10 March 2012

Cerebral Vascular Accident



Cerebral vascular accident (CVA) or stroke is the disruption of the blood supply to the brain, resulting in neurological dysfunction.

Causes of CVA :
1. thrombosis, blood clot within a blood vessel in the brain or neck
2. cerebral embolism
3. stenosis of an artery supplying the brain
4. cerebral hemorrhage, rupture of a cerebral blood vessel with bleeding/pressure into brain tissue.

Risk Factors associated with CVA :
1. hypertension
2. previus transient ischemic attacks (TIA)
3. cardiac disease ( atherosclerosis, arrhythmias, valvular heart disease)
4. advanced age
5. diabetes

Signs and symptoms :
  • higly dependent upon size and site of lesion
  • motor loss : hemiplegia (paralysis on one side of the body) or hemiparesis (motor weakness on one side of   the body)
  • communication loss
  • vision loss
  • sensory loss
  • bladder impairment
  • impairment of mental activity
  • in most instances onset of symptoms is very sudden
  • increased intracranial pressure is a frequent complication resulting from hemorrhage or ischemia and subsequent cerebral edema.

Medical and nursing management during the acute phase of CVA :
  1. objective of care during the acute phase : keep the patient alive, minimize cerebral damage by providing adequately oxygenated blood to the brain
  2. support airway, breathing, and circulation.
  3. maintain neurological flow sheet with frequent observation of the following : level of consciousness, pupil size and reaction to light, patient's response to commands, movement and strength, patient's vital signs such as : blood pressure; pulse; respirations; and temperature.
  4. continually reorient patient to person, place, and time (day, month) even if patient remains in a coma. confusion may be a result of simply regaining consciousness, or may be due to a neurological deficit.
  5. maintain proper positioning / body alignment
  6. ensure adequate fluid and electrocyte balance
  7. administer medications, as ordered : anti hypertensives, antibiotics if necessary, seizure control medications, anticoagulants, sedatives and tranquillzers are not given because they depress the respirstory center and obscure neurological observations.
  8. maintain adequate elimination.
  9. include patient's family and significant others in plan of care to the maximum extent possible.

04 March 2012

Stress


 Pengertian
a.       Menurut Hans Selye, ”stres adalah respons manuisa yang  bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes, Dep. Kes. RI, 1989).
b.      Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan )” (Dadang Hawari,2001)
c.       Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang “(Soeharto Heerdjan,1987)
d.      Secara umum, yang dimaksud ”stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, keteganan emosi, dan lain-lain.
e.       “Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuain diri dan karena itu, sesuatu yang menganggu keseimbangan kita” (Maramis,1999)
f.       Menurut vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Gran Brecht (2000) bahwa yang dimaksud ”Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut.”

Penggolongan Stres
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), dapat digolongkan sebagai berikut.
a.       Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, suara yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b.      Stres kimiawi, disebabkan oleh asam basa kuat,obat-obatan, zat beracun, hormon, atau gas.
c.       Stres mikorobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.
d.      Stres  fisiologi, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ atau sistematik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e.       Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f.       Stres psikis / emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.

Adapun menurut Brench Grand (2000), stres ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a.       Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin dan kebangkrutan.
b.      Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

Faktor Yang Mengaruhi Stres
a.       Faktor biologis - herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik, dan neurohormonal
b.      Faktor psikoedukatif / sosio kultural - perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi yang lain memengaruhi.

Kemampuan Individu Menahan Stres
Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stres. Hal tersebut tergantung pada :
a.       Sifat dan hakikat stres, yaitu intensitas, lamanya, lokal, dan umum (general)
b.      Sifat individu yang berkaitan dengan proses adaptasi

Menurut Rosenmen dan Chesney (1980), sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa stres apabila ditinjau dari tipe kpribadian individu dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
ü  Tipe yang rentan (vulnerable)
Terdapat pada tipe A yang disebut A type personality dengan perilaku Type A Behavior Pattern. Individu dengan tipe ini memiliki risiko tinggi mengalami stres dengan ciri-ciri kepribadian sebagai berikut:
a.       Cita-citanya tinggi (ambisius)
b.      Suka menyerang (agresif)
c.       Suka bersaing (kompetitif) yang kurang sehat
d.      Banyak jabatan rangkap
e.       Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah mengalami ketegangan, dan kurang sabar.
f.       Terlalu percaya diru (over convident)
g.      Self control kuat
h.      Terlalu waspada
i.        Tindakan dan cara bicaranya cepat dan tidak dapat diam (hiperaktif)
j.        Cakap dalam berorganisasi (organisatoris)
k.      Cakap dalam memimpin (leader)
l.        Tipe kepemimpinan otoriter
m.    Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic)
n.      Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri
o.      Disiplin waktu yang ketat
p.      Kurang rileks dan serba terburu-buru
q.      Kurang atau tidak ramah
r.        Tidak mudah bergaul
s.       Mudah empati, tetapi mudah bersifat bermusuhan
t.        Sulit dipengaruhi
u.      Sifatnya kaku (tidak fleksibel)
v.      Pikiran tercurah ke pekerjaan walaupun sedang libur.
w.    Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali.

ü  Tipe yang kebal (immune)
Terdapat ada tipe B yang disebut type B type personality dengan pola prilaku type B Behavior Pattern. Individu dengan type ini kebal terhadap stres, yang ciri-ciri kepribadiannya sebagai berikut :
a.       Cita-cita atau ambisisnya wajar.
b.      Berkompetisi  secara sehat.
c.       Tidak agresif.
d.      Tidak memaksakan diri.
e.       Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, penyabar dan tenang.
f.       Kewaspadaan wajar.
g.      Self confident wajar.
h.      Cara bicara tenang.
i.        Cara bertindak tenang  dan tidak dilakukan pada saat yang tepat.
j.        Self control wajar
k.      Ada keseimbangan waktu berkerja dan beristirahat.
l.        Sikap dalam memimpin maupun berorganisai akomodatif dan manusiawi
m.    Mudah bekerja sama  (kooperatif).
n.      Tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan.
o.      Bersikap ramah.
p.      Mudah bergaul.
q.      Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit)
r.        Bersifat fleksibel, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar.
s.       Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan disaat libur
t.        Mampu menahan dan mengendalikan diri.

Sumber Stres Psikologis
Menurut Marimis (1999), ada 4 sumber  atau penyebab stres psikologis,yaitu:
·         Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang, misalnya apabila pada perawat puskesmas lulusan SPK bercita-cita ingin mengikuti D3 Akper program khusus puskesmas, tetapi tidak diizinkan oleh istri / suami, tidak punya biaya dan sebagainya.
Frustasi ada yang bersifat intrinsik  (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegincangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan dan lain-lain).

·         Konflik
Timbulkan karena tidak bisa memilih antara 2 atau lebih macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-avoidance conflict ,atau avoidance-avoidance conflict

·         Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar disekolahkan selalu ranking satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan pada suami

·         Krisis
Krisis itu yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang segera dioperasi.

Keadaan stres terjadi beberapa sebab sekaligus, misalnya frutasi, konflik, dan tekanan.

Tahap Stres
Menurut Dr. Robbert J van Ambreg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stres sebagai berikut :
a.       Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperthitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam
b.      Stres tahap ke dua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, cepat capek pada menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenagan tidak memadai.
c.       Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, imsonia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d.      Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemesan.
e.       Stres tahap  kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fiskik dan mental (physical and psyhological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, binggung, dan panik.
f.       Stres tahap keenam (palink berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda,s eperti  jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetaran, dingin, dan banyak leluar kringat, loyo, serta pingsan atau collaps.

Reaksi Tubuh Terhadap Stres
Menurut Dadang Hawari (2001) dapat mengenai hampir seluruh sistem tubuh, seperti hal-hal sebagai berikut :
a.    Perubahan warna rambut dari hitam menjadi kecoklat-coklatan, ubanan, atau kerontokan.
b.    Gangguan ketajaman penglihatan
c.    Tinitus (pendengaran berdenging)
d.   Daya mengingat konsenstrasi dan berpikir menurun
e.    Wajah tegang, serius, tidak santai, sulit senyum, dan kedutan pada kulit wajah (tic facialis
f.     Bibir dan terasa kering, tenggorok terasa tercekik
g.    Kulit dingin atau panas, banyak berkeringat, dan kesemutan
h.    Napas terasa berat dan sesak
i.      Jantung berdebar-debar, muka merah atau pucat
j.      Lambung mual, kembung dan pedih, mulas, sulit defekasi, atau diare
k.    Sering berkemih
l.      Otot sakit, seperti ditusuk-tusuk, pegal, dan tegang
m.  Kadar gula meninggi, pada wanita terjadi gangguan menstrusasi
n.    Libido menurun atau bisa juga meningkat   

Cara Mengendalikan Stres
Kiat untuk mengendalikan stres menurut Grant Brecht (2000) sebagai berikut.
a.       Sikap, keyakianan, dan pikiran kita harus pisitif, fleksibel, rasional, dan adaptif terhadap orang lain. Artinya, jangan terlebih dahulu menyalahkan orang lain sebelum intropeksi diri dengan pengendalian internal
b.      Kendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan jalan :
·      Kemampuan menyadari (awareness skills)
·      Kemampuan untuk menerima (acepentance skills)
·      Kemampuan untuk menghadapi (coping skills)
·      Kemampuan untuk bertindak (action skills)
c.       Perhatian diri Anda, proses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan anda
d.      Kembangkan sikap efisiensi
e.       Relaksasi
f.       Visualisasi (angan-angan terarah)
g.      Circult breaker dan koridor stres

Teknik singkat untuk menghilangkan stres, misalnya melakukan pernapasan dalam, mandi santai dalam bak, tertawa, pijat, membaca, kecanduan positif (melakukan yang disukai secara teratur), istirahat teratur, dan ngobrol

Managemen Stres
Ada lima cara menangani stress :
1.      Mengurangi situasi stres
a.        Melalui kebiasaan, setiap orang mempunyai kebiasaan yang unik yang membantu menyelesaikan kegiatan sehari-hari. Contoh: seorang ibu yang memutuskan berhenti bekerja dan tinggal di rumah merawat anak. Setelah anaknya sekolah, timbul stres karena kegiatan / kebiasaannya berubah. Untuk itu ia perlu dibantu untuk mengembangkan kebiasaan baru
b.       Menghindari perubahan, menghindari perubahan dengan membatasi perubahan yang tidak diperlukan dan yang dapat dihindari. Ada orang yang stress setelah mejanya dibereskan karena menurut kebiasaanya benda-benda mudah ditemukan dalam kondisi berantakan.
c.        Time blocking. Alokasi atau membatasi waktu atau menyediakan kurun waktu tertentu untuk menfokuskan diri beradaptasi dengan stresor. Keuntungan alokasi waktu adalah mengembangkan atau membangun klien mencapai tujuan. Klien menggunakan waktu dan sumber lebih efektif. Misalnya setelah tertunda beberapa lama laporan-laporan yang belum selesai maka ia luangkan waktu khusus untuk menyelesaikannya.
d.       Time management. Tehnik ini berguna untuk klien yang tidak dapat mengerjakan berbagai hal pada waktu yang sama. Klien membuat daftar tugas yang harus dilaksanakan dan membuat prioritas tugas yang lebih penting.

2.      Modifikasi lingkungan. Merubah lingkungan yang merupakan sumber stres secara realistisakan mengurangi stres. Jika klien dapat mengendalikan / mengontrol lingkungan berarti stres dapat diatasi. Misalnya saat terjadi kebocoran atap klien menjadi stress tetapi akan menurun bila klien sanggup memperbaikinya.

3.      Mengurangi respon fisiologis terhadap stres dengan cara Latihan teratur atau olah raga yang teratur meningkatkan tonus otot, stabilitas BB, mengurangi, ketegangan dan relaksasi. Program latihan berguna untuk mengurangi dampak stres seperti : hipertensi, kelebihan berat badan, ketegangan, sakit kepala, kelelahan, keletihan mental / sensitif dandepresi.

4.      Diet / nutrisi. Nutrisi dan latihan / olah raga sangat berhubungan. Makanan memberi tenaga untuk melakukan kegiatan dan kegiatan / latihan meningkatkan sirkulasi dan distribusi makanan ke jaringan. Makanan yang buruk meningkatkan respon stres.

5.      Relaksasi, distraksi dan Istirahat. Istirahat dan tidur diperlukan untuk menyegarkan tubuh dan bermanfaat untuk ketenangan mental. Untuk itu klien perlu belajar relaksasi untuk dapat tertidur. Secara umum tehnik relaksasi sangat penting untuk diketahui dan dikuasai oleh perawat agar dapat melatih klien. Relaksasi dimulai dari pengenduran otot-otot diseluruh tubuh. Dilanjutkan dengan pengelolaan pernafasan, selanjutnya pemberian sugesti ekternal oleh perawat kepala atau perawat senior sesuai dengan output yang dikehendaki. Outputnya dapat berupa kepasrahan, rasa syukur, pelepasan energi negatif dan kemarahan, relaks sampai tertidur atau ekspresi emosi sampai menangis.


        SUMBER :
        http://www.scribd.com/doc/53163069/18/Tingkat-Kesadaran
  Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta. EGC