13 May 2013

Kesehatan Lingkungan



Kesehatan adalah  keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Pasal 1 butir 1 UU No. 36 Tahun 2009).
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak langsung diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme tersebut
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya realitas hidup manusia yang sehat, sejahtera dan bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan).
Kesehatan lingkungan adalah upaya untuk melindungi kesehatan manusia melalui pengelolaan, pengawasan dan pencegahan factor-faktor lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan manusia (Sumengen Sutomo, 1991).
Kesehatan lingkungan  adalah  ilmu  dan  seni  dalam  mencapai keseimbangan, keselarasan dan keserasian lingkungan hidup melalui upaya pengembangan budaya perilaku sehat dan pengelolaan lingkungan sehingga dicapai kondisi yang bersih, aman, nyaman, sehat dan sejahtera terhindar  dari  gangguan  penyakit, pencemaran  dan kecelakaan, sesuai  dengan harkat  dan  martabat manusia. (Sudjono Soenhadji, 1994).
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.


Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan digunakan indikator-indikator seperti persentase rumah tangga sehat, persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari pompa /sumur/ mata air menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotoran (tinja), dan persentase rumah tangga menurut kepemilikan fasilitas buang air besar.
6 indikator lingkungan menurut DEPKES RI 2007, yaitu:
Terdapat beberapa indicator lingkungan yang harus dipenuhi sebuah rumah tangga agar dapat disebut sebagai rumah tangga sehat, yaitu ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Selain itu, juga terdapat indicator lain yang terkait dengan factor perilaku dan keterjangkauan terhadap jaminan pemeliharaan kesehatan.
Statistic kesejahteraan rakyat tahun 2006 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik mengategorikan sumber air minum yang digunakan rumah tangga menjadi dua kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindung terdiri atas air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan. Sedangkan, sumber air minum tak terlindung terdiri atas sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, dan lainnya.
Sumber air minum sering menjadi sumber pencemaran penyakit yang ditularkan melalui perantara air (water-borne disease). Oleh karena itu, sumber air minum harus memenuhi syarat lokalisasi oleh konstruksi. Syarat lokalisasi menginginkan agar sumber air minum terhindar dari pengotoran, sehingga perlu diperhatikan jarak sumber air minum dengan kakus, lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah, dan sumber-sumber pengotor lainnya. Jarak tersebut tergantung dari keadaan tanah dan kemiringannya. Pada umumnya, jarak sumber air minum dengan beberapa sumber pengotoran termasuk tempat penampungan akhir kotoran (tinja) tidak kurang dari 10 meter dan diusahakan agar letaknya tidak berada di bawah sumber-sumber tersebut.
Keberadaan fasilitas buang air besar telah menjadi kebutuhan penting pada kehidupan masyarakat modern. Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan isu penting dalam menentukan kualitas hidup pendukung. Statistic Kesra tahun 2006 membagi rumah tangga berdasarkan kepemilikan fasilitas tempat buang air besar yang terdiri atas fasilitas sendiri (pribadi), bersama, umum, dan tidak ada.

Pertambahan penduduk baik diperkotaan maupun pedesaan berdampak negative terhadap perbandingan antara jumlah luas lantai hunian terhadap penghuni dan berkurangnya ruang terbuka pada area pemukiman. Hal ini tentu saja memiliki implikasi terhadap status kesehatan masyarakat penduduk. Jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman. Kuman yang pada umumnya merupakan penyebab penyakit menular saluran pernapasan akan semakin banyak bila jumlah penghuni semakin besar. Ukuran rumah yang relative kecil dan berdesak-desakan diketahui juga dapat tempat bermain luas yang luas yang mampu mendukung daya kreativitasnya. Dengan kata lain, rumah bila terlampau padat di samping merupakan media yang cocok untuk terjadinya penularan penyakit khususnya penyakit saluran pernapasan juga dapat memengaruhi perkembangan anak.
Program pengendalian lingkungan bertujuan untuk penyediaan air, udara, dan makanan yang bersih, dan aman. Hal yang juga tercangkup di dalam pengendalian lingkungan adalah manajemen pengelolaan limbah padat (sampah kering dan basang), limbah cair (air kotor), dan pengendalian vektor penyakit (serangga, dan binatang pengerap). Untuk mendapatkan udara yang aman perlu dilakukan pengendalian patogen infeksius yang menyebar melalui udara (air-borne).


Sampah adalah suatu bahan/benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia dan dibuang. Sampah juga dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu kegitan yang dibuang karena sudah tidak terpakai. Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
a)      Adanya suatu benda atau benda padat.
b)      Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia
c)      Benda /bahan tersebut tidak terpakai lagi.



Sampah bersumber dari:
a)      Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wates)
Sampah yang terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak/belum, bekas bembungkus berupa kertas, plastic, daun, dan lain-lain.
b)      Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, dll. Sampah ini berupa: plastic, kertas, botol, daun,dll.
c)      Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan,dll. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastic, karbon, klip, dll. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar (rubbish).
d)     Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari: kertas-kertas kardus-kardus, debu, batu-batuan, sobekan ban, dll.
e)      Sampah yang berasal dari industry (industrial wastes)
Sampah ini berasal dari kawasan industry, termasuk sampah yang bersal dari pembangunan industry, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya: sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastic, kayu, potongan tekstik, kaleng,dll.
f)       Sampah yang bersasal dari pertanian
Sampah ini hasil dari perkebunan/pertanian, misalnya: jerami, sayur-sayuran, batang padi, batang jagung, dll
g)      Sampah yang bersal dari pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis pertambangannya, misalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran, dll.
h)      Sampah yang berasal dari perternakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari perternakan dan perikanan ini, berupa: kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dll.



Jenis –Jenis Sampah
Sampah terdiri dari beberapa macam, antara lain: sampah padat, sampah cair, dan sampah bentuk gas(fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
a.    Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah dibagi menjadi:
1)      Sampah an-organik, adalah sampah yang pada umumnya tidak bisa membusuk (logam/besi, pecahan gelas, plastic, dll.
2)      Sampah organic, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk (sisa makanan, buah-buahan,dll.
b.   Berdasarkan dapat tidaknya dibakar
1)      Sampah yang mudah terbakar (kertas, karet, kayu, kain bekas,dll.
2)      Sampah yang tidak dapat terbakar (kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas,dll.
c.    Berdasarkan karakteristik sampah
1)      Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan/ pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk, dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel,dll.
2)         Rrubbisih, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdangan baik yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, dan sebagiannya, maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, dll.
3)         Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.
4)         Sampah jalanan(street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastic, dll.
5)         Sampah industry, yaitu sampah yang berasal dari industry/pabrik-pabrik.
6)         Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan,/dibuang oleh orang.
7)         Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), adalah bangkai mobil, sepeda, ,dll.
8)         Sampah pembangunan (construction wates), yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagiannya, yang berupa puing-puing, potong-potongan kayu,dll


Pengolahan sampah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganism penyebab penyakit (bacteripatogen), dan juga binatang seranggga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vector). Yang dimaksud dengan pengelolan sampah disini adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan / pengolahan sampag sedemikian rupa sehinggga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara pengelolan sampah antara lain:
a.          Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga/institusi yang menghasilkan sampah. Oleh karena itu, mereka ini harus membagun/mengadakan tempat khusus untuk pengumpulan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat penampungan sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke tempat penampungan akhir (TPA). Mekanisme, system, atau cara pengangkutannya untuk di daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya dapat dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan TPS, maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya didaur ulang menjadi pupuk.
b.         Pemusnahan dan pengolahan sampah
Pemusnahan dan /pengolahan sampah padat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:
1)   Ditanam (landfill), yaitu memusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun dengan tanah.
2)   Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran.
3)   Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organic daun-daun, sisa makanan, dan sampah lainnya yang dapat membusuk.



Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri, maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman, dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti  industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari –hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor  (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara baik.
Air limbah ini yang berasal  dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi:
1)   Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domesik wasted water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekstreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2)   Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain; nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya.
3)   Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restauran, dsb. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.



a.      Karakteristik Air Limbah
            Secara garis besar, karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi:
1)      Karakteristik Fisik
-       Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padan dan suspensi
-       Berwarna suram terutama pada air limbah rumah tangga, seperti larutan sabun, sedikit berbau.
-       Kadang-kadang mengandung sisa kerta, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian  tinja, dsb.

2)      Karakteristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia an-organik yang berasal dari air bersih beserta bermacam-macam zat organik, berasal dari penguraian air tinja, urin, dan sampah-sampah lainnya.
Pada umumnya bersifat basah ketika masih baru dan cenderung bau asam apabila sudah mulai membusuk. Substansi organik dalam air buangan terdiri dari 2 gabungan, yaitu:
a)      Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amino, dan asam amino.
b)      Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, dan karbohidral, termasuk selulosa.

3)      Karakteristik bakteriologi
Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan.
Sesuai dengan zat-zat yang terkandung dalam air limbah ini, maka air limbah yang tidak di olah terlebih dulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup, antara lain:
a)      Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama: kolera, tifus abdominalis, desentri, baciler.
b)      Menjadi media berkembang biaknya mikro-organisme patogen.
c)      Menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk
d)     menimbulkan bau yang tidak sedap serta pandangan yang tidak enak.
e)      Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainnya.
f)       Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak nyaman, dsb.

b.      Cara pengolahan air limbah secara sederhana
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut.secara ilmiah, sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air limbah. Namun demikian, alam mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut :
§  Pengeceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.
§  Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan didaerah yang terbuka, sehingga memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.


§  Irigasi
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.

a.     Pengelolaan Pembuangan Kotoran Manusia
                        Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maka perlu diperhatikan antara lain :
1)          Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang – binatang lain, terlindung dari pandangan orang ( privacy ) dan sebagainnya.
2)         Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya.
3)         Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak menggangu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.
4)         Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

b.      Teknologi Pembuangan Kotoran Manusia secara Sederhana
         Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu berbeda dengan teknologi jamban di daerah perkotaan. Oleh karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan di samping harus memenuhi persyaratan jamban sehat seperti telah diuraikan di atas, juga harus didasarkan pada sosiobudaya dan ekonomi masyarakat pedesaan. Tipe – tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara lain :
a)                           Jamban cemplung, kakus (pit latrine)
kakus cemplung tidak boleh terlalu dalam. Sebab bila terlalu dalam akan mengotori air tanah di bawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,53 meter saja. Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bamboo, dinding bamboo, dan atap daun kelapa ataupun daun padi. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya sejauh 15 meter.
b)                           Jamban cemplung berventilasi  (ventilasi improved pit latrin = VIP latrine)
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu.
c)      Jamban empang (fishpond latrine)
Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Jamban empang ini mempunyai fungsi yaitu di samping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).   
d)        Jamban pupuk (the compost priuy)
Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Di samping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan.
Prosedurnya adalah:
·      Mula-mula membuat jamban cemplung biasa.
·      Di lapisan bawah sendiri ditaruh sampah daun-daunan.
·      Di atasnya ditaruh kotoran dan kotoran binatang (kalau ada) setiap hari.
·      Setelah ± 20 inci, ditutup lagi dengan sampah, daun-daunan selanjutnya ditaruh kotoran lagi.
·      Demikian selanjutnya sampai penuh.
·      Setelah penuh ditimbun tanah, dan membuat jamban baru.
·      Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakan pupuk tanaman.
e)         Septic tank
Latrin jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami dua proses yakni:


§  Proses kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70%) zat-zat padat akan mengendap dalam tangki sebagai ‘sludge’. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama – sama dengan lemak dan busa akan mengapung membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki tersebut. Lapisan ini disebut ‘scum’ yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur yang akan berfungsi pada proses berikutnya.
§  Proses biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organic alam sludge dan scum. Hasilnya selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan ‘enfluent’ sudah tidak mengandung bagian – bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan ke luar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan


*      Factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah
1.      Faktor lingkungan,
Baik lingkungan fisik, bilogis maupun lingkungan sosial. maksudnya, membangun sebuah rumah harus memrhatikan tempat di mana rumah itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah kota, di daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah dekat gunung berapi (daerah gempa) atau daerah bebas gempa, dan sebagainya. Rumah di daerah pedesaan, sudah barang di sesuaikan kondisi sosial budaya pedesaan misalnya bahanya, bentuknya, menghadapnya,dan lain sebagainya. Rumah di daerah gempa harus di buat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus kokoh, rumah di dekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap serangan binatang buas.

2.      Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
Hal ini di magsudkan rumah di bangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya,untuk iti maka bahan-bahan setempat misalnya dari bamboo,kayu atap rumbia, dan sebagainya, merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekedar berdiri pada saaat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya. Oleh karena itu, kemampuan pemeliharaan penghuninya perlu di pertimbangkan.
3.      Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat
Dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan begitu modern. Akan tetapi, teknologi modern itu sangat mahhal dan bahkan kadang kadang tidak dimengerti masyarakat. Rakyat pedesaan bagaimana pun, sederhananya, sudah mempunyai teknologi perumhan sendiri yang dipunyai turun temurun.  Dalam rangka penerapan teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudah dipunyai masyarakat di modifikasi.  Segi- segi yang merugikan kesehatan dikurangi, dan dipertahankan segi-segi yang sudah positif. Contoh: rumah limasan  yang terbuat dari dinding dan atapnya dari daun rumbia yang dihuni oleh orang yang kemampuannya sejauh itu,dapat dipertahankan, hanya kesadaran dan kebiasaaan membuat lubang angin (jendela) yang cukup, perlu ditankan kepada mereka.
4.      Kebijaksanaan (peraturan) Pemerintahan yang tata guna tanah.
Untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaaan belum merupakan problem, namun di kota sudah menjadi masalah yang besar.

*      Syarat- syarat rumah yang sehat
a.       Lantai : ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilaksanakan berkali-kali, lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.
b.      Dinding tembok yang sangat baik, namun disamping mahal, tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di daerah pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup maka papan tersebut merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.
c.       Atap genteng umum dipakai baik di daerah perkotaan, maupun di pedesaan. Disamping atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu maka atap daun rumbia atau daun kelapa dapat dipertahankan. Atap seng atau asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal juga menyebabkan suhu panas di dalam rumah.
d.      Lain-lain (tiang, kaso, dan reng), kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman bahan bahan ini tahan lama. Tetapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini maka cara memotongnya harus menurut ruas-ruas bambu tersebut, apabila tidak pada ruasnya, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang  digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara dalam rumah tersebut tetap sejuk. Hal ini bberati keseimbangan O2  yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghununya menjadi meningkat. Samping itu, didak cukupnya ventilasi menyebabkan kelembapan udara dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.kelembapan ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, pathogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit).
Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan ruangan dari bakteri-bakteri  terutama bakteri pathogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap dalam kelembapan (humidity) yang optimum.
Ada 2 macam ventilasi, yakni:
a)      Ventilasi alamiah, dimana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melaui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada angin, dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah tidak menguntungkan, Karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainya kedalam rumah. untuk itu harus ada usaha usaha lain untuk melindungi dari gigitan nyamuk tersebut.
b)      Ventilasi buatan, yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut misalnya kipas angin dan mesin penghisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak membalik lagi, harus mengalir. Artinya dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari, di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silaun, dan akhirnya dapat merusak mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2 yakni:
a)      cahaya alamiah yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri pathogen dalam rumah, misalnya basil TBC. Oleh karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan masuk cahaya (jendela ) luasnya sekurang kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini, disamping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuknya cahaya. Lokasi penempatan jendelapun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari didinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah tengah didnding (tembok).
b)      Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu, minyak tanah,listrik, dan sebagaimana.

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya. artinya luas lantai banguanan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan berjubel (overcrowded) hal ini tidak sehat, sebab di samping menyebabkan konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan mudah tertular. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 x 3 m untuk setiap orang (tiap anggota keluarga).

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a)      Penyedian air  bersih yang cukup
b)      Pembuangan tinja
c)      Pembuangan air limbah (air bekas)
d)     Pembuangan sampah
e)      Fasilitas dapur
f)       Ruang berkumpul keluarga
Untuk rumah dipedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang). Disamping fasilitas fasilitas tersebut ada fasilitas lain yang perlu di adakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni :
a)      Gudang merupakan tempat penyimpanan hasil panen. Gudang dapat berupa bagian dari rumah tempat tinggal atau bangunan tersendiri.
b)      Kandang ternak. Oleh karena ternak adalah bagian hidup para petani, maka kadang-kadang ternak tersebut di dalam rumah. Hal ini tidak sehat karena ternak merupakan sumber penyakit pula maka sebaiknya demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal, atau dibuatkan kandang tersendiri


Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55%-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65 % dan untuk bayi sekitar 80%.
*      Syarat-syarat air minum yang sehat:
Agar air minum tidak menimbulkan penyakit  maka air, tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidak tidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut:
a.         Syarat fisik
Persyaratan fisik air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara diluarnya. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
b.         Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri pathogen. Cara ini untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa sampel (contoh). Air tersebut. Dan biala dari mpemerikasaan 100cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E.coli maka air tersebut sudah syarat kesehatan.
c.         Syarat ilmiah
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis dalam manusia.

*      Sumber sumber air minum
1.      Air hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Akan tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium di dalamnya.
2.       Air sungai dan danau
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air huajn yang mengalir melalui saluran-salran ke dalam sungai atau danau. Kedua sumber ini sering juga disebut air permukaan. Oleh karena itu sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu.
3.      Mata air
Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dan mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Akan tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar, maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum.
4.      Air sumur dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dan tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar  antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur  pompa dangkal ini belum begitu sehat, karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum di minum.
5.      Air sumur dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya diatas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar air sumur kedalaman seperti ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan)

*      Pengolahan air minum secara sederhana.
Seperti telah disebutkan dalam uraian terdahulu, bahwa air minum yang sehat harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan khususnya tidak  terlindung (protected), sehingga air tersebut tidak atau kurang memenuhi persyaratan  kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan terlebih dahulu. Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut:
1.      Pengolahan secara alamiah
Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh dari berbagai macam sumber seperi air danau, air kali, air sumber (mata air), dan sebagainya. Dalam penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya. Dalam penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya. Kemudian akan terjadi koagulasi dari zat-zat yang terdapat dalam air, dan akhirnya terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap.
2.      Pengolahan air denagn menyaring
Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil,ijuk dan pasir. Lebih lanjut akan diuraikan kemudian. Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh PAM (perusahaan Air Minum) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum.
3.      Pengolahan air dengan menambahkan zat kimia
Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam, yakni zat kimia yang berfungsi untuk koagulasi, dan akhirnya mempercepat pengendapan, (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua adalah berfungsi untuk  menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada di dalam air, misalnya chlor)
4.      Pengolahan air dengan mengalirkan udara
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan gas gas yang tidak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikan derajat keasaman air.
5.      Pengobatan air dengan memanaskan sampai mendidih
Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil, misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari segi konsumennya, pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi 2 yakni:
1)        Pengolahan air minum untuk umum
a)                                 Penampungan air hujan
Air hujan dapat ditampung dakam suatu dam (danau buatan), yang di bangun berdasarkan partisipasi masyarakat setempat. Semua air hujan dialirkan ke danau tersebut melalui alur-alur air. Kemudian di sekitar danau tersebut dibuat sumur pompa atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat di tamping dengan bak-bakferosemen., dan di sekitarnya di bangun atap-atap untuk mengumpulkan air hujan. Disekitar bak  tersebut di buat saluran-saluran keluar untuk pengambilan air untuk umum.
Air hujan baik yang berasal dari sumur (danau) dari bak penampungan gersebut secara bakteriologik belum terjammin, untuk itu maka kewajiban keluarga untuk memasaknya, muisalnya dengan merebus air tersebut.
b)                                 Pengolahan air sungai
Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung melalui saringan kasar yang dapat memindahkan benda benda padat dalam partikel besar. bak penampung tadi diberi saringan yang terdiri dari ijuk, pasir, kerikil dan sebagainya. Kemudian air dialirkan ke bak penampung lain, disini ndi butuhkan tawas dan chlor. Dari sini baru dialirkan ke penduduk atau di ambil penduduk sendiri langsung ke tempat itu. Agar bebas dari bakteri, bila air akan diminum harus direbus terlebih dahulu.
c)                            Pengolahan mata air
Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola dengan melindungi sumber mata air tersebut, agar tidak tercemar oleh kotoran. Dari sini air tersebut dapat dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa bamboo, atau penduduk dapat langsung mengambilnya sendiri ke sumber yang sudah terlindung tersebut.

2)   Pengolahan air untuk rumah tangga
a)                            Air sumur
Air sumur pompa, terutama air sumur pompa dalam sudah cukup memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan. Tetapi sumur pompa ini di daerah pedesaan masih mahal, di samping itu, teknologi  masih dianggap tinggi untuk masyarakat pedesaan. Yang lebih umum di daerah pedesaan adalah sumur gali. Agar air sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh kotoran di sekitarna, perlu adanaya syarat-syarat sebagai berikut:
8  Harus ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak akan masuk ke dalamnya.
8  Pada bagian atas kurang lebih 3m dari permukaan tanah harus ditembok, agar air dari atas tidak dapat mengotori air sumur.
8  Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi kekeruhan.
Sebagai pengganti kerikil , ke dalam sumur ini dapat dimasukan suatu zat yang dapat dimasukan suatu zat yang dapat membentuk endapan . misalnya aluminium sulfat (tawas). Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat di lakukan dengan menyarin dengan saringan yang dapat dibuat  sendiri dari kaleng bekas.
b)                            Air hujan
Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan melalui penampungan air hujan. Tiap-tiap keluarga dapat melakukan penampungan air hujan dari atapnya masing-masing melalui aliran talang. Pada musim hujan hal ini tidak jadi masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan tempat penampungan air hujan lebih besar agar mempunyai tendon (storage) untuk miusim kemarau


PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan. PHBS rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga, agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Terdapat 10 indikator PHBS di dalam rumah tangga, yakni :
  1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan : Yang dimaksud tenaga kesehatan disini seperti dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa masyarakat yang masih mengandalkan tenaga non medis untuk membantu persalinan, seperti dukun bayi. Selain tidak aman dan penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh dukun bayi inipun dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.
  2. Memberi bayi ASI Eksklusif : Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI Eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi mulai usia nol hingga enam bulan.
  3. Menimbang Balita setiap bulan : Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan. Penimbangan ini dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan dari Balita tersebut.
  4. Menggunakan Air Bersih : Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.
  5. Mencuci tangan dengan sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan setiap kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan, seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi.
  6. Gunakan Jamban Sehat : Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
  7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup).
  8. Makan buah dan sayur setiap hari : Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
  9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari : aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan lain-lainnya.
  10. Tidak merokok di dalam rumah : Di dalam satu puntung rokok yang diisap, akan dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO)


Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain :
1.    Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
2.    Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut:
§  Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
§  Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur
§  Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
§  Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
§  Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
§  Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
§  Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal
3.    Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
§  Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
§  Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
·       Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
·       Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4.    Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-faktor /unsur, berikut:
§  Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi
§  Penyimpanan sampah
§  Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
§  Pengangkutan
§  Pembuangan
—-Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien
5.    Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
6.    Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :
·      Persyaratan lokasi dan bangunan
·      Persyaratan fasilitas sanitasi
·      Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
·      Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
·      Persyaratan pengolahan makanan
·      Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
·      Persyaratan peralatan yang digunakan
7.    Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi 2, yaitu: pencemaran udara di dalam ruangan (indoor air pollution) dan pencemaran udara di luar ruangan (out door air pollution). Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar.


Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat professional antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses.
1.      Care Giver
Pada peran ini perawat diharapkan mampu
a.       Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
b.      Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien.
Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.

2.      Client Advocate (Pembela Klien)
Tugas perawat :
a.         Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
b.         Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).

Hak-Hak Klien antara lain :
a.       Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya
b.      Hak atas informasi tentang penyakitnya
c.       Hak atas privacy
d.      Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
e.       Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :
a.       Hak atas informasi yang benar
b.      Hak untuk bekerja sesuai standart
c.       Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien
d.      Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok
e.       Hak atas rahasia pribadi
f.       Hak atas balas jasa

3.      Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Peran perawat disini adalah
a.    Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
b.    Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu



Ferry Efendi dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.

Soekidjo Notoatmojo. 2011. kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: RINEKA CIPTA.
Sumijatum,dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC.
Suyono dan Budiman. 2010. ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konten Kesehatan Lingkunga. Jakarta: EGC.