09 January 2011

Lansia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar belakang
Dengan banyaknya keperawatan yang ada didunia ini kami ingin mempelajari atau tepatnya membahas tentang Komunikasi Keperawatan pada Lansia , komunikasi keperawatan pada lansia ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik lansia, pendekatan keperawatan lansia dalam konteks komunikasi, teknik komunikasi pada lansia, hambatan komunikasi pada lansia, tehnik perawatan lansia pada reaksi penolakan dan penerapan model komunikasi pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Lansia
            Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokkan usia lanjut menjadi 4 macam, meliputi :
·         Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45 sampai 59 tahun
·         Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 sampai 70 tahun
·         Usia lanjut usia (old), kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
·         Usia tua (very old) kelompok usia di atas 90 tahun

2.2 Pendekatan Keperawatan lansia dalam kontek komunikasi
a. Pendekatan fisik
Pendekatan ini digunakan untuk mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan serta penyakit yang dapat dicapai progresifitasnya.  Pendekatan ini relatif lebih mudah dilaksanakan dan dicarikan solusinya karena riil dan mudah diobservasi.
Pada pendekatan fisik dengan lansia harus diperhatikan perubahan fisik pada lansia seperti penurunan pendengaran, penurunan penglihatan, dan proses penuaan yang normal.
b. Pendekatan psikologis
Pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama.  Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing.  Sebagai penampung masalah-masalah, rahasia yang pribadi, dan sebagai sahabat yang akrab dengan klien.
c. Pendekatan sosial
Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan.  Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama bila klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.  Pendekatan spiritual ini cukup efektif terutama bagi klien yang mempunyai kesadaran yang tinggi dan latar belakang agama yang baik.


2.3 Teknik komunikasi pada lansia
a. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima dan memahami pasangan bicara dengan menunjukkan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti.  Asertif merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
b. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakn bentuk perhatian petugas pada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segera menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut, misalnya dengan mengartikan pertanyaan, “apa yang sedang ibu pikirkan saat ini? Apa yang bisa saya bantu?”. Berespon berati bersikap aktif, tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang pada klien.
c. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relatif menjadi lebih labil. Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum, mengannguk kepala ketika klien mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan sampai terkesan menggurui atau mengajarkan klien karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada perawat. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari

d. Sabar dan ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umumnya mengalami perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan. Perubahan ini apabila yidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang dilakukakn tidak terapeutik, solutif, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

2.4 Hambatan komunikasi pada lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien  lansia akan terganggu apabila ada sikap  agresif dan sikap nonasertif
Agresif
      Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku di bawah ini:
      Berusaha mengontrol & mendominasi  orang lain (lawan bicara)
      Meremehkan orang lain
      Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
      Menonjolkan diri sendiri
      Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun tindakan
Non Asertif
      Tanda-tanda dari sikap non asertif ini adalah:
      Menarik diri bila diajak berbicara
      Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
      Merasa tidak berdaya
      Tidak berani mengungkapkan keyakinan
      Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
      Tampil diam (pasif)
      Mengikuti kehendak orang lain
      Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain

2.5 Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian-kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Ada beberapa langkah yang bisa dilaksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan reaksi penolakan, antara lain:
1.      Kenali segera reaksi penolakan klien.Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta lingkungannya, kemudian lakukan langkah-langkah berikut ini:
      Identifikasi pikiran-pikiran yang paling membahayakan dengan cara mengobservasi klien bila sedang mengalami puncak reaksinya.
      Ungkapkan kenyataan-kenyataan yang dialami klien secara perlahan-lahan dimulai dari kenyataan yang merisaukan.
      Jangan menyokong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi klien dan bicarakan sesering mungkin bersamanya jangan sampai menolak.
2.      Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan diri sendiri. Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan dilakukan serta upaya untuk memandirikan klien, dengan jalan sebagai berikut:
      Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan waktu, tempat dan macam perawatan.
      Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal kenyataan.
      Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahan atau perasaan sedihnya dengan mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan meluangkan waktu bersamanya.
3.      Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat . Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana/ tindakan dapat terealisasi dengan baik dan cepat. Upaya ini dapat dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut:
      Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan perasaan-perasaannya.
      Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa yang sedang terjadi pada klien lansia serta hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka membantu.
      Hendaknya pihak-pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.
      Menyadarkan pihak-pihak lain akan pentingnya hukuman(bukan hukuman fisik) apabila klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.

2.6 Penerapan model komunikasi pada lansia
1.      Model komunikasi Shannon Weaver
            Tujuan komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan adalah adanya perubahan perilaku lansia dari penolakan menjadi kooperatif . Dalam komunikasi ini diperlukan keterlibatan anggota keluarga sebagai transmitter untuk mengenal lebih jauh tentang klien
      Kelebihan        : Dalam komunikasi ini melibatkan anggota keluarga atau orang lain yang   berpengaruh .
      Kekurangan     : Memerlukan waktu yang cukup lama karena klien dalam reaksi penolakan . Tak dapat melakukan evaluasi sejauhmana perubahan perilaku yang terjadi pada klien , karena tak ada feedback .
2.   Model SMCR
      Kelebihan        : Proses komunikasi yang terjadi pada model ini relative simple . Model ini akan efectif bila kondissi lansia masih sehat , belum banyak mengalami penurunan baik aspek fisik maupun psikis .
      Kekurangan     : Klien tidak memenuhi syarat seperti yang ditetapkan mempunyai keterampilan , pengetahuan , sikap , system social , dan kultur karena penolakannya . Memerlukan proses lama dan tergantung kondisi klien lansia .
3.      Model Leary
      Kelebihan        : Terjadi interaksi atau hubungan relationship , hubungan perawat klien lebih dekat ssehingga masalah lebih dapat diselesaikan .
      Kelemahan      : Perawat lebih dominan dan klien patuh
4.      Model Terapeutik
      Kelebihan        : Dengan komunikasi yang baik lansia akan lebih paham apa yang kita bicarakan , kopingnya lebih efektif .
      Kelemahan      ; kondisi empati kurang cocok diterapkan oleh perwat untuk perawatan lansia dengan penolakan .
5.   Model keyakinan kesehatan
      Kelebihan        : Lansia yang mengetahui adanya ancaman kesehatan akan dapat  bermanfaat dan sebagai barier dalam melaksanakan tindakan pencegahan penyakit .
      Kelemahan      : Tidak semua lansia merasakan adanya ancaman kesehatan .
6.   Model komunikasi kesehatan
a.       Relationtship  
Relationship
Dari perspektif sistem , model komunikasi kesehatan menggambarkan 4 type mayor dari relationship yang exis dalam lingkungan perawatan kesehatan : profesional- profesional, profesional-klien, profesional-other, klien-other. Aturan mainnya , bila individu diikutsertakan dalam komunikasi kesehatan , dia terlibat dalam satu dari 4 type hubungan. Model ini juga mengindikasikan hubungan interpersonal dapat mempengaruhi type hubungan dalam lingkungan perawatan kesehatan. Sebagai contoh, bagaimana komunikasi profesional kesehatan dengan setiap orang dapat berefek pada interaksi profesional kesehatan dengan pasien. Sama halnya , bagaimana klien bereaksi dengan anggota - anggota dari jaringan sosialnya akan mempengaruhi interaksi antara klien dengan profesional kesehatan.
b.      Transaksi
Transaksi kesehatan merupakan suatu proses yang berkesinambungan ,dinamis dan bukan suatu yang statis, dimana terdapat feed back yang continue yang partisipan mampu untuk menempatkan diri dalam berkomunikasi.
c.       Konteks
Konteks
Elemen ke-tiga model komunikasi kesehatan adalah konteks, yaitu setting / tempat dimana proses terjadiyang punya pengaruh besar dalam komunikasi antara health professional - client - anggota keluarga dan orang lain yang terlibat dalam konteks. Salah satu unsur konteks adalah tempat dimana perawatan kesehatan dilaksanakan ,seperti : rumah sakit, klinik, ruang rawat jalan, atau ruang intensive yang mempengaruhi pola komunikasi didalamnya. Unsur yang lain adalah jumlah partisipan yang terlibat dalam komunikasi (lingkungan perawatan ) misalnya dalam bentuk group kecil atau interaksi antar individu atau kelompok besar. Jumlah partisipan yang ada mempengaruhi situasi yang ada di dalamnya .
      Kelebihan        : Dapat menyelesaikan masalah klien lansia dengan tuntas , klien lansia merasa sangat dekat dengan perawat dan merasa diperhatikan
      Kekurangan     : Membuthkan waktu yang lama untuk menyelessaikan permasalahan , fasilitas dalam memberikan pelayanan harus lengkap .
7.   Model interaksi king
      Kelebihan        : Komunikasi dapat sesuai dengan tujuan jika lansia sudah kooperatif.
      Kelemahan      : Klien lansia dengan reaksi penolakan akan mengalami kesulitan untuk dilakukan komunikasi model ini, karena tidak kooperatif.
Tehnik atau tip-tip tertentu yang perlu diperhatikan  agar komunikasi dapat berlangsung efektif antara lain:
1.      Selalu mulai komunikasi dengan mengecek fungsi pendengaran klien
2.      Keraskan suara anda jika perlu
3.      Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia sehingga ia dapat melihat mulut anda.
4.      Atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan ada pencahayaan yang cukup.
5.      Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi,ingat kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
6.      Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
7.      Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya, gunakan kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.
8.       Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
9.       Serasikan bahasa tubuh anda dengan pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan hasil tes yang diinginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya dibuktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang menggembirakan ( misalnya dengan senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
10.    Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut
11.   Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
12.  Biarkan ia membuat kesalahan, jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan anda untuk menyelesaikan kalimat.
13.   Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkannya.
14.   Arahkan ke suatu topik pada suatu saat
15.   Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat dalam ruangan bersama anda. Orang ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.