13 May 2012

UJI TAPIS (SCREENING TEST)


1.    Pengertian Screening test
Screening adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk mendeteksi penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif untuk mendeteksi atau mencari penderita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
Screening dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat untuk mengidentifikasikan  dan memisahkan orang yang tampaknya sehat, tetapi kemungkinan beresiko terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak terkena penyakit tersebut. Screening dilakukan untuk mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit sehingga mereka dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang lebih pasti. 
Uji tapis bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah yang bersangkutan memang sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak menular dengan harapan penuh dapat mengurangi angka mortalitas.
Screening pada umumnya bukan merupakan uji diagnostic dan oleh karenanya memerlukan penelitian follow-up yang cepat dan pengobatan yang tepat pula.
Secara garis besar, uji tapis ialah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.
Jadi, tes untuk uji tapis tidak dimaksudkan untuk mendiagnosa sehingga pada hasil tes uji tapis yang positif harus dilakukan pemeriksaan yang lebih intensif untuk menentukan apakah yang bersangkutan memang sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak membahayakan bagi dirinya maupun lingkungannya, khusus bagi penyakit-penyakit menular.

proses uji tapis terdiri dari dua tahap yang pertamanya melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit dan bila hasil tes negative maka dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.  Bila hasil tes positif maka dilakukan pemeriksaan tahap kedua yaitu pemeriksaan diagnostik yang bial hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan, tetapi bila hasilnya negative maka dianggap tidak sakit. Bagi hasil pemeriksaan yang negatif dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik. Ini berarti bahwa proses uji tapis adalah pemeriksaan pada tahap pertama.
penjelasan :
pada sekelompok individu yang tampak sehat dilakukan pemeriksaan (tes) dan hasil tes dapat positif dan negatif.
Individu dengan hasil negatif pada suatu saat dapat dilakukan tes ulang  sedangkan pada individu dengan hasil tes positif dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik dan bila hasilnya positif dilakukan pengobatan secara intensif  sedangkan individu denga hasil tes negatif dapat dilakukan tes ulang dan seterusnya sampai semua penderita terjaring. Hal ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok orang yang tampak sehat

Tes

Hasil tes negatif                                            hasil tes positif
 

                                                                                                Pemeriksaan
diagnostik

                                             hasil tes positif                                            
hasil tes
negatif
                                                                     pengobatan intensif



Pemeriksaan yang bisa digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan laboratorium atau radiologis, misalnya :
a.    Pemeriksaan gula darah
b.    Pemeriksaan radiologis untuk uji tapis penyakit TBC
Pemeriksaan yang harus dilakukan :
a.    Dengan cepat dapat memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut ( pemeriksaan diagnostic)
b.    Tidak mahal
c.    Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan dan
d.    Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa

2.    Tujuan Screening test
·         Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terdapat pada orang yang tampak sehat, tapi mungkin menderita penyakit (population risk)
·         Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas hingga mudah disembuhkan dan tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya dan tidak menjadi sumber penularan hingga epidemic dapat dihindari
·         Mendapatkan penderita sedini mungkin untuk segera memperolleh pengobatan.
·         Mendidik masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin

3.    Masalah yang bisa di screening test
Sasaran utama uji tapis adalah penyakit kronis seperti :
a.    Infeksi bakteri ( lepra, TBC, dll)
b.    Infeksi virus ( hepatitis )
c.    Penyakit non infeksi, antara lain :
·         Hipertensi
·         DM
·         Penyakit jantung
·         Karsinoma servix
·         Prostat
·         Glaucoma
d.    AIDS

4.    Jenis-jenis screening test
·          Penyaringan Massal (Mass Screening)
Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan.
Contoh: screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000 wanita

·         Penyaringan Multiple
Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji penyaringan pada saat yang sama.
Contoh: skrining pada penyakit aids

·         Penyaringan yg. Ditargetkan
Penyaringan yg dilakukan pada kelompok – kelompok yang terkena paparan yang spesifik.
Contoh : Screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal.

·         Penyaringan Oportunistik
Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita – penderita yang berkonsultasi kepada praktisi kesehatan
Contoh: screening pada klien yang berkonsultasi kepada seorang dokter.

5.    Bentuk screening test           
Dikenal dua bentuk screening, dapat bersifat seri dan paralel. screening seri berupa dua penyaringan dimana mereka dinyatakan positif bila memberikan hasil positif pada pemeriksaan pertama dan pemeriksaan kedua yang dilakukan menyusul. Bentuk inilah misalnya yang diterapkan pada uji saring HIV. Sedangkan penyaringan paralel yakni dua penyaringan dilakukan bersamaan dimana hasil tes penyaringan bisa dinyatakan positif berdasarkan hasil positif pada salah satu tes. Masing-masing bentuk penyaringan ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, tyergantung pada tujuan penyaringan, jenis penyakit dan ketersediaan biaya dan fasilitas.

6.    Aplikasi rumus screening test
a.    Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit.
·         Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.
·         Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2

b.     Tahap 2 : pemeriksaan diagnostic
·         Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan.
·         Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik).

·         Tebel cek Screening
Hasil tes
Keadaan Penderita
Sakit
Tidak sakit
Jumlah
Positif
a
b
a + b
Negatif
c
d
c + d
Jumlah
a + c
b + d
N

Keterangan:
a = positif benar
b = Positif semu
c = negatif semu
d = negatif benar
N = a+b+c+d

c.    Kriteria Evaluasi
Untuk menilai hasil uji tapis dibutuhkan kriteria seperti berikut :
1)    Validitas
2)    Reliabilitas
3)    Yield

1)    VALIDITAS
Validitas adalah kemampuan tes / screening untuk menuntukan individu mana yang benar sakit dan mana yang tidak sakit. Indikator untuk menilai validitas hasil screening adalah sensitivitas dan spesifisitas
a)    Sensitivitas
Sensitivitas (sensitivity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil tes positif dan benar sakit.
Sensitivitas =     a
  a + c
makin besar persentase sensitivitas makin baik, karena akan mengurangi resiko penularan atau kematian yang disebabkan penyakit tersebut.
makin kecil persentase sensitivitas makin berbahaya, karena makin banyak orang yang sebenarnya sakit tapi tidak merasa sakit sehingga tidak berobat / diobati. Selain itu juga akan dapat menularkan penyakitnya ke orang lain (bila screeningnya pada penyakit menular)


b)    Spesifisitas
Spesifisitas (specificity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil negatif dan benar tidak sakit.

Spesifisitas =     d
  b + d
makin besar persentase spesifisitas makin baik, karena akan mengurangi kesalahan pengobatan atau perawatan. sehingga orang yang sehat tidak dikira sakit dan tidak perlu dilakukan pengobatan.
makin kecil persentase spesifisitas makin merugikan karena dapat menyebabkan pemberian pelayanan kesehatan / pengobatan yang salah, karena memungkinkan pemberian layanan kesehatan/ pengobatan kepada orang yang tidak sakit.

c)    Positive Predictive Value (PPV)
adalah proporsi subjek / penduduk yang di-skrining yang benar-benar positif (menderita penyakit) dari semua subyek / penduduk yang di temukan menderita sakit oleh uji diagnostic.
Probabilitas pasien yang menderita sakit dengan hasil test Positive.
PPV =     a
 a + b

d)    Negative Predictive Value (NPV)
adalah proporsi subyek / penduduk yang ditemukan benar-benar negative ( tidak menderita penyakit ) dari semua yang ditemukan tidak menderita penyakit.
Probabilitas pasien yang tidak menderita sakit dengan hasil test negative.
NPV =      d / c + d

e)    Nilai perkiraan kecermatan:
(1)    Nilai Kecermatan (+) (Positive accuracy) : Proporsi jumlah yang sakit terhadap semua hasil tes (+)
Rumus    y =    a
a + b

(2)    Nilai Kecermatan (-) (Negative accuracy) : Proporsi jumlah yang tidak sakit terhadap semua hasil tes (-)
Rumus     z =        d
c + d

Selain nilai kecermatan, dpt juga dihitung nilai komlemennya yaitu :
(1)    False positive rate: Jumlah hasil tes (+) semua dibagi dengan jumlah seluruh hasil tes (+)
False positif  =     b
b + d

(2)    False negative rate : Jumlah hasil tes (-) semua dibagi degnan jumlah seluruh hasil tes (-)
False negative  =        c
a + c


2)    RELIABILITAS
Pemeriksaan yg dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan sesuatu yg konsisten. reliabilitas didasarkan pada seberapa baik uji dilakukan pada waktu itu dalam hal keterulangannya (repeatibility).

3)    YIELD (hasil)
Yield merupakan istilah lain yang terkadang digunakan untuk menyebut tes screening. Yield adalah angka atau jumlah screening yang dapat dilakukan suatu tes dalam suatu periode waktu, jumlah penyakit yang dapat terdeteksi dalam proses screening. Validitas suatu uji dapat dipengaruhi oleh keterbatasan uji dan sifat individu yang diuji. Status penyakit, keparahan, tingkat dan jumlah pajanan, kesehatan giz, kebugaran fisik, dan faktor lain yang mempengaruhi  dan berdampak pada responden dan temuan tes.




DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko dan Dewi Anggraini. 2002. Pengantar Epidemiologi edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bustan MN. 2002. Pengantar Epidemiologi, Jakarta :  Rineka Cipta