangguan emosi antara lain:
a.    Neurosis cemas - Kecemasan akan memobilisasi daya pertahanan individu. Kecemasan tidak ada kaitannya dengan benda atau keadaan, tetapi mengambang bebas.
Gejalanya :
·      Faktor somatik,misalnya napas sesak ,dada tertekan,kepala seperti mengambang.linu,lekas capek.keringat dingin dan palpitasi
·      Faktor psikologik,misalnya perasaan was-was.khawatir,dan bicara cepat terputus-putus.
b.    Neurosis histerik - Fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki. Gejalanya: kelumpuhan pada ekstermitas, kejang-kejang, anestesia, analgesia, tuli, buta, stupor dan twilight state.
c.    Neurosis fobik - Adanya perasaan takut yang berlebihan terhadap benda atau keadaan, yang oleh individu disadari bukan sebagai ancaman.
d.   Neurosis depresi - Gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan. Biasanya berakar pada rasa salah yang tidak disadari.
Gejalanya :
·      Faktor somatik, misalnya perasaan tak senang, tak bersemangat, lelah, apatis, dan bicara pelan.
·      Faktor psikologik, misalnya pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa, malas bergaul dan frekuensi berkerja berkurang, tidak mampu mengambil keputusan, lekas lupa, dan timbul pikiran untuk bunuh diri.

1.4  Cara mengatasi gangguan afek dan emosi

Cara mengatasi ganggua afek dan emosi bisa dilakukan dengan cara melakukan pendekatan-pendekatan seperti :
a.       Pendekatan Biomedis
Pendekatan ini berusaha untuk menerangkan gangguan omosi dan tingkah lakudari sudut pandang kedokteran. Ketidaknormalan neurologis dan cidera neurologis sebagai penyebab gangguan ini. Strategi penanganan yang ditekankan dalam pendekatan ini yaitu penggunaan obat dan penanganan medis lainnya.
b.      Pendekatan psikodinamik
Pendekatan ini menitikberatkan pada kehidupan psikologis seseorang. Berusaha memahami dan memecahkan kesulitan-kesulitan yang difokuskan pada penyebab-penyebab hambatan pendekatan ini juga terapi untuk merubah sikap negative kea rah yang lebih positif. Ini dilakukan oleh psikiater, psikolog, konselor dan sejenisnya.
c.       Pendekatan prilaku
Pendekatan ini berusaha untuk mengubah perilaku yang merupan problematika secara sosial dan personal bagi seseorang. Tujuannya adalah menghilangkan perilaku negatif dan menggantinya dengan perilaku yang lebih layak secara sosial.
d.      Pendekatan pendidikan
Jarang ditemukan seseorang dengan gangguan emosional dan tingkah laku mendapat prestasi baik secara akademis. Mereka biasanya tidak mampu berkonsentrasi dan mengatur pembelajaran diri mereka. Sebaliknya, penanganan pembelajaran yang dapat membantu siswa berhasil secara akademis mungkin berdampak pada kehidupan emosi dan sikapnya. Suasana kelas yang baik dapat benar-benar menjadi lingkungan terapis.
e.       Pendekatan ekologi
Pendekatan ekologi menekankan perlunya pemahaman seseorang ke dalam konteks kehidupan mereka secara total. Pendekatan ini juga menekankan perlunya membantu seseorang yang mengalami hambatan harus dilakukan melalui usaha-usaha kolaborasi keluarga, sekolah, teman dan masyarakat.




DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/53163069/18/Tingkat-Kesadaran
Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta. EGC
http://www.heritok.com/0530-definisi-gangguan-emosi-dan-tingkah-laku.html

23 February 2012

Konsep Kesadaran


    Tingkatan konsep kesadaran
Tingkat kesadaran dibagi menjadi dua yaitu alam sadar dan alam tak sadar.
1)      Alam Sadar (Kesadaran = Conscious)
ΓΌ  Pengertian
Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca­indranya) dan mengadakan pembatasan. terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui pehatian).
Alam sadar adalah alam yang berisi hasil-hasil pengamatan kita. kepada dunia luar (Maramis,1999).
ΓΌ  Bentuk kesadaran
Menurut Maramis (1999) bentuk-bentuk kesadaran, yaitu: kesadaran normal, kesadaran menurun, kesadaran meninggi, kesadaran waktu tidur, kesadaran waktu mimpi, kesadaran waktu disosiasi, trance, hipnosis, dan kesadaran yang terganggu.
1.      Kesadaran normal, suatu bentuk kesadaran yang ditandai individu sadar tentang diri dan lingkungannya sehingga daya ingat, per­hatian, dan orientasinya mencakup ruang, waktu, dan arang dalam keadaan baik.
2.      Kesadaran yang menurun, suatu bentuk kesadaran yang berkurang secara keseluruhan, kemampuan persepsi, perhatian, dan pemikiran. Tingkatan menurunnya kesadaran:
a.      Amnesia, menurunnya kesadaran ditandai dengan hilangnya ingatan atau lupa tentang suatu kejadian tertentu.
b.      Apatis, menurunnya kesadaran ditandai dengan acuh tak acuh terhadap stimulus yang masuk (mulai mengantuk).
c.       Somnolensi, menurunnya kesadaran ditandai dengan mengan­'          tuk (rasa malas, dan ingin tidur).
d.      Sopor, menurunnya kesadaran ditandai dengan hilangnya ingatan, orientasi, dan pertimbangan.
e.       Subkoma dan koma, menurunnya kesadaran ditandai dengan tidak ada respons terhadap rangsang yang keras.
3.      Kesadaran yang meninggi adalah bentuk kesadaran dengart res­pons yang meninggi terhadap rangsang.
Contoh : Warna terlihat lebih terang dan suara terdengar lebih keras.

4.  Kesadaran waktu tidur, suatu bentuk kesadaran yang ditandai de­ngan menurunnya kesadaran secara reversibel, biasanya disertai po­sisi berbaring dan tidak bergerak.
Contoh:
a.       Nonrapid eye movement sleep (NREM sleep) atau tidur tanpa ge­rak mata cepat.
b.      Rapid eye movement sleep (REM sleep) atau tidur dengan gerak mata cepat, 20%-25% dari lamanya tidur malam seorang de­wasa muda dan ada hubungan dengan mimpi.

2.      Kesadaran waktu disosiasi, suatu bentuk kesadaran ditandai de­ngan keadaan memisahkan sebagian tingkah laku atau kejadian dirinya secara psikologik dari kesadaran. Bentuk disosiasi, meli­puti :
a.       Trance, yaitu keadaan kesadaran tanpa reaksi yang jelas ter­hadap lingkungan yang biasanya mulai dengan mendadak. Contoh : Kesurupan, permainan kuda kepang, dan tari keris.
b.      Senjakata histerik atau hysterical twilight state, yaitu kehilangan ingatan atas dasar psikologik ditandai kesadaran menurun dan menyempit. .
c.       Fugue, yaitu suatu periode penurunan kesadaran dengan pe­larian secara fisik dari suatu keadaan yang menimbulkan ba­nyak stres (ada keinginan besar untuk mengembara).
d.      Serangan histerik, yaitu suatu penampilan emosional yang jelas, dengan unsur menarik perhatian dan kelihatannya tidak ada kontak dengan lingkungan.

3.      Hipnosis ialah kesadaran yang sengaja diubah melalui sugesti.


2)      Alam Tak Sadar (Unconscious)
ΓΌ  Pengertian
Alam tak sadar adalah daerah kesadaran yang berisi berbagai ide dan afek yang ditekan, yang tidak dapat diingat kembali karena ditahan oleh alam prasadar sebagai sensor. Pengertian lain alam tak sadar adalah alam yang berisi kompleks-kompleks terdesak Das Es, Das Ich, dan Das Ueber Ich (Maramis,1999).
Ciri-ciri alam tak sadar :
a.      Mengandung ide dan afek yang ditekan.
b.      Hal-hal yang terdapat dalam alam tak sadar tidak dapat dingat kembali.
c.       Apabila mau muncul ke alam sadar harus melewati sensor alam prasadar.
d.      Memiliki prinsip kesenangan dengan tujuan memuaskan ke­inginan.
e.       Berhubungan erat dengan naluri terutama naluri seksual.

TEORI ALAM SADAR DAN ALAM TAK SADAR
ΓΌ  Teori Sigmund Freud (1856 - 1939)
Menurut Freud bahwa kesadaran hanyalah sebagaian kecil dari seluruh kehidupan psikis. Psikis diibaratkan fenomena gunung es di tengah lautan luas dan yang terlihat di permukaan air laut menggam­barkan hal-hal yang ada dalam alam sadar atau kesadaran, sedang­kan yang berada di bawah permukaan air laut dan merupakan bagian terbesar adalah hal-hal yang tidak disadari atau ketidak­sadaran. Menurut Freud di dalam ketidaksadaran inilah terdapat kekuatan-kekuatan dasar yang mendorong pribadi.
Dalam kehidupan psikis terdapat tiga unsur penting yang mem­bentuk kepribadian, yaitu: Das Es (the id), Das Ich ( the ego), dan Das Ueber Ich (the super ego).
Das Es (the id) merupakan bentuk ketidaksadaran, aspek biologis kepribadian, dan memiliki prinsip kesenangan berisi insting dan naf­su, terutama nafsu seksual (libido) serta pendorong.
Das Ich (the ego) merupakan kehidupan psikis, aspek sosiologis kepribadian, dan memiliki unsur kesadaran yang memiliki kemam­puan menghayati secara lahiriyah dan batiniah. Memiliki prinsip kenyataan dan mampu beradaptasi dengan kenyataan, serta mampu menjadi filter keluarnya dorongan instingtif dari Das Es sehingga dapat menghambat dan mengendalikan prinsip kesenangan.
Das Ueber Ich (the super ego) merupakan aspek moral kepribadian sehingga mampu mengarahkan, perbuatan yang baik dan benar se­suai norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Freud mengemukakan teori topografik tentang kesadaran. Tingkat kesadaran menurutnya dibagi menjadi 3 daerah, yaitu: alam sadar, alam prasadar, dan alam tak sadar.

  • Alam sadar
Alam sadar merupakan bagian kecil dari kehidupan psikis yang merupakan sistem yang disadari. Kesadaran ini diperoleh melalui pengamatan (persepsi) baik yang berasal dari luar dirinya (eksternal) maupun yang dari dalam dirinya (internal). Alam sadar memiliki hubungan yang sangat erat dengan alam prasadar.
Dalam kehidupan psikis, ternyata hanya bahan-bahan yang ber­asal dari alam prasadar yang dapat masuk ke alam sadar, sedangkan hal-hal lain berada di luar kesadaran. Kesadaran itu sendiri merupa­kan fenomena subjektif yang isinya hanya dapat dikomunikasikan melalui perilaku dan bahasa.
  • Alam prasadar atau bawah sadar
Alam prasadar ini merupakan jembatan penghubung antara alam tak sadar dan alam sadar. Kehidupan psikis alam prasadar disebut proses berpikir sekunder yang memiliki prinsip kenyataan dan bertujuan menghambat munculnya keinginan instingtif, menghindari ketidaksenangan dan mengikat energi psikis agar sesuai dengan ke­nyataan dan ajaran serta norma individu.
Alam prasadar berisikan kehidupan psikis yang laten dan tang­gapan yang dapat diingat sehingga sewaktu-waktu dapat dimuncul­kan kembali melalui ingatan, persepsi, dan reproduksi. Alam prasadar menjaga agar hasrat yang mencemaskan dan bertentangan dengan realitas tidak keluar ke alam sadar.
  • Alam tak sadar
Alam tak sadar merupakan sistem dinamis yang berisi berbagai ide dan afek yang ditekan atau terdesak. ha1-hal yang ada dalam alam tak sadar tidak dapat dimunculkan kembali ke alam sadar karena ada sensor maupun represi dari alam prasadar. Kompleks terdesak­ dapat muncul ke alam sadar apabila alam prasadar dibuat tak ber­daya seperti pada pembentukan gejala nuerotik, dalam keadaan mimpi, atau dikelabui melalui lelucon. Kehidupan psikis pada alam tak sadar disebut proses berpikir primer yang mengutamakan pemuasan keinginan dan erat berkaitan dengan prinsip kesenangan (hedonisme) dan naluri seksual. Alam tak sadar berisi kekuatan pokok, yaitu nafsu-nafsu yang merupakan ungkapan libido sebagai sumber segala nafsu yang hendak tampak keluar.



ΓΌ  Menurut Kaplan H. dkk (1997), alam tak sadar memiliki 5 ciri, yaitu:
a.       Berhubungan erat dengan dorongan insting, yaitu dorongan seksual dan dorongan mempertahankan diri.
b.      Isi alam tak sadar terbatas pada harapan yang mencari pe­menuhan sehingga menimbulkan motivasi.
c.       Alam tak sadar ditandai proses berpikir primer yang memiliki tujuan utama mempermudah pemenuhan harapan dan pele­pasan insting yang diatur oleh prinsip kesenangan.
d.      lngatan yang berada dalam alam tak sadar mudah dilepaskan dengan simbol verbal.
e.       Isi yang ada dalam alam tak sadar, untuk dapat disadari, harus melalui alam prasadar dengan mengalahkan sensor pengham­bat.

ΓΌ  Teori Carl Gustaf Jung
Menurut Jung yang terkenal dengan psikologi analitiknya bahwa jiwa (psikis) manusia yang merupakan totalitas kehidupan jiwa ter­diri dari dua alam, yaitu:
a.       Alam sadar (kesadaran), yang berfungsi untuk adaptasi terhadap dunia luar (lahiriah).
b.   Alam tak sadar (ketidaksadaran), yang berfungsi untuk adaptasi terhadap dunia dalam (batiniah). Ketidaksadaran merupakan tenaga utama dari kehidupan manusia.
Hubungan antara alam sadar dan alam tak sadar menurut Sumadi Suryabrata (1989) adalah secara kompensatoris dan batasnya tidak tetap atau dapat berubah-ubah, artinya luas daerah kesadaran atau ketidaksadaran dapat bertambah atau berkurang.

§  Struktur kesadaran
Menurut Jung sebagaimana diuraikan oleh Sumadi Suryabah (1983), komponen pokok kesadaran adalah fungsi jiwa dan sifat jiwa.
 Fungsi jiwa ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yag secara teori tidak berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda (Sumadi Suryabrata, 1989).
Jiwa memiliki empat fungsi pokok, yaitu:
  1. Fungsi pikiran, bersifat rasional dan cara bekerjanya dengan penilaian salah-benar.
  2. Fungsi perasaan, bersifat rasional dan cara bekerja tanpa dukungan penilaian senang dan tidak senang.
  3. Fungsi pendriaan, bersifat irasional dan cara bekerjanya tanpa penilaian; sadar (indriawi).
  4. Fungsi perasaan, bersifat irasional dan cara bekerjanya tanpa penilaian; tak sadar (naluri).

Setiap manusia hanya memiliki salah satu fungsi jiwa yug do­minan atau superior sehingga menentukan tipe orangnya. Ada orang yang tipe pemikir, perasa, pendiriaan, dan intuitif. Keempat fungsi jiwa tersebut bekerja berpasangan, yaitu apabila sesuatu fungsi menjadi superior dengan menguasai alam sadar, fungsi pasangannya menjadi inferior dan berada dalam ketidaksadaran, sedangkam ke­dua fungsi yang lain sebagai fungsi bantu, sebagian terletak dalam alam sadar dan sebagian terletak pada alam tak sadar. Telah disebut­kan bahwa hubungan fungsi jiwa tersebut secara kompensatnris artinya semakin berkembang fungsi dominan atau superior, kebutuhan fungsi inferior untuk kompensasi semakin besar.
Sikap jiwa ialah arah energi psikis umum atau libido yang men­jelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya (Sumadi Suryabrata,1989).       .
Energi psikis memiliki dua arah, yaitu:
a.       Ke dalam, yaitu arah energi psikis yang orientasinya ditujukan ke dalam dirinya (batiniah).
b.      Ke dunia luar, yaitu arah energi psikis yang orientasinya di­tujukan ke luar dirinya (lahiriyah).
Setiap individu mengadakan orientasi terhadap dunia sekitarnya, namun cara yang dipakai antara individu satu dan yang lain berbeda.
Contoh:
         Ada individu yang acuh terhadap kejadian di sekitarnya dan sebaliknya ada individu yang sangat peduli terhadap kejadian yang sama.
         Ada individu cepat merespons terjadinya musibah yang diala­mi masyarakat sekitarnya, namun sebaliknya ada yang acuh tak acuh.
Dari contoh tersebut ada individu yang memiliki orientasi ke luar atau extravert yang dipengaruhi dunia objektif (dunia di luar dirinya). Apabila menjadi kebiasaan disebut individu tipe extravert. Di sam­ping itu, ada juga individu yang memiliki orientasi ke dalam atau introvert yang dipengaruhi dunia subjektif (dunia dalam dirinya). Apabila menjadi kebiasaan disebut individu tipe introvert. Ciri-ciri keduanya sebagai berikut.
  1. Tipe extravert
      Orientasinya lebih banyak tertuju ke luar (lahiriah).
      Pikiran, perasaan, dan tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungan sosial maupun nonsosial di luar dirinya.
      Sifatnya positif terhadap masyarakat, cepat beradaptasi dengan lingkungan, tindakan cepat dan tegas, hatinya ter­buka, mudah bergaul, dan hubungan dengan orang lain lancar.
      Kelemahannya adalah perhatian terhadap dunia luar ter­lalu kuat yang akan membuatnya tenggelam dalam dunia objektif sehingga akan mengalami kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subjektifnya. Di samping itu, mereka cenderung cepat melakukan tindakan tanpa pertimbangan yang matang.
  1. Tipe introvert
·         Orientasinya tertuju ke dalam diriinya (batiniah).
·         Pikiran, perasaan, dan tindakannya terutama ditentukan oleh faktor subjektif.
·         Adaptasi dengan dunia luar kurang baik; jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berliubungan dengan orang lain, ku­rang dapat menarik hati orang lain, tingkah lakunya lam­ban dan ragu-ragu, serta penyesuaian dengan batinnya baik.
·         Kehidupan batiniah kaya dan terdidik secara baik.
·         Bertindak hati-hati dan penuh perhitungan.
·         Kelemahannya adalah jarak dengan dunia objektif terlalu jauh sehingga lepas dari dunia objektifnya.

Tipologi lung, hubungan sikap jiwa, fungsi jiwa kesadaran, dan ketidaksadaran menghasilkan 8 macam tipe manusia. Kehidupan alam sadar berlawanan dengan alam tak sadar sehingga individu yang kesadarannya bertipe pemikir maka ketidaksadarannya adalah perasa dan individu yang kesadarannya bersifat introvert, ketidak­sadarannya extravert, dan seterusnya.
Persona adalah topeng yang dipergunakan individu untuk menu­tupi kepribadianya, apabila ia tampil di dunia luar atau dalam alam sadar sehingga dapat dikatakan bahwa persona merupakan kompro­mi antara individu dan masyarakat, antara struktur batiniah dan la­hiriah. Apabila individu dapat menyesuaikan dunia batin dengan dunia lahir dengan baik, persona itu akan merupakan selubung elastis, yang dengan mudah dapat dipergunakan. Namun, apabila penyesuaian tersebut tidak baik, persona dijadikan topeng untuk menutupi kelemahannya.
Contoh:
seorang pimpinan institusi yang pada dasarnya tidak mampu mengelola bawahannya dengan baik, namun berlagak "sok pin­tar, sok pembesar, dan sok maha tahu", sebagai topeng untuk menutupi kelemahannya sehingga perilakunya stereotipe dan ti­dak sesuai dengan keadaan. Keadaan yang demikian disebut in­flasi.

§  Struktur ketidaksadaran
Terdiri dari ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran pribadi, berisi hal-hal yang diperoleh individu se­lama hidupnya, yang meliputi hal-hal yang terdesak, terlupakan (ba­han-bahan ingatan), dan hal-hal yang teramati, terpikir, dan terasa di bawah ambang kesadaran. Termasuk juga alam pra sadar, yang me­rupakan daerah perbatasan antara ketidaksadaran pribadi dan ke­sadaran yang berisi hal-hal yang siap masuk ke kesadaran dan alam bawah sadar, merupakan daerah perbatasan antara ketidaksadaran pribadi dengan ketidaksadaran kolektif dan berisi hal-hal yang tidak dapat diingat lagi, hal-hal yang tidak diolah, dan keadaan trance. Ketidaksadaran kolektif, berisi mitologi dan simbolik masa lalu yang diperoleh selama pertumbuhan psikis seluruh jenis manusia, melalui generasi terdahulu yang merupakan endapan cara-cara reaksi ke­manusiaan yang khas zaman dahulu pada saat manusia menghada­pi ketakutan, bahaya, perjuangan, kelahiran, dan kematian. Lapisan-lapisan ketidaksadaran kolektif sebagai berikut :
  1. Paling atas yang berada langsung di bawah ketidaksadaran pribadi, berisikan emosi, afek, dan dorongan primitif.
  2. Di bawah lapisan tersebut, berisikan invasi, yaitu erupsi dari bagian terdalam dari ketidaksadaran serta hal-hal yang sama sekali tidak dapat dibuat sadar.

Manisfestasi ketidaksadaran dapat berupa simptom dan kom­pleks, mimpi, dan archetypus.
Simptom adalah gejala dorongan jalannya energi yang normal dan merupakan tanda bahaya, yang memberi tahu bahwa ada sesuatu dalam kesadaran yang kurang dan perlu perluasan ke alam tak sa­dar. Bentuknya dapat gejala kejasmanian maupun kejiwaan.
Kompleks-kompleks adalah bagian kejiwaan kepribadian yang ter­belah dan lepas dari kontrol serta memiliki kehidupan sendiri dalam kegelapan dan ketidaksadaran, yang dapat menghambat maupun memajukan kesadaran menyebabkan perilaku yang keliru (mis. lupa, salah menulis, salah membaca, salah ucap, dan salah arah).
Simptom maupun kompleks merupakan gejala yang masih dapat disadari.
Mimpi sering timbul dari hal-hal yang terdesak, memiliki hukum dan bahasa sendiri. Mimpi tidak terkait sebab-akibat, ruang dan wak­tu. Bahasa mimpi adalah perlambang sehingga perlu pemahaman melalui penafsiran. Menurut Jung, mimpi merupakan manifestasi ketidaksadaran kolektif yang mempunyai fungsi konstruktif, sebagai regulasi (pengaturan) isi ketidaksadaran, keberatsebelahan dari konflik.
Fantasi dan khayalan merupakan bentuk manifestasi ketidaksa­daran yang bersangkutan dengan mimpi dan timbul pada saat taraf kesadaran merendah.
Archetypus adalah isi kejiwaan yang ada sejak zaman purba atau yang dibawa sejak manusia pertama lahir. Archetypus berbentuk pen­dapat dan reaksi instingtif tertentu yang terjadi di luar kesadaran, artinya bahw a setiap individu akan berbuat sama dan bereaksi sama terhadap suatu peristiwa secara instingtif dan tanpa disadari serta muncul dari ketidaksadaran kolektif. Sumber Archetypus adalah ingatan tentang mitos, setan, roh jahat, perbuatan mistik, dan wa­risan religius yang diwariskan lelulur, misalnya mitos tentang keke­jaman ibu tiri, sifat ular yang jahat, dan setan yang memiliki sifat jahat.

§  Bentuk khusus isi ketidaksadaran.
Bayang-bayang adalah sifat atau kualitas ketidaksadaran sendiri yang dihadapi sebagai sifat atau kualitas orang lain yang terbentuk dari fungsi dan sikap jiwa yang inferior. Bayang-bayang merupakan ba­gian gelap dari kepribadian karena pertimbangan intelektual, nilai, clan moral kemudian di masukkan ke dalam ketidaksadaran karena tidak sesuai dengan prinsip realitas kehidupan alam sadar.
Bila "Aku" adalah pusat kesadaran dan "bayang-bayang" se­bagai pusat ketidaksadaran individu maupun kolektif.
Proyeksi adalah menempatkan isi-isi batin dengan tidak sadar ke objek-objek di luar dirinya.
Imago adalah isi kejiwaan yang diproyeksikan kepada orang lain.
Animus adalah maskulinitas (sifat kelaki-lakian) wanita yang ada dalam ketidaksadaran dan tidak dikembangkan. Jadi, perempuan ketidaksadarannya laki-laki (animus).
Anima adalah femininitas (sifat kewanitaan) laki-laki yang ada dalam ketidaksadaran manusia dan tidak dikembangkan sehingga laki-laki ketidaksadarannya adalah perempuan (anima).
Anima dan animus memiliki hubungan dengan persona, yaitu:
a.       Anima clan animus merupakan perantara "Aku" dengan dunia batin, dan fungsinya menanggapi proses psikis individu ke dalam.
b.      Persona merupakan perantara antara "Aku" dan dunia luar (lahiriah) dan berfungsi untuk menanggapi proses psikis individu ke Iuar.
c.       Hubungan keduanya adalah kompensatoris.




SUMBER :

http://www.scribd.com/doc/53163069/18/Tingkat-Kesadaran
Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta. EGC