24 February 2012

Afek dan Emosi


 Afek
Afek adalah perasaan yang menguasai segenap hidup jiwa dan tidak  bisa dikontrol serta dikuasai oleh pikiran. Afek biasanya disertai reaksi jasmaniah, yaitu peredaran darah, denyut jantung dan pernapasan bisa cepat atau menjadi lemah. Emosi adalah gejala kejiwaan yang berhubungan dengan gejala kejasmanian.
Contoh :
·         Orang yang sedang marah mengambil, melempar, dan membanting benda dari sekitarnya, disertai mukanya merah, TD meningkat, dan gemeter.
·         Anak yang tidak lulus ujian, menangis sampai kejang-kejang bahkan sampai pingsan,disertai muka pucat dan keluar keringat dingin

Emosi
Emosi adalah “Manifestasi perasaan atau efek keluar dan di sertai banyak  komponen fisiologik, dan biasanya berlangsung lama”(Marimis,1990). Emosi adalah ”Suatu keadaan perasaan yang telah melampaui batas sehingga untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu” (Bimo Walgito ,1989). Sebagai contoh : ketakutan, kecemasan, depresi, dan kegembiraan.

Emosi dan Gejala Kejasmanian
Emosi sebagai gejala kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi,dalam diri individu itu akan terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmanian,misalnya ketakutan maka gejala kejasmanian yang tampak adalah muka pucat,dan jantung berdebar-debar.

Komponen Emosi
Menurut Atkinson R.L., dkk, komponen emosi terdiri dari :
a.       Respon atau reaksi tubuh internal, terutama yang melibtkn sistem otomtik, misalnya bila marah suara menjdi tinggi dan gemetar.
b.      Keyakinan atau penilian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif atau negatif,misalnya saya gembira sekali dapat diterima di Fakultas Kedokteran.
c.       Ekspresi wajah, Apabila Anda merasa benci pada seseorang, mungkin akan mengkerutkan dahi atau kelopak mata menutup sedikit.
d.      Reaksi terhadap emosi, misalnya marah-marah menjadi agresi tu gembira hingga meneteskan air mata.

Ransangan dan Emosi
Suatu emosi yang kuat dapat memengaruhi perubahan fisiologis.Seseorang yang sedang marah atau ketakutan dapat  memengaruhi debaran jantung  ,pernapasan,aktifnya kelenjar keringat, merinding, sekresi air liur meningkat,dan mungkin kadar gula dan mungkin kadar gula meningkat

Terori Emosi
Teori ini untuk menjawab pertanyaan,apakah hubungan emosi dengan gejala kejasmanian ataukah justru sebaliknya. Menurut Bimo Walgito (1989), teori emosi sebagai berikut :
a.       Teori sentral - Dikemukakan oleh Cannon. Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibt dari emosi  yang dialami individu, misalnya : Orang yang marah gejala kejasmaniannya meliputi jantung berdebar, pernapasan cepat, dan mata merah.
b.      Teori Perifer - Dikemukakan oleh  James-Lange. Teori ini merupakan kebalikan dari teori sentral. Gejala kejasmanian. Menurut teori ini ,orng tidak menangis kren susah,tetapi sebaliknya,ia susah karena menangis.
Berdasarkan penelitian Sherrington dan Cannon, dikatakan bahwa pada umumnya teori perifer tidak tepat, dan menitiberatkan pada hal-hal yang bersifat perifer, bukan yang bersifat sentral.
c.       Teori  Kepribadian - dikemukan oleh J. Linchoten. Teori ini mengatakan bahwa emosi merupakan suatu aktifitas pribadi, ketika pribadi tidak dapat dipisah-pisahkan, antara jasmani dan psikis sebgai dua substansi yang terpisah.

1.2  Faktor yang mempengaruhi afek dan emosi
Beberapa ahli psikologi menyebutkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan emosi seseorang (Astuti, 2005), yaitu:


1.      Pola asuh orangtua
Pola asuh orang tua terhadap anak bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja, sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh dari orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi peserta didik.
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam kehidupan anak, tempat belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat anak dapat berinteraksi. Dari pengalamannya berinteraksi di dalam keluarga ini akan menentukan pula pola perilaku anak tehadap orang lain dalam lingkungannya. Dalam pembentukan kepribadian seorang anak, keluarga mempunyai pengaruh yang besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang anak, salah satu faktor tersebut adalah pola asuh orangtua (Tarmudji, 2001).
Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat (Tarmudji, 2001). Dimana suatu tugas tersebut berkaitan dengan mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya baik secara fisik maupun psikologis (Andayani dan Koentjoro, 2004).
Menurut Goleman (2002) cara orang tua memperlakukan anak-anaknya akan memberikan akibat yang mendalam dan permanen pada kehidupan anak. Goleman (2002) juga menemukan bahwa pasangan yang secara emosional lebih terampil merupakan pasangan yang paling berhasil dalam membantu anak-anak mereka mengalami perubahan emosi. Pendidikan emosi ini dimulai pada saat-saat paling awal dalam rentang kehidupan manusia, yaitu pada masa bayi.
Idealnya orangtua akan mengambil bagian dalam pendewasaan anak-anak karena dari kedua orangtua anak akan belajar mandiri melalui proses belajar sosial dengan modelling (Andayani dan Koentjoro, 2004).
2.      Pengalaman traumatik.
Kejadian-kejadian traumatis masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang, dampaknya jejak rasa takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan dapat berlangsung seumur hidup. Kejadian-kejadian traumatis tersebut dapat bersumber dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan di luar keluarga (Astuti, 2005).
3.      Temperamen.
Temperamen dapat didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional kita. Hingga tahap tertentu masing- masing individu memiliki kisaran emosi sendiri-sendiri, temperamen merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian dari genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia (Astuti, 2005).
4.      Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin memiliki pengaruh yang berkaitan dengan adanya perbedaan hormonal antara laki- laki dan perempuan, peran jenis maupun tuntutan sosial yang berpengaruh pula terhadap adanya perbedaan karakteristik emosi diantara keduanya (Astuti, 2005).
5.      Usia
Perkembangan kematangan emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan pertambahan usianya. Hal ini dikarenakan kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis seseorang. Ketika usia semakin tua, kadar hormonal dalam tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatkan penurunan pengaruhnya terhadap kondisi emosi (Moloney, dalam Puspitasari Nuryoto 2001). Namun demikian, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seseorang yang sudah tua, kondisi emosinya masih seperti orang muda yang cenderung meledak-ledak. Hal tersebut dapat diakibatkan karena adanya kelainan-kelainan di dalam tubuhnya, khususnya kelainan anggota fisik. Kelainan yang tersebut dapat terjadi akibat dari pengaruh makanan yang banyak merangsang terbentuknya kadar hormonal.
6.      Perubahan jasmani.
Perubahan jasmani ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan petumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi peserta didik. Tidak setiap peserta didik dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti ini, lebih-lebih perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh peserta didik dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.

7.      Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya.
Peserta didik sering kali membangun interaksi sesame teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk emacam geng. Interaksi antar anggotanya dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Fakor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Gejala ini sebenarnya sehat bagi peserta didik, tetapi tidak jarang menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada mereka jika tidak diikuti dengan bimbingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa.
8.      Perubahan Pandangan Luar.
Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri peserta didik, yaitu :
a.       Sikap dunia luar terhadap peserta didik sering tidak konsisten
b.      Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk peserta didik laki-laki dan perempuan.
c.       Seringkali kekosongan peserta didik dimamfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab.
9.      Perubahan Interaksi dengan Sekolah.
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang sangat diidealkan oleh pererta didik. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru disini amat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.


1.3  Jenis-jenis gangguan afek dan emosi
Afek dan emosi biasanya dipakai secara bergantian, dengan aspek-aspek yang lain pada manusia (proses berpikir, psikomotor, persepsi, ingatan) saling memengaruhi dan menentukan tingkat fungsi manusia itu pada waktu itu.

Jenis Gangguan Afek Dan Emosi
a.       Depresi atau melankolis
·      Ciri-ciri psikologik, misalnya sedih, susah, murung, rasa tak berguna, gagal, kehilangan, tak ada harapan, putus asa, dan penyesalan yang patologis.
·      Ciri-ciri somatik,mislnya anoreksia,konstipasi,kulit lembab atau dingin, TD dan post turun . Ada depresi  dengan penarikan diri dengn penarikan diri dan agitasi atau kegelisahan.
b.      Kecemasan (ansietas) :
·      Ciri-ciri psikologik, misalnya khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tak aman, takut, dan lekas terkejut.
·      Ciri-ciri somatik, misalnya palpitasi (debaran jantung yang cepat/keras), keringat dingin pada telapak tangan. TD meninggi, peristaltik bertambah.

Kecemasan dapat berupa :
·      Kecemasan yang mengambang (free floating anxiety) à tidak ada hubungannya dengan pikiran.
·      Agitasi à kecemasan yang disertai dengan kegelisahan motorik yang hebat.
·      Panik à serangn kecemasan yang hebat dengan kegelisahan, kebinggungan. dan hiperaktivitas yang tidak terorganisasi.
·      Eforia à Rasa ringan, gembira, senang, dan bahagia yang berlebihan.
·      Anhedonia à ketidakmampuan merasakan kesenangan.
·      Kesepian à merasa dirinya ditinggalkan.
·      Kedangkalan à kemiskinan afek dan emosi
·      Afek dan emosi yang labil à  Tiba-tiba marah-marah atau menangis.
·      Variasi afek dan emosi sepanjang hari à perubahan afek  dan emosi mulai sejak pagi smpai malam hari, misalnya pada psikosis-manik depresif, depresinya lebih keras pada pagi hari dan menjadi lebih ringan pada sore hari.
·      Ambivalensi à Emosi dan afek dan berlawanan timbul bersama-sama terhadap suatu objek, hal, atau orang.
·      Apatis à Berkurangnya afek dan emosi terhadap semua hal dengan disertai rasa terpencil dan tidak peduli. Dapat diartikan pula sebagai menurunnya kesadaran.
·      Amarah à Kemurkaan atau permusuhan, yang di tandai  sifat agresif.


Sakit Mental karena Gangguan Emosi
Bisanya terkait dengan neurosis, yaitu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karen tidak dapat diselesaikannya suatu konflik tak sadar. Sakit mental karen gangguan emosi antara lain:
a.    Neurosis cemas - Kecemasan akan memobilisasi daya pertahanan individu. Kecemasan tidak ada kaitannya dengan benda atau keadaan, tetapi mengambang bebas.
Gejalanya :
·      Faktor somatik,misalnya napas sesak ,dada tertekan,kepala seperti mengambang.linu,lekas capek.keringat dingin dan palpitasi
·      Faktor psikologik,misalnya perasaan was-was.khawatir,dan bicara cepat terputus-putus.
b.    Neurosis histerik - Fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki. Gejalanya: kelumpuhan pada ekstermitas, kejang-kejang, anestesia, analgesia, tuli, buta, stupor dan twilight state.
c.    Neurosis fobik - Adanya perasaan takut yang berlebihan terhadap benda atau keadaan, yang oleh individu disadari bukan sebagai ancaman.
d.   Neurosis depresi - Gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan. Biasanya berakar pada rasa salah yang tidak disadari.
Gejalanya :
·      Faktor somatik, misalnya perasaan tak senang, tak bersemangat, lelah, apatis, dan bicara pelan.
·      Faktor psikologik, misalnya pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa, malas bergaul dan frekuensi berkerja berkurang, tidak mampu mengambil keputusan, lekas lupa, dan timbul pikiran untuk bunuh diri.

1.4  Cara mengatasi gangguan afek dan emosi

Cara mengatasi ganggua afek dan emosi bisa dilakukan dengan cara melakukan pendekatan-pendekatan seperti :
a.       Pendekatan Biomedis
Pendekatan ini berusaha untuk menerangkan gangguan omosi dan tingkah lakudari sudut pandang kedokteran. Ketidaknormalan neurologis dan cidera neurologis sebagai penyebab gangguan ini. Strategi penanganan yang ditekankan dalam pendekatan ini yaitu penggunaan obat dan penanganan medis lainnya.
b.      Pendekatan psikodinamik
Pendekatan ini menitikberatkan pada kehidupan psikologis seseorang. Berusaha memahami dan memecahkan kesulitan-kesulitan yang difokuskan pada penyebab-penyebab hambatan pendekatan ini juga terapi untuk merubah sikap negative kea rah yang lebih positif. Ini dilakukan oleh psikiater, psikolog, konselor dan sejenisnya.
c.       Pendekatan prilaku
Pendekatan ini berusaha untuk mengubah perilaku yang merupan problematika secara sosial dan personal bagi seseorang. Tujuannya adalah menghilangkan perilaku negatif dan menggantinya dengan perilaku yang lebih layak secara sosial.
d.      Pendekatan pendidikan
Jarang ditemukan seseorang dengan gangguan emosional dan tingkah laku mendapat prestasi baik secara akademis. Mereka biasanya tidak mampu berkonsentrasi dan mengatur pembelajaran diri mereka. Sebaliknya, penanganan pembelajaran yang dapat membantu siswa berhasil secara akademis mungkin berdampak pada kehidupan emosi dan sikapnya. Suasana kelas yang baik dapat benar-benar menjadi lingkungan terapis.
e.       Pendekatan ekologi
Pendekatan ekologi menekankan perlunya pemahaman seseorang ke dalam konteks kehidupan mereka secara total. Pendekatan ini juga menekankan perlunya membantu seseorang yang mengalami hambatan harus dilakukan melalui usaha-usaha kolaborasi keluarga, sekolah, teman dan masyarakat.




DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/53163069/18/Tingkat-Kesadaran
Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta. EGC
http://www.heritok.com/0530-definisi-gangguan-emosi-dan-tingkah-laku.html