30 March 2013

ASKEP HIPEREMESIS GRAVIDARUM



A.    Konsep Dasar Penyakit
1.      Definisi / Pengertian
Hiperemisis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual muntah merupakan gangguan yang paling sering di temui pada kehamilan trisemester 1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80% multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1.000 kehamilan. (Mitayani, 2009)
Mual dan muntah yang ringan umum dan normal terjadi di awal kehamilan,bila terjadi berlebihan maka dapat menimbulkan efek patologis seperti hiperemesis gravidarum (Micheline, 2004; Verberg, et al; 2005)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi (Sherwan, 1999; Old, 2000; Michelin, 2004 ; Edelman, 2004; Paawi,et al;2005). Hal tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya (Paauw, et al ; 2005). Gadsby et al 1993 melaporkan bahwa pada hampir 10% klien hiperemesis gravidarum ditemukan gejala menetap selama kehamilan.


2.      Epidemiologi / Insiden Kasus
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I atau kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60%-80% primigravida dan 40%-60% multigravida mengalami mual dan muntah. Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1000 kehamilan. Heperemesis gravidarum mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada hamil tahap berikutnya. Gadsby,et.al (1993) melaporkan bahwa pada hampir 10% klien hiperemesis gravidarum ditemukan gejala menetap selama kehamilan.
3.      Etiologi / Penyebab
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui seecara pasti, lalu penyakit ini dikelompokkan kedalam penyakit toksemia gravidarum, Karena diduga ada semacam racun dari janin atau kehamilan, penyakit ini juga digolongkan kedalam gestosis bersama preeklamsi dan eklamsi. Menurut sastrawinata 2005, nama gestosis ini diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi (preeklamsi dan eklamsi) dalma kehamilan.
Beberapa teori menjelaskan penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum, namun tak ada satupun yang dapat menjelaaskan proses terjadinya secara tepat (Simpson,et al;2001). Teori tersebut antara lain :
a.       Teori endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar progesterone, estrogen dan human chorionic gonadotropin (hCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormone progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu megakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung melambat. Refluk esophagus, penurunan motilitas lambung dan penurunan sekeresi dari asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Selain itu hCG juga menstimulasi kelenjar tiroid yang dapat megakibatkan mual dan muntah (Kuscu & Koyuncu, 2002; Neil & Nelson, 2003: Piran, 2004; Verberg, et al; 2005).
b.      Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat mengakibtakan mual dan muntah pada kehamilan. Adanya histamine sebagai pemicu dari mual dan muntah mendukung ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi hiperemesis gravidarum. Lebih jauh, mual dan muntah berlebihan juga terjadi pada klien yang sangat sensitive terhadap sekresi dari corpus luteum (Snell, 1998; Kuscu & Koyuncu, 2002; Verberg, et al 2005). Penelitian yang dilakukan oleh kocak, et al.(1999) menemukan hubungan antara infeksi helicobacter pilori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum (Koscu & Koyuncu, 2002; Michelin,2004), sehingga dijadikan dasar dikemukakannya teori infeksi sebagai penyebab hiperemesis gravidarum.
c.       Teori psikosomatik, hiperemesis gravidarum merupakan keadaan gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik (Simpson, 2002; Michelini, 2004). Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diingikan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan menyebabkan terjadinya perasaan berduka, amdivalen, serta konflik ; dan hal tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab hiperemesis gravidarum ( verberg,et al., 2005). Gejala mual dan muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan traktus digestive seperti pada penderita diabetes mellitus (gastroparesis diabetic orum). Hal ini disebabkan oleh gangguan multilitas khusus atau keadaan pasca operasi pagultomi. Selain merupakan repleksi gangguan intrinsik dari lambung, gejala mual dan muntah dapat disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral pada pusat muntah( chomoreceptof triggtr zone). Perubahan metabolime hati juga dapat menjadi penyebab penyakit ini, oleh karena itu pada kasus yang berat harus dipikirkan kemungkinan akibat gangguan fugsi hati, kantung empedu, prankreatitis, atau ulkus peptikum (sastrawinata, 2005). Leeners & sauer (2000) menyatakan bahwa faktor psikologis sangat kuat terlibat sebagai etiologi hiperemesis gravidarum dan dampaknya tidak hanya pada lama beratnya gejala namun juga menimbulkan resisten terhadap pengobatan yang diberikan. Mazotta, et al. 2000 menyetujui hal ini dan mengakui bahwa beratnya muntah ada hubungannya dengan resistensi pemberian medikasi anti emetik. Selain faktor psikologis, faktor budaya juga dapat menjadi pemicu terjadinya hiperemisis gravidarum. Tiran (2004) menyatakan bahwa faktor budaya yang merupakan hal penting adalah berkaitan dengan pemilihan jenis makanan yang akan dikomsumsi . penelitian lain mengenai pengruh budaya terhadap hiperemesis gravidarum dilakukan juga oleh rabinerson, et al.(2000). Hasil penelitiannya menemukan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum dapat meningkat pda wanita yang mengalami pembatasan dalam inteks nutrisi( contohnya pada wanita yang menjalankan puasa). Ditegaskan oleh Rabinerson, et al. bahwa batasan intake nutrisi dapat menimbulkan efek samping terhadap volume cairan amnion sehingga perlu dipertimbangkan pelaksanaan puasa pada wanita hamil.


4.      Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.


5.      Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidum masih belum jelas (Meltzer, 2000; Neill & Nelson, 2003; Edelman, 2004); namun peningkatan kadar progesterone, estrogen, dan human chorionic gonadotropin (hCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormone progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluk esophagus, penurunan motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan , dan sosiokultural.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi pada hamil muda; bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit disertai alkalosis hipokloremik, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Oksidasi lemak yang tidak sempurna menyebabkan ketosis dengan tertimbunnya asam asetoasetik, asam hidroksi buterik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraselular dan plasma berkurang. Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urin turun, selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati dan terjadilah “lingkaran setan” yang sulit dipatahkan.
Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan berat badan yang terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit. Pencernaan serta absorpsi karbohidrat dan nutrisi lainnya yang tidak adekuat mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk mempertahankan panas dan energi tubuh. Jika tidak ada karbohidrat maka lemak digunakan untuk menghasilkan energi, akibatnya beberapa hasil pembakaran dari metabolisme lemak terdapat dalam darah dan urine (terdapat atau kelebihan keton dalam urine).
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen, asam urat, urea, dan penurrunan klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1, B6, dan B12 menyebabkan terjadi neuropati perifer dan anemia; bahkan pada kasus berat, kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan Wernick enchepalopati (Manuaba, 2001; Kuscu & Koyancu, 2002; Neill & Nelson, 2003); hal tersebut juga didukung oleh Friedman (1998), Manuaba (2001), dan Wiknjosastro (2005) yang menyatakan bahwa wernick ensefalopati dapat timbul sekunder akibat defisiensi tiamin.


6.      Pathway
Terlampir


7.      Gejala Klinis
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum yang menurut berat ringannya gejala dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
a.       Hiperemesis tingkatan I
· Lemah
· Nafsu makan tidak ada
· Muntah terus – menerus yang mempengaruhi keadaan umum klien.
· BB menurun
· Nyeri epigastrium
· Nadi meningkat sekitar 100 x/mnt
· Tekanan sistol darah menurun.
· Temperatur tubuh naik.
· Turgor kulit berkurang.
· Lidah kering
· Mata cekung
b.    Hiperemesis Tingkatan II
· Tampak lebih lemah dan apatis
· Turgor kulit lebih menurun
· Lidah kering dan nampak kotor
· Nadi kecil dan cepat
· Suhu kadang – kadang naik
· Mata cekung dan sedikit ikterus
· Berat badan turun
· Tekanan darah menurun
· Hemokonsentrasi
· Oliguria
· Konstipasi
· Hawa pernafasan berbau aseton
· Aseton ditemukan dalam urine

c.    Hiperemesis Tingkatan III
· Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti.
· Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma.
· Nadi kecil dan cepat.
· Suhu meningkat.
· Tekanan darah menurun.
· Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental.keadaan ini adalah akibat dari sangat kekurangan zat makanan , termasuk vitamin B kompleks.
· Timbulnya ikterus menunjukan payah hati.
· Terjadi perdarahan ari esofagus, lambung, dan retina.


8.      Pemeriksaan Fisik
Adapun pemeriksaan fisik yang ditemukan pada masing – masing tingkatan hiperemesis  gravidarum adalah sebagai berikut :
a.          Tanda vital seperti ada tidaknya demam, takikardia atau hipotensi otostatik, frekuensi pernafasan meningkat, atau adanya nafas bau aseton.
b.        Tanda – tanda umum seperti distress emosional dan ada tidaknya toksik.
c.         Berat badan meningkat atau menurun.
d.        Status dehidrasi meliputi turgor kulit, keadaan membrane mukosa (kering atau lembap) dan oligouria.
e.         Status kardiovaskuler seperti kualitas nadi (kuat atau lemah), takikardia atau terjadinya hipotensi ortostatik.
f.         Keadaan abdomen meliputi suara abdomen (biasanya hipoaktif merupakan keadaan normal dalam kehamilan), adanya nyeri lepas atau nyeri tekan, adanya distensi, adanya hepatosplenomegali, dan tanda Murpy dan tanda Mc.Burney’s.
g.        Genitourinaria seperti nyeri kostovestebral dan nyeri suprapubik.
h.        Eliminasi seperti perubahan pada kosistensi feces, konstipasi, dan penurunan frekuensi berkemih.
i.          Keadaan janin meliputi pemeriksaan denyut jantung janin, tinggi fundus uterus, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan).


9.      Pemeriksaan Diagnostik / penunjang
·  Urinalisis untuk menentukan adanya infeksi dan atau dehidrasi meliputi pemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urine.
·  Kadar hemoglobin (HB) dan hematokrit (Ht).
·  Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah berlebihan meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein.
·  Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen, dan kadar asam.
·  TSH untuk menentukan penyakit pada tiroid
·  CBG, amilase, lipase, keadaan hati atau jika diduga terjadi infeksi sebagai penyebab.
·  Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut.
·  Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau mola hidatiformis.

10.  Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.


11.  Komplikasi
Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga, menarik diri dan depresi.


12.  Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
-       Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin

Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
· Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
· Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
· Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
· Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

-       Diet
a)    Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat - zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
b)   Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
c)    Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

Adapun makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah roti panggang, biskuit, crackers, buah segar dan sari buah Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer, sedangkan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.



B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Pengkajian Data Subyektif
1)         Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan antenantal, dan komplikasi.
2)        Riwayat diet, khususnya intake cairan.
3)        Pengobatan yang didapat saat ini.
4)        Riwayat pembedahan khususnya pembedahan pada abdomen.
5)        Riwayat medis sebelumnya seperti riwayat penyakit obstetri dan ginekologi, kolelitiasis, atau gangguan abdomen lainnya, gangguan tiroid dan tidak adanya depresi.
6)        Riwayat sosial seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar dengan lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan, ketidakhadiran di tempat bekerja, perubahan status kesehatan atau stressor kehamilan, respon anggota keluarga, yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan kondisi sakit, serta system pendukung.
7)        Integritas ego seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisi, dan kehamilan yang tidak direncanakan.
8)        Riwayat penyakit sebelumnya meliputi awal kejadian dan lamanya. Jika mengalami muntah, kaji warna, volume, frekuensi, dan kualitasnya. Kaji juga faktor yang memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatan yang dilakukan baik di fasilitas kesehatan atau pengobatan di rumah.
9)        Gejala – gejala lain seperti bersendawa atau flatus, diare atau konstipasi, serta nyeri pada abdomen. Riwayat nyeri abdomen. Riwayat nyeri abdomen meliputi lokasi, derajat, kualitas, radiasi, serta faktor yang memperingan dan memperberat nyeri.
10)    Pengakajian lain dapat dilakukan dengan menggunakan Rhodes Index of  Nausea and Vomiting yang terdiri atas 8 pertanyaan untuk mengkaji frekuensi dan beratnya mual dan muntah. Instrumen ini telah diteliti valid dan reliable oleh Family Nurse Practitioner program, School of Nursing, University of Texas at Austin.

b.        Pengkajian data Obyektif
Pengkajian data obyektif berfokus pada pengakjian fisik meliputi :
1)      Tanda vital seperti ada tidaknya demam, takikardia atau hipotensi otostatik, frekuensi pernafasan meningkat, atau adanya nafas bau aseton.
2)      Tanda – tanda umum seperti distress emosional dan ada tidaknya toksik.
3)      Berat badan meningkat atau menurun.
4)      Status dehidrasi meliputi turgor kulit, keadaan membrane mukosa (kering atau lembap) dan oligouria.
5)      Status kardiovaskuler seperti kualitas nadi ( kuat atau lemah ), takikardia atau terjadinya hipotensi ortostatik.
6)      Keadaan abdomen meliputi suara abdomen (biasanya hipoaktif merupakan keadaan normal dalam kehamilan), adanya nyeri lepas atau nyeri tekan , adanya distensi, adanya hepatosplenomegali, dan tanda Murpy dan tanda Mc.Burney’s.
7)      Genitourinaria seperti nyeri kostovestebral dan nyeri suprapubik.
8)      Eliminasi seperti perubahan pada kosistensi feces, konstipasi, dan penurunan frekuensi berkemih.
9)      Keadaan janin meliputi pemeriksaan denyut jantung janin, tinggi fundus uterus, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan).

Data hasil pengkajian akan menetukan tingkatan hiperemesis gravidarum yang sedang dialami klien. Adapun data yang di temukan masing-masing tingkatan hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut :
Hiperemesis Tingkatan I
1.lemah
2. nafsu makan tidak ada
3. muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum klien
4. berat badan menurun
5. nyeri epigastrium
6. nadi meningkat sekitar 100x/mnt
7. tekanan sistol darah menurun
8. temperatur tubuh naik
9. turgor kulit menurun
10. lidah kering
11. mata cekung

Hiperemesis Tingkatan II
1.      Tampak lebih lemah dan apatis
2.      Turgor kulit lebih menurun
3.      Lidah tampak kering dan kotor
4.      Nadi kecil dan cepat
5.      Suhu kadang-kadang naik
6.      Mata cekung dan sedikit ikterus
7.      Berat badan turun
8.      Tekanan darah turun
9.      Hemokonsentrasi
10.  Ologuria
11.  Konstipasi
12.  Hawa pernapasan berbau aseton
13.  Aseton di temukan dalam urine

Hiperemesis Tingkatan III
1.      Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti
2.      Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
3.      Nadi kecil dan cepat
4.      Suhu meningkat
5.      Tekanan darah menurun
6.      Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat dari sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
7.      Timbulnya ikterus menunjukkan payah hati
8.      Terjadi pendarahan dari esofagus, lambung, dan retina
2.      Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKATAN I
·  Kekurangan volume cairan dan elektrolit pada ibu dan janin b/d kehilangan cairan berlebihanmelalu muntah dan tidak adekuatnya intake cairan
·  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang menetap sekunder akibat hiperemesis
·  Nyeri epigastrium b/d muntah berulang
·  Intoleransi aktivitas b/d kelemahan karena tidak adekuatnya nutrisi dan peningkatan energi yang dibutuhkan selama kehamilan
·  Ketakutan efek hiperemesis terhadap kesejahteraan janin berhubungan dengan kurang pengetahuan

HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKATAN II
·  Kekurangan volume cairan dan elektrolit pada ibu dan janin b/d kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan tidak adekuatnya intake cairan
·  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang menetap sekunder akibat hiperemesis
·  Konstipasi b/d tidak adekuatnya intake nutrisi
·  Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, tidak adekuatny nutrisi dan peningkatan energi yang dibutuhkan selama kehamilan
·  Hipertermi b/d penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi
·  Ketakutan b/d efek hiperemesis terhadap kesejahteraan janin berhubungan dengan kurang pengetahuan

HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKATAN III
·  Ketidakefektifan pola nafas b/d ketidakseimbangan cairan elektrolit
·  Kekurangan volume cairan dan elektrolit pada ibu dan janin b/d kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan tidak adekuatny intake cairan
·  Hipertermi b/d penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi
·  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang menetap sekunder akibat hiperemesis
·  Konstipasi b/d tidak adekuatnya intake nutrisi
·  Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, tidak adekuatny nutrisi dan peningkatan energi yang di butuhkan selama kehamilan

3.      Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan akibat muntah dan tidak adekuatnya intake cairan.

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cairan dan elektrolit klien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
·  keseimbangan cairan dan elektrolit kembali ke kondisi normal terbukti dengan turgor kulit kembali normal,
·  membran mukosa lembab,
·  BB stabil TTV dalam batas normal,
·  elektrolit serum normal, hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal, berat jenis urine dalam batas normal.
·  Klien tidak muntah lagi.
·  Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat.
-       Observasi turgor kulit, kondisi membran mukosa, TTV, dan berat jenis urine.

-        Timbang BB badan setiap hari dengan menggunakan alat yang sama


-       Kaji dan laporkan warna, jumlah dan frekuensi emesis.




-       Catat intake dan output secara akurat.






-        Mulai pemberian terapi nutrisi parental sesuai program yang ditetapkan dan pantau aliran infus dengan cermat.



-       Istirahatkan klien ditempat yang nyaman.


-       Beri cairan intravena sesuai order yang terdiri atas elektrolit, glukosa, dan vitamin.
-       Anjurkan klien mengkonsumsi cairan per oral dengan perlahan, dan tingkatkan jumlah cairan.
-       Tes urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.





-         Mengobservaasi status cairab dan elektrolit yang akurat menjadi dasar rencana asuhan keperawatan dan evaluasi intrevensi
-         Penimbangan BB perlu dilakukan secara rutin untuk mengetahui kesesuaian BB dengan umur kehamilan. Pada klien dengan hiperemesis penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan.
-         Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon hCG, perubahan metabolisme karbohidrat, dan penurunan motilitas lambung memperberat mual muntah pada trimester awal kehamilan.
-         Muntah dapat mengakibatkan kehilangan asam lambung atau produksi alkalin pada gastrointestinal bawah. Pengkajian output yang tepat akan membantu menentukan tindakan selanjutnya guna mempertahankan keseimbangan asam basa dan keadaan elektrolit yang tidak seimbang.
-         Nutrisi parental membantu saluran gastrointestinal untuk istirahat sementara klien mendapatkan nutrisi yang adekuat, sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dikoreksi serta mencegah komplikasi yang berat seperti asidosis metabolik serta kematian janin dan ibu.
-         Istirahat akan menurunkan kebutuhan energi yang menyebabkan metabolisme meningkat, sehingga tidak merangsang terjadinya mual dan muntah
-         Mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki keseimbangan asam basa, perubahan kadar elektrolit, dan hipovitaminosis.
-         Pemberian cairan dan makanan sesuai dengan toleransi klien.


-       Menetapkan data dasar yang dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi potensial risiko tinggi seperti ketidakadekuatan intake karbohidrat, diabetik ketoasidosis dan hipertensi dalam kehamilan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah yang menetap.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapakan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan kriterial hasil :
· Klien mengonsumsi diet oral yang mengandung zat gizi adekuat.
· Klien tidak lagi mengalami mual dan muntah.
· Klien dapat menjelaskan komponen-komponen diet nutrisi yang adekuat dan mengungkapkan kemauan untuk mengikuti diet tersebut.
· Klien menoleransi diet yang telah diprogramkan.
· Klien mengalami peningkatan BB yang sesuai selama kehamilan
-          Batasi intake oral selama 24-48 jam

-          Kaji keadaan abdomen setiap 2 jam meliputi ukuran, kontur, peristaltik, nyeri, kaji juga tanda vital

-          Atur pertemuan dengan ahli gizi supaya klien dapat berkonsultasi dalam menyusun rencana pengaturan menu yang memenuhi kebutuhan nutrisi selama hamil

-          Kaji motivasi klien untuk mengikuti rencana pengaturan diet yang diprogramkan
-          Pembatasan dianjurkan agar lambung istirahat dan iritasi pada mukosa lambung mengalami penyembuhan
-          Pengkajian akurat akan membantu penegakan diagnosis yang lain yang apat menyebabkan muntah meliputi penyakit hepar, infeksi ginjal, pakreatitis atau ganmgguan intrakranial
-          Keterlibatan ahli gizi sangat diperlukan untuk menyusun rencana pengaturan menu yang sesuia dengan diet klien hiperemesis gravidarum



-          Pengetahuan saja tidak cukup menjamin klien mengikuti diet yang telah diprogramkan maka perlu dikaji motivasi klien untuk mengikutinya

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
-          Ansietas
-          Posisi tubuh
-          Deformitas tulang
-          Deformitas dinding dada
-          Penurunan energi/terjadi kelelahan
-          Hiperventilasi
-          Sindrom hipoventilasi
-          Kerusakan muskuloskeletal
-          Imaturitas neurologis
-          Disfungsi neuromuskular
-          Obesitas
-          Nyeri
-          Kerusakan persepsi/kognitif
-          Kelelahan otot-otot respirasi
-          Cedera tulang belakang

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien  menunjukkan status pernapasan: ventilasi tidak terganggu ditandai dengan:
·  Napas pendek tidak ada
·  Tidak ada penggunaan otot bantu
·  Bunyi napas tambahan tidak ada
·  Ekspansi dada simetris
-          Pemantauan pernapasan: pengumpulan dan analisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan keadekuatan pertukaran gas.
-          Pantau adanya pucat atau sianosis

-          Pemantauan pernapasan. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi
-          Perhatikan pergerakan dada, kesimetrisannya, penggunaan otot bantu serta retraksi otot supraklavikular dan interkostal
-          Pantau pola pernapasan: bradipnea, takipnea, hiperventilasi, pernapasan Kussmaul, pernapasan Cheyne-Stokes
-          Perhatikan lokasi trakea

-          Auskultasi bunyi napas, perhatikan area penurunan sampai tidak adanya bunyi napas atau bunyi napas tambahan
-          Pantau kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal


-          Catat perubahan pada saturasi oksigen dan nilai gas darah arteri
-          Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan pola napas. Spesifikan teknik yang digunakan, misal: napas dalam
-          Diskusikan perencanaan perawatan di rumah (pengobatan, peralatan) dan anjurkan untuk mengawasi dan melapor jika ada komplikasi yang muncul.
-          Rujuk pada ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan ventilator mekanis
-          Berikan tindakan(misal pemberian bronkodilator) sesuai program terapi
-          Berikan nebulizer dan humidifier atau oksigen sesuai program
-          Hubungkan dan dokumentasikan semua data pengkajian (misal: bunyi napas, pola napas, nilai AGD, sputum dan efek obat pada pasien)
-          Pertahankan oksigen aliran rendah dengan nasal kanul, masker, sungkup.
-          Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan.
-          Data observasi yang akurat perlu untuk menentukan keadaan pasien dalam menentukan intervensi


-          Pucat atau sianosis menggambarkan tidakadekuatnya pemenuhan oksigen dalam jaringan
-          Menentukan diagnosa dan intervensi yang akan dilakukan

-          Ada tidaknya kelainan  yang dapat memperberat kondisi pasien


-          Untuk mengetahui kondisi pasien, masalah yang dialaminya



-          Mengetahui kelainan yang dapat memperberat keadaan pasien
-          Menentukan hal-hal lain yang mempengaruhi kondisi pasien seperti adanya ketidakefektifan bersihan jalan nafas

-          Kekurangan oksigen dalam jaringan otak meningkatkan kegelishan pasien dan akan nampak mekanisme kompensasi dengan nafas tersengal-sengal
-          Menentukan keefektifan fungsi pernafasan pasien

-          Dengan teknik relaksasi yang tepat dapat mengoptimalkan pola nafas pasien




-          Sebagai bekal pengetahuan dalam melakukan perawatan secara mandiri oleh keluarga



-          Memberikan penanganan yang tepat oleh ahlinya


-          Memberikan rasa nyaman saat bernafas apabila terjadi kesulitan bernafas

-          Kelembaban dapat memberi rasa nyaman saat pasien bernapas

-          Menentukan jenis masalah, gejala yang muncul dan penentuan program terapi yang sesuai dengan kondisi pasien



-          Kebutuhan pasien disesuaikan dengan kondisi pasien namun tetap berikan terapi dalam keadaan yang teratur
-          Posisi yang nyaman dapat mengoptimalkan pola nafas pasien

Nyeri epigastrium berhubungan dengan muntah berulang, refluks esofagus


Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil
·  rasa nyaman terpenuhi.























-          Kaji tingkat nyeri

-          Atur posisi klien dengan kepala yang lebih tinggi selama 30 menit setelah makan
-          Alihkan perhatian klien dengan hal yang menyenangkan
-          Anjurkan klien untuk beristirahat dan batasi pengunjung
-          Pertahankan kebersihan lingkungan dan hindari atau kurangi rangsang bau
-          Anjurkan klien mengkonsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen rasa mint
-          Jelaskan dan ajarkan metode dalam mengatasi mual mutah antara lain metode penekanan (akupressure) pada daerah P6 ponit yaitu 3 jari dibawah pergelangan tangan selama 3 menit pada masing-masing tangan
-          Kolaborasi pemberian antiemetik dan sedatif

-          Untuk mengetahui tingkat nyeri untuk intervensi selanjutnya
-          Posisi kepala lebih tinggi dapat mengurangi tekanan pada gastrointestinal atau mencegah terjadinya refluks esophagus
-          Dengan mengalihkan perhatian diharapkan klien dapat mengurangi rasa nyeri
-          Istirahat ya ng cukup dan pembatasan pengunjung dapat menambah rasa nyaman
-          Rangsangan bau yang tajam dapat memicu rasa mual dan muntah

-          Efek jahe dapat menurunkan efek mual muntah pada ibu hamil

-          Akupressure dan akupunktur dapat menstimulasi sistem regulasi serta melakukan mekanisme endokrin dan neurologi yang merupakan mekanisme fisiologi dalam mempertahankan keseimbangan
-          Obat antiemetik mengurangi muntah, sedatif sebagai obat penenang yang dapat mengurangi rasa nyeri

Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi
Setalah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kenaikan suhu (hipertermi) dapat teratasi demgan kriteria hasil :
· suhu dalam batas normal
( 36-37,5°C)
·  Bebas dari kedinginan dan tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.
-          Pantau suhu pasien. Perhatikan menggigil atau diaforesis
-          Pantau suhu lingkungan. Batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi

-          Berikan kompres mandi hangat, hindari pengumuman ahkohol
-          Kolaborasi pemberian antipiretik yang aman bagi ibu hamil
-          Suhu 38,9-41,1OC menunjukan proses  penyakit infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis
-          Pantau suhu lingkungan. Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
-          Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan alkohol dapat mengurangi kulit kering
-          Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus


Intoleransi aktivitas berhubungan dengan akibat tidak adekuatnya nutrisi dan peningkatan energi yang dibutuhkan selama kehamilan






Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapakan klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan yang ditoleransi dengan kriteria hasil :
·  klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai kemampuan



-          Anjurkan klien membatasi aktivitas dengan istirahat cukup
-          Anjurkan klien untuk menghidari mengangkat berat

-          Bantu klien beraktivitas secara bertahap jika muntah berkurang
-          Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi
-          Bantu klien memenuhi kebersihan diri seperti mandi dan mengganti pakaian

-          Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga terus menerus dapat meminimalkan kelelahan uterus
-          Aktivitas yang ditoleransi sebelumnyya mungkin tidak dimodifikasi untuk klien yang beresiko
-          Aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma serta meringankan klien dalam memenuhi kebutuhannya
-          Tingkat aktivitas mungkin perlu dimodifikasi sesuai indikasi
-          Kebersihan diri dapat meningkatkan kenyamanan dan menumbuhkan kondisi sehat

Konstipasi b/d tidak adekuatnya intake nutrisi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan konstipasi teratasi dengan kriteria hasil :
·  Melakukan defekasi secara teratur
·  Konsistensi feses lembek
-          Ajarkan pentingnya keseimbangan diet
-          Tinjau daftar makanan yang banyak mengandung buah-buahan segar berkulit, sekam, kacang-kacangan, roti dan sereal, buah-buahan dan sayuran yang dimasak, jus buah, termasuk hampir 800 gr buah-buahan dan sayuran untuk defekasi normal setiap hari
-          Secara bertahap tingkatkan makanan berserat

-          Anjurkan masukan cairan 2 liter (8-10 gelas) kecuali terdapat kontraindikasi
-          Anjurkan minum segelas air hangat 30 menit sebelum sarapan pagi
-          Ajarkan cara untuk memasase dengan ringan di abdomen bagian bawah ketika sedang di toilet
-          Keseimbangan asupan diet makan dapat meminimalkan kejadian konstipasi
-          Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat akan menghindarkan klien dari konstipasi







-          Menjaga keseimbangan serat dalam tubuh pasien untuk mencukupi kebutuhan serat tubuhnya
-          Mengkonsumai cairan yang cukup untuk mempertahankan status metabolisme yang adekuat
-          Minum air hangat dapat merangsang timbulnya rangsangan usus untuk defekasi
-          Melakukan masase perut dapat merangsang peristaltic usus sehingga terjadi keinginan defekasi.


Ketakutan yang berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan janin
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien akan mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya tentang kesejahteraan janin.
-          Perlihatkan sikap menerima rasa takut klien
-          Dorong klien un tuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya

-          Bantu klien mengidentifikasi kekuatan dirinya dan mekanisme koping yang sebelumnya digunakan

-          Beri klien informasi yang berhubungan dengan resiko potensial yang dapat terjadi pada janin

-          Beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan kekhawatirannya




-          Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber dukungan dan menggerakan individu atau kelompok yang dapat memberinya dukungan berdasarkan pilihan sendiri

-          Atur supaya klien mendapat konsultasi psikologis atau konsultasi dari pekerjaan sosial sesuai dengan kebutuhannya

-          Sikap menerima rasa takut klien memungkinkjan komunikasi terbuka
-          Klien butuh anticipatori grieving terhadap kehamilan yang mungkin berdampak buruk terhadap kondisi janin antara lain BBLR.
-          Strategi koping yang efektif dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan klien mengatasi penyakit yang diderita serta efek-efek penyakit tersebut

-          Pengetahuan tentang resiko potensial pada janin dapat membantunya menghilangkan rasa takut


-          Komunikasi terbuka membantu klien mengontrol, mengurangi, kecemasan. Berat dan durasi kecemasan akan berdampak pada kondisi janin jika hal ini bisa dikontrol maka akan mengurangi resiko bagi janin

-          Interaksi dengan keluarga atau orang yang dekat akan menjadi sumber dukungan bagi klien




-          Klien perlu dukungan dari beberapa tenaga profesional lain untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan


4.      Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan


5.      Evaluasi
· Turgor kulit baik
· Membran mukosa lembab
· Tanda-tanda vital dalam keadaan normal
· Pemeriksaan laboratorium : elektrolit serum, Hb, dan Ht, serta berat jenis urine dalam batas normal
b.      Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
· Mual muntah berkurang
· BB sesuai dengan umur kehamilan
c.       Pola nafas kembali efektif
d.      Nyeri dapat berkurang atau teratasi
· Rasa nyaman terpenuhi.
e.       Hipertermi dapat teratasi
· Suhu dalam batas normal  ( 36-37,5°C)
· Bebas dari kedinginan dan tidak mengalami komplikasi.
f.       Klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai kemampuan
g.      Konstipasi dapat teratasi
· Melakukan defekasi secara teratur
· Konsistensi feses lembek
h.      Klien dapat mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya tentang kesejahteraan janin.









DAFTAR PUSTAKA
  
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis Gravidarum. Jakarta : Penerbit Salemba Medika