A.
PENGERTIAN
TRIAGE
Triage adalah suatu
konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan
pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien
dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan
pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).
Triage adalah usaha
pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma
atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang
ada.
Triage adalah suatu
sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat ringannya
kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage,
perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan
dan memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤ 10 menit.
Triase berasal dari
bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan diturunkan dalam bahasa
Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien
berdasar beratnya cedera ataupenyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat
darurat. Kiniistilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu
konseppengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yangmemungkinkan
pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan sertafasilitas yang paling efisien
terhadap 100 juta orang yang memerlukanperawatan di UGD setiap tahunnya. (Pusponegoro,
2010)
B.
TUJUAN TRIAGE
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa.
Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya, untuk menetapkan
tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan. Dengan
triage tenaga kesehatan akan mampu:
- Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
- Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
- Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses penanggulangan/pengobatan gawat darurat.
C.
FUNGSI TRIAGE
1. Menilai tanda-tanda
dan kondisi vital dari korban.
2. menetukan kebutuhan
media
3. menilai kemungkinan
keselamatan terhadap korban.
4. menentukan prioritas
penanganan korban.
5. memberikan pasien
label warna sesuai dengan skala prioritas.
D.
PRINSIP
DAN TIPE TRIAGE
Di
rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala.
Perawat triase menggunakan ABCD keperawatan seperti jalan nafas, pernapasan dan
sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat
kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar
untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang gawat
darurat. Perawat memberikan prioritas pertama untuk pasien gangguan jalan
nafas, bernafas atau sirkulasi terganggu. Pasien-pasien ini mungkin memiliki
kesulitan bernapas atau nyeri dada karena masalah jantung dan mereka menerima
pengobatan pertama. Pasien yang memiliki masalah yang sangat mengancam
kehidupan diberikan pengobatan langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk
mati atau membutuhkan banyak sumber daya medis. (Bagus, 2007).
Menurut
Brooker, 2008. Dalam prinsip triase diberlakukan system prioritas, prioritas
adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan
yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien
berdasarkan :
ü Ancaman
jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
ü Dapat
mati dalam hitungan jam.
ü Trauma
ringan.
ü Sudah
meninggal.
Pada
umumnya penilaian korban dalam triage dapat dilakukan dengan:
ü Menilai
tanda vital dan kondisi umum korban
ü Menilai
kebutuhan medis
ü Menilai
kemungkinan bertahan hidup
ü Menilai
bantuan yang memungkinkan
ü Memprioritaskan
penanganan definitive
ü Tag
Warna
1.
Prinsip
Dalam Pelaksanaan Triase :
a. Triase
seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu
Kemampuan
berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang mengancam kehidupan
atau injury adalah hal yang terpenting di departemen kegawatdaruratan.
b. Pengkajian
seharusnya adekuat dan akurat
ketetilian
dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam proses interview.
c. Keputusan
dibuat berdasarkan pengkajian
Keselamatan
dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bila terdapat
informasi yang adekuat serta data yang akurat.
d. Melakukan
intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi
Tanggung
jawab utama seorang perawat triase adalah mengkaji secara akurat seorang
pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien tersebut. Hal tersebut
termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostik dan tugas terhadap suatu
tempat yang dapat diterima untuk suatu pengobatan.
e. Tercapainya
kepuasan pasien
1) Perawat
triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat menetapkan hasil secara
serempak dengan pasien
2) Perawat
membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan yang dapat menyebabkan
keterpurukan status kesehatan pada seseorang yang sakit dengan keadaan kritis.
3) Perawat
memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga atau temannya.
(Making the Right Decision A Triage
Curriculum, 1995: page 2-3)
2.
Tipe
Triage Di Rumah Sakit
Tipe 1 : Traffic Director or Non Nurse
a.
Hampir sebagian besar
berdasarkan system triage
b.
Dilakukan oleh petugas
yang tak berijasah
c.
Pengkajian minimal
terbatas pada keluhan utama dan seberapa sakitnya
d.
Tidak ada dokumentasi
e.
Tidak menggunakan
protocol
f.
Perawat hanya
mengidentifikasi keluhan utama dan memilih antara status “mendesak” atau “tidak
mendesak”. Tidak ada tes diagnostik permulaan yang diintruksikan dan tidak ada
evaluasi yang dilakukan sampai tiba waktu pemeriksaan.
Tipe 2 : Cek Triage Cepat (spot check)
a. Pengkajian
cepat dengan melihat yang dilakukan perawat beregristrasi atau dokter
b. Termasuk
riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama
c. Evaluasi
terbatas
d. Tujuan
untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera mendapat perawatan
pertama.
e. Perawat
mendapatkan keluhan utama bersama dengan data subjektif dan objektif yang
terbatas, dan pasien dikategorikan ke dalam salah satu dari 3 prioritas
pengobatan yaitu “gawat darurat”, “mendesak”, atau “ditunda”. Dapat dilakukan
beberapa tes diagnostik pendahuluan, dan pasien ditempatkan di area perawatan
tertentu atau di ruang tunggu.Tidak ada evaluasi ulang yang direncanakan sampai
dilakukan pengobatan.
Tipe 3 : Comprehensive
Triage
a. Dilakukan
oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan berpengalaman
b. 4
sampai 5 sistem katagori
c. Sesuai
protocol
d. Sistem
ini merupakan sistem yang paling maju dengan melibatkan dokter dan perawat
dalam menjalankan peran triage.Data dasar yang diperoleh meliputi pendidikan
dan kebutuhan pelayanan kesehatan primer, keluhan utama, serta informasi
subjektif dan objektif. Tes diagnostik pendahuluan dilakukan dan pasien
ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu, pasien harus dikaji ulang
setiap 15 sampai 60 menit (Iyer, 2004).
E. KLASIFIKASI DAN
PENENTUAN PRIORITAS
Berdasarkan
Oman (2008), pengambilan keputusan triage didasarkan pada keluhan utama,
riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan umum pasien serta hasil
pengkajian fisik yang terfokus. Menurut Comprehensive Speciality Standard, ENA
tahun 1999, penentuan triase didasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh kembang
dan psikososial selain pada factor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan
kesehatan serta alur pasien lewat sistem pelayanan kedaruratan. Hal-hal yang
harus dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang cenderung berulang
atau meningkat keparahannya.
Prioritas
adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan
yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.Beberapa hal yang mendasari
klasifikasi pasien dalam sistem triage adalah kondisi klien yang meliputi :
1.
Gawat,
adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan
penanganan dengan cepat dan tepat
2.
Darurat,
adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan penanganan cepat
dan tepat seperti kegawatan
3.
Gawat darurat,
adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation / sirkulasi), jika tidak
ditolong segera maka dapat meninggal / cacat (Wijaya, 2010)
Berdasarkan prioritas perawatan
dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :
Tabel 1. Klasifikasi Triage
KLASIFIKASI
|
KETERANGAN
|
Gawat
darurat (P1)
|
Keadaan yang
mengancam nyawa / adanya gangguan ABC dan perlu tindakan segera, misalnya
cardiac arrest, penurunan kesadaran, trauma mayor dengan perdarahan hebat
|
Gawat
tidak darurat (P2)
|
Keadaan mengancam
nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan
diresusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter spesialis. Misalnya ; pasien
kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya
|
Darurat
tidak gawat (P3)
|
Keadaan yang tidak
mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar, tidak ada
gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi definitive. Untuk tindak
lanjut dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur minor / tertutup,
sistitis, otitis media dan lainnya
|
Tidak
gawat tidak darurat (P4)
|
Keadaan tidak
mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis
ringan / asimptomatis. Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan
sebagainya
|
1)
Sistem
Klasifikasi
Sistem klasifikasi
menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun klasifikasinya sebagai berikut :
v Prioritas 1 atau Emergensi
·
Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan
evaluasi dan intervensi segera
·
Pasien dibawa ke ruang resusitasi
·
Waktu tunggu 0 (Nol)
v
Prioritas
2 atau Urgent
·
Pasien dengan penyakit yang akut
·
Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau
jalan kaki
·
Waktu tunggu 30 menit
·
Area Critical care
v Prioritas 3 atau Non Urgent
·
Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal
·
Luka lama
·
Kondisi yang timbul sudah lama
·
Area ambulatory / ruang P3
v Prioritas 0 atau 4 Kasus kematian
·
Tidak ada respon pada segala rangsangan
·
Tidak ada respirasi spontan
·
Tidak ada bukti aktivitas jantung
·
Hilangnya respon pupil terhadap cahaya
3 (tiga) Katagori
Sistem Triage :
Format asli dari triage adalah :
- Prioritas tertinggi
- Prioritas kedua
- Prioritas terendah
4 (empat) Kategori
Sistem Triage :
- Prioritas tertinggi
Segera, kelas 1, berat, emergency
- Prioritas tinggi
Sekunder, kelas 2, sedang dan urgent
- Prioritas rendah
Dapat ditunda, kelas 3, ringan, non urgent
- Meninggal
Mungkin meninggal, kelas 4, klas 0
2)
Sistem Triage
v Non Disaster :
Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu
pasien
v Disaster :
Untuk menyediakan
perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam jumlah banyak
Beberapa
petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triage yang mengindikasikan
kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk tersebut meliputi :
1. Nyeri
hebat
2. Perdarahan
aktif
3. Stupor
/ mengantuk
4. Disorientasi
5. Gangguan
emosi
6. Dispnea
saat istirahat
7. Diaforesis
yang ekstrem
8. Sianosis
9. Tanda
vital di luar batas normal
F.
PROSES
TRIAGE
Proses
triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage harus mulai
memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan
pengkajian, misalnya melihat sekilas kearah pasien yang berada di brankar
sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.
Pengumpulan
data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5
menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat utama. Perawat
triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang
tepat; misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan
monitor jantung dan tekanan darah, dll. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama
kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh
perawat utama sedikitnya sekali setiap 60 menit.
Untuk
pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat,
pengkajian dilakukan setiap 15 menit / lebih bila perlu.Setiap pengkajian ulang
harus didokumentasikan dalam rekam medis.Informasi baru dapat mengubah
kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan.Misalnya kebutuhan
untuk memindahkan pasien yang awalnya berada di area pengobatan minor ke tempat
tidur bermonitor ketika pasien tampak mual atau mengalami sesak nafas, sinkop,
atau diaforesis. (Iyer, 2004).
Bila
kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif bahwa ia
mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka pasien
ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif
dan data subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien
membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang berasal
langsung dari pasien (data primer).
Alur dalam proses triase.
1. Pasien
datang diterima petugas / paramedis UGD.
2. Diruang
triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk
menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
3. Bila
jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat
dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
4. Penderita
dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna:
a) Segera-Immediate
(merah). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar
dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya:Tension pneumothorax, distress
pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal, dsb.
b) Tunda-Delayed
(kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa
segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada
ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan
tubuh, dsb.
c) Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera
minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan.
Misalnya : Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
d) Expextant (hitam)
Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meski mendapat
pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan
organ vital, dsb.
e) Penderita/korban
mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah, kuning, hijau,
hitam.
f) Penderita/korban
kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang tindakan UGD.
Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat
dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
g)
Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih
lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien
dengan kategori triase merah selesai ditangani.
h) Penderita dengan kategori
triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah memungkinkan
untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
i) Penderita
kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah. (Rowles,
2007).
G.
DOKUMENTASI
TRIAGE
Dokumen
adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan
mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas
pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Dokumentasi
asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus
dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien. Dokumentasi
merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan
pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons
pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi
keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien
yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang
terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga
dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi
(Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual
untuk dipertanggungjawabkan.
Dokumentasi
asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian pemahaman
dan ketrampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal
yang mutlak bagi setiap tenaga keperawatan agar mampu membuat
dokumentasi keperawatan secara baik dan benar.
Dokumentasi
yang berasal dari kebijakan yang mencerminkan standar nasional berperan sebagai
alat manajemen resiko bagi perawat UGD. Hal tersebut memungkinkan peninjau yang
objektif menyimpulkan bahwa perawat sudah melakukan pemantauan dengan tepat dan
mengkomunikasikan perkembangan pasien kepada tim kesehatan. Pencatatan, baik
dengan computer, catatan naratif, atau lembar alur harus menunjukkan bahwa
perawat gawat darurat telah melakukan pengkajian dan komunikasi, perencanaan
dan kolaborasi, implementasi dan evaluasi perawatan yang diberikan, dan
melaporkan data penting pada dokter selama situasi serius. Lebih jauh lagi,
catatan tersebut harus menunjukkan bahwa perawat gawat darurat bertindak
sebagai advokat pasien ketika terjadi penyimpangan standar perawatan yang
mengancam keselamatan pasien. (Anonimous,2002).
Pada tahap pengkajian,
pada proses triase yang mencakup dokumentasi :
1. Waktu
dan datangnya alat transportasi
2. Keluhan
utama (misal. “Apa yang membuat anda datang kemari?”)
3. Pengkodean
prioritas atau keakutan perawatan
4. Penentuan
pemberi perawatan kesehatan yang tepat
5. Penempatan
di area pengobatan yang tepat (msl. kardiak versus trauma, perawatan minor
versus perawatan kritis)
6. Permulaan
intervensi (misal. balutan steril, es, pemakaian bidai, prosedur diagnostic
seperti pemeriksaan sinar X, elektrokardiogram (EKG), atau Gas Darah Arteri (ENA,
2005).
KOMPONEN
DOKUMENTASI TRIAGE
|
Tanggal dan waktu tiba
Umur pasien
Waktu pengkajian
Riwayat alergi
Riwayat pengobatan
Tingkat kegawatan pasien
Tanda - tanda vital
Pertolongan
pertama yang diberikan
Pengkajian ulang
Pengkajian nyeri
Keluhan utama
Riwayat keluhan saat ini
Data subjektif dan data objektif
Periode menstruasi terakhir
Imunisasi tetanus terakhir
Pemeriksaan diagnostik
Administrasi pengobatan
Tanda
tangan registered nurse
|
Rencana
perawatan lebih sering tercermin dalam instruksi dokter serta dokumentasi
pengkajian dan intervensi keperawatan daripada dalam tulisan rencana perawatan
formal (dalam bentuk tulisan tersendiri). Oleh karena itu, dokumentasi oleh
perawat pada saat instruksi tersebut ditulis dan diimplementasikan secara
berurutan, serta pada saat terjadi perubahan status pasien atau informasi
klinis yang dikomunikasikan kepada dokter secara bersamaan akan membentuk
“landasan” perawatan yang mencerminkan ketaatan pada standar perawatan sebagai
pedoman.
Dalam
implementasi perawat gawat darurat harus mampu melakukan dan mendokumentasikan
tindakan medis dan keperawatan, termasuk waktu, sesuai dengan standar yang
disetujui. Perawat harus mengevaluasi secara kontinu perawatan pasien
berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk menentukan perkembangan pasien
ke arah hasil dan tujuan dan harus mendokumentasikan respon pasien terhadap
intervensi pengobatan dan perkembangannya.Standar Joint Commision (1996)
menyatakan bahwa rekam medis menerima pasien yang sifatnya gawat darurat,
mendesak, dan segera harus mencantumkan kesimpulan pada saat terminasi
pengobatan, termasuk disposisi akhir, kondisi pada saat pemulangan, dan
instruksi perawatan tindak lanjut.
Proses
dokumentasi triage menggunakan sistem SOAPIE, sebagai berikut :
S : data subjektif
O : data objektif
A : analisa data yang mendasari
penentuan diagnosa keperawatan
P : rencana keperawatan
I : implementasi, termasuk di dalamnya
tes diagnostic
E : evaluasi / pengkajian kembali
keadaan / respon pasien
terhadap
pengobatan dan perawatan yang diberikan
(ENA,
2005)
Untuk mendukung kepatuhan terhadap
standar yang memerlukan stabilisasi, dokumentasi mencakup hal - hal sebagai
berikut:
a. Salinan
catatan pengobatan dari rumah sakit pengirim
b. Tindakan
yang dilakukan atau pengobatan yang diimplementasikan di fasilitas pengirim
c. Deskripsi
respon pasien terhadap pengobatan
d. Hasil
tindakan yang dilakukan untuk mencegah perburukan lebih jauh pada kondisi
pasien
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous, 1999.Triage Officers Course. Singapore : Department of Emergency
Medicine Singapore General Hospital
Anonimous, 2002. Disaster Medicine. Philadephia USA : Lippincott Williams
ENA, 2005. Emergency Care. USA : WB Saunders Company
Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan
Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Jimmy. 2011. First Aid Mountain Rescue .
available at http://images.ubalokakotasemarang.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R
GibQoKCsYAAAlsHeA1/FIRST AID MOUNTAIN RESCUE revisi
dr.Jimmy.doc?key=ubalokakotasemarang:journal:2&nmid=89013112
Oman, Kathleen S. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta:
EGC
Randy, Candra. 2012.
Konsep Triase. Available at http//:www.chandrarandy.wordpress.com/2012/10/07/konsep-triage/
Wijaya, S. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar : PSIK FK Unud