Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (Pasal 1 butir 1 UU No. 36 Tahun 2009).
Lingkungan dapat
didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana
organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun
tidak langsung diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari
organisme tersebut
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya realitas hidup manusia yang
sehat,
sejahtera dan bahagia
(Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan).
Kesehatan lingkungan adalah upaya
untuk melindungi kesehatan manusia melalui pengelolaan, pengawasan dan
pencegahan factor-faktor lingkungan yang
dapat mengganggu kesehatan manusia (Sumengen
Sutomo, 1991).
Kesehatan lingkungan adalah
ilmu dan seni
dalam mencapai keseimbangan, keselarasan
dan keserasian lingkungan hidup melalui upaya pengembangan
budaya perilaku
sehat dan pengelolaan lingkungan sehingga dicapai kondisi yang
bersih, aman, nyaman, sehat dan sejahtera terhindar dari
gangguan penyakit, pencemaran dan kecelakaan,
sesuai
dengan harkat dan
martabat manusia. (Sudjono
Soenhadji, 1994).
Menurut
WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.
Untuk
menggambarkan keadaan lingkungan, akan digunakan indikator-indikator seperti
persentase rumah tangga sehat, persentase rumah tangga menurut sumber air
minum, persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari pompa /sumur/ mata
air menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotoran (tinja), dan persentase
rumah tangga menurut kepemilikan fasilitas buang air besar.
6
indikator lingkungan menurut DEPKES RI 2007, yaitu:
Terdapat
beberapa indicator lingkungan yang harus dipenuhi sebuah rumah tangga agar
dapat disebut sebagai rumah tangga sehat, yaitu ketersediaan air bersih,
ketersediaan jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, dan lantai
rumah tidak terbuat dari tanah. Selain itu, juga terdapat indicator lain yang
terkait dengan factor perilaku dan keterjangkauan terhadap jaminan pemeliharaan
kesehatan.
Statistic
kesejahteraan rakyat tahun 2006 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik
mengategorikan sumber air minum yang digunakan rumah tangga menjadi dua
kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindung terdiri atas air kemasan,
ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan. Sedangkan,
sumber air minum tak terlindung terdiri atas sumur tak terlindung, mata air tak
terlindung, air sungai, dan lainnya.
Sumber
air minum sering menjadi sumber pencemaran penyakit yang ditularkan melalui
perantara air (water-borne disease). Oleh karena itu, sumber air minum harus
memenuhi syarat lokalisasi oleh konstruksi. Syarat lokalisasi menginginkan agar
sumber air minum terhindar dari pengotoran, sehingga perlu diperhatikan jarak
sumber air minum dengan kakus, lubang galian sampah, lubang galian untuk air
limbah, dan sumber-sumber pengotor lainnya. Jarak tersebut tergantung dari
keadaan tanah dan kemiringannya. Pada umumnya, jarak sumber air minum dengan
beberapa sumber pengotoran termasuk tempat penampungan akhir kotoran (tinja)
tidak kurang dari 10 meter dan diusahakan agar letaknya tidak berada di bawah
sumber-sumber tersebut.
Keberadaan
fasilitas buang air besar telah menjadi kebutuhan penting pada kehidupan
masyarakat modern. Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar
merupakan isu penting dalam menentukan kualitas hidup pendukung. Statistic
Kesra tahun 2006 membagi rumah tangga berdasarkan kepemilikan fasilitas tempat
buang air besar yang terdiri atas fasilitas sendiri (pribadi), bersama, umum,
dan tidak ada.
Pertambahan
penduduk baik diperkotaan maupun pedesaan berdampak negative terhadap
perbandingan antara jumlah luas lantai hunian terhadap penghuni dan
berkurangnya ruang terbuka pada area pemukiman. Hal ini tentu saja memiliki
implikasi terhadap status kesehatan masyarakat penduduk. Jumlah penduduk sangat
berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman. Kuman yang pada umumnya merupakan
penyebab penyakit menular saluran pernapasan akan semakin banyak bila jumlah
penghuni semakin besar. Ukuran rumah yang relative kecil dan berdesak-desakan
diketahui juga dapat tempat bermain luas yang luas yang mampu mendukung daya
kreativitasnya. Dengan kata lain, rumah bila terlampau padat di samping
merupakan media yang cocok untuk terjadinya penularan penyakit khususnya
penyakit saluran pernapasan juga dapat memengaruhi perkembangan anak.
Program
pengendalian lingkungan bertujuan untuk penyediaan air, udara, dan makanan yang
bersih, dan aman. Hal yang juga tercangkup di dalam pengendalian lingkungan
adalah manajemen pengelolaan limbah padat (sampah kering dan basang), limbah
cair (air kotor), dan pengendalian vektor penyakit (serangga, dan binatang
pengerap). Untuk mendapatkan udara yang aman perlu dilakukan pengendalian
patogen infeksius yang menyebar melalui udara (air-borne).
Sampah adalah suatu bahan/benda
padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia dan dibuang. Sampah juga dapat
didefinisikan sebagai hasil dari suatu kegitan yang dibuang karena sudah tidak
terpakai. Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Adanya
suatu benda atau benda padat.
b) Adanya
hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia
c) Benda
/bahan tersebut tidak terpakai lagi.
Sampah
bersumber dari:
a) Sampah
yang berasal dari pemukiman (domestic wates)
Sampah yang terdiri
dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai
dan dibuang, seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak/belum, bekas
bembungkus berupa kertas, plastic, daun, dan lain-lain.
b) Sampah
yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah
ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan,
terminal bus, dll. Sampah ini berupa: plastic, kertas, botol, daun,dll.
c) Sampah
yang berasal dari perkantoran
Sampah dari perkantoran
baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan,dll. Sampah
ini berupa kertas-kertas, plastic, karbon, klip, dll. Umumnya sampah ini bersifat
kering dan mudah terbakar (rubbish).
d) Sampah
yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari
pembersihan jalan, yang terdiri dari: kertas-kertas kardus-kardus, debu,
batu-batuan, sobekan ban, dll.
e) Sampah
yang berasal dari industry (industrial wastes)
Sampah ini berasal dari
kawasan industry, termasuk sampah yang bersal dari pembangunan industry, dan
segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya: sampah-sampah
pengepakan barang, logam, plastic, kayu, potongan tekstik, kaleng,dll.
f) Sampah
yang bersasal dari pertanian
Sampah ini hasil dari
perkebunan/pertanian, misalnya: jerami, sayur-sayuran, batang padi, batang
jagung, dll
g) Sampah
yang bersal dari pertambangan
Sampah ini berasal dari
daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis pertambangannya,
misalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran, dll.
h) Sampah
yang berasal dari perternakan dan perikanan
Sampah yang berasal
dari perternakan dan perikanan ini, berupa: kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa
makanan, bangkai binatang, dll.
Jenis –Jenis Sampah
Sampah terdiri dari beberapa macam, antara lain:
sampah padat, sampah cair, dan sampah bentuk gas(fume, smoke). Sampah padat
dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
a. Berdasarkan
zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah dibagi menjadi:
1) Sampah
an-organik, adalah sampah yang pada umumnya tidak bisa membusuk (logam/besi,
pecahan gelas, plastic, dll.
2) Sampah
organic, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk (sisa makanan,
buah-buahan,dll.
b. Berdasarkan
dapat tidaknya dibakar
1) Sampah
yang mudah terbakar (kertas, karet, kayu, kain bekas,dll.
2) Sampah
yang tidak dapat terbakar (kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas,dll.
c. Berdasarkan
karakteristik sampah
1) Garbage,
yaitu jenis sampah hasil pengolahan/ pembuatan makanan, yang umumnya mudah
membusuk, dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel,dll.
2)
Rrubbisih, yaitu sampah
yang berasal dari perkantoran, perdangan baik yang mudah terbakar, seperti
kertas, karton, dan sebagiannya, maupun yang tidak mudah terbakar, seperti
kaleng bekas, klip, dll.
3)
Ashes (abu), yaitu sisa
pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.
4)
Sampah jalanan(street
sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari
campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastic, dll.
5)
Sampah industry, yaitu
sampah yang berasal dari industry/pabrik-pabrik.
6)
Bangkai binatang (dead
animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak
kendaraan,/dibuang oleh orang.
7)
Bangkai kendaraan
(abandoned vehicle), adalah bangkai mobil, sepeda, ,dll.
8)
Sampah pembangunan
(construction wates), yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan
sebagiannya, yang berupa puing-puing, potong-potongan kayu,dll
Pengolahan sampah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat,
karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganism penyebab penyakit
(bacteripatogen), dan juga binatang seranggga sebagai pemindah/penyebar
penyakit (vector). Yang dimaksud dengan pengelolan sampah disini adalah
meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan / pengolahan
sampag sedemikian rupa sehinggga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup. Cara-cara pengelolan sampah antara lain:
a.
Pengumpulan dan
pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah
adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga/institusi yang
menghasilkan sampah. Oleh karena itu, mereka ini harus membagun/mengadakan
tempat khusus untuk pengumpulan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat
pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat penampungan sementara
(TPS) sampah, dan selanjutnya ke tempat penampungan akhir (TPA). Mekanisme,
system, atau cara pengangkutannya untuk di daerah perkotaan adalah tanggung
jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat
produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan
pada umumnya dapat dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan TPS,
maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya didaur ulang menjadi
pupuk.
b.
Pemusnahan dan
pengolahan sampah
Pemusnahan dan
/pengolahan sampah padat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:
1) Ditanam
(landfill), yaitu memusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian
sampah dimasukan dan ditimbun dengan tanah.
2) Dibakar
(inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku
pembakaran.
3) Dijadikan
pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya
untuk sampah organic daun-daun, sisa makanan, dan sampah lainnya yang dapat
membusuk.
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang
dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri, maupun tempat-tempat umum
lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan
lain mengatakan air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang
berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri,
bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman, dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air
buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah
tangga maupun kegiatan lain seperti
industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun
volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi
kegiatan-kegiatan manusia sehari –hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang
sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air
limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan akan digunakan oleh manusia
lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara
baik.
Air limbah ini yang berasal dari berbagai sumber, secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi:
1) Air
buangan yang bersumber dari rumah tangga (domesik
wasted water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada
umumnya air limbah ini terdiri dari ekstreta (tinja dan air seni), air bekas
cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2) Air
buangan industri (industrial wastes
water), yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi.
Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku
yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain; nitrogen, sulfida,
amoniak, lemak, garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan
sebagainya.
3) Air
buangan kotapraja (municipal wastes water),
yaitu air buangan yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel,
restauran, dsb. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini
sama dengan air limbah rumah tangga.
a.
Karakteristik
Air Limbah
Secara
garis besar, karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi:
1)
Karakteristik
Fisik
-
Sebagian besar terdiri
dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padan dan suspensi
-
Berwarna suram terutama
pada air limbah rumah tangga, seperti larutan sabun, sedikit berbau.
-
Kadang-kadang
mengandung sisa kerta, berwarna bekas cucian beras dan sayur,
bagian-bagian tinja, dsb.
2)
Karakteristik
kimiawi
Biasanya
air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia an-organik yang berasal dari
air bersih beserta bermacam-macam zat organik, berasal dari penguraian air
tinja, urin, dan sampah-sampah lainnya.
Pada
umumnya bersifat basah ketika masih baru dan cenderung bau asam apabila sudah
mulai membusuk. Substansi organik dalam air buangan terdiri dari 2 gabungan,
yaitu:
a) Gabungan
yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amino, dan asam amino.
b) Gabungan
yang tidak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, dan karbohidral,
termasuk selulosa.
3) Karakteristik
bakteriologi
Kandungan
bakteri patogen serta organisme golongan coli
terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya
tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan.
Sesuai
dengan zat-zat yang terkandung dalam air limbah ini, maka air limbah yang tidak
di olah terlebih dulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat
dan lingkungan hidup, antara lain:
a) Menjadi
transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama: kolera, tifus
abdominalis, desentri, baciler.
b) Menjadi
media berkembang biaknya mikro-organisme patogen.
c) Menjadi
tempat berkembangbiaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk
d) menimbulkan
bau yang tidak sedap serta pandangan yang tidak enak.
e) Merupakan
sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainnya.
f) Mengurangi
produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak nyaman, dsb.
b.
Cara pengolahan air limbah secara
sederhana
Pengolahan
air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran
air limbah tersebut.secara ilmiah, sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung
yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air limbah.
Namun demikian, alam mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga
air limbah perlu diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain
sebagai berikut :
§ Pengeceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai
mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air.
Tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya
kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan
diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat
dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain,
diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada,
pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air,
seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnnya dapat menimbulkan
banjir.
§ Kolam Oksidasi (Oxidation
ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini
adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen
dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk
segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak
perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan
didaerah yang terbuka, sehingga memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin
dengan baik.
§ Irigasi
Air limbah dialirkan ke parit-parit
terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk kedalam tanah melalui dasar
dan dinding parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan
untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk
pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga,
perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainya dimana kandungan
zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.
a. Pengelolaan
Pembuangan Kotoran Manusia
Untuk mencegah sekurang-kurangnya
mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran
manusia harus dikelola dengan baik, maka perlu diperhatikan antara lain :
1)
Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya
bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang –
binatang lain, terlindung dari pandangan orang ( privacy ) dan sebagainnya.
2)
Bangunan jamban
sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya.
3)
Bangunan jamban sedapat
mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak menggangu pandangan, tidak
menimbulkan bau, dan sebagainya.
4)
Sedapat mungkin
disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
b.
Teknologi Pembuangan
Kotoran Manusia secara Sederhana
Teknologi pembuangan kotoran manusia
untuk daerah pedesaan sudah tentu berbeda dengan teknologi jamban di daerah
perkotaan. Oleh karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan di samping
harus memenuhi persyaratan jamban sehat seperti telah diuraikan di atas, juga
harus didasarkan pada sosiobudaya dan ekonomi masyarakat pedesaan. Tipe – tipe
jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara lain :
a)
Jamban cemplung, kakus
(pit latrine)
kakus
cemplung tidak boleh terlalu dalam. Sebab bila terlalu dalam akan mengotori air
tanah di bawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,53 meter saja. Sesuai
dengan daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bamboo,
dinding bamboo, dan atap daun kelapa ataupun daun padi. Jarak dari sumber air minum
sekurang-kurangnya sejauh 15 meter.
b)
Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improved pit latrin = VIP latrine)
Jamban
ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah
pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu.
c) Jamban
empang (fishpond latrine)
Jamban
ini dibangun di atas empang ikan. Jamban empang ini mempunyai fungsi yaitu di
samping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein
bagi masyarakat (menghasilkan ikan).
d)
Jamban pupuk (the compost priuy)
Pada
prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Di
samping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah,
daun-daunan.
Prosedurnya
adalah:
·
Mula-mula membuat
jamban cemplung biasa.
·
Di lapisan bawah
sendiri ditaruh sampah daun-daunan.
·
Di atasnya ditaruh
kotoran dan kotoran binatang (kalau ada) setiap hari.
·
Setelah ± 20 inci,
ditutup lagi dengan sampah, daun-daunan selanjutnya ditaruh kotoran lagi.
·
Demikian selanjutnya
sampai penuh.
·
Setelah penuh ditimbun
tanah, dan membuat jamban baru.
·
Lebih kurang 6 bulan
kemudian dipergunakan pupuk tanaman.
e)
Septic tank
Latrin
jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan oleh
sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. Septic tank
terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk dan
mengalami dekomposisi. Dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari.
Selama waktu tersebut tinja akan mengalami dua proses yakni:
§ Proses kimiawi
Akibat penghancuran
tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70%) zat-zat padat akan mengendap
dalam tangki sebagai ‘sludge’. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama – sama
dengan lemak dan busa akan mengapung membentuk lapisan yang menutup permukaan
air dalam tangki tersebut. Lapisan ini disebut ‘scum’ yang berfungsi
mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang memungkinkan
bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur yang akan
berfungsi pada proses berikutnya.
§ Proses biologis
Dalam
proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif
anaerob yang memakan zat-zat organic alam sludge dan scum. Hasilnya selain
terbentuknya gas dan zat cair lainnya adalah juga pengurangan volume sludge,
sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan ‘enfluent’
sudah tidak mengandung bagian – bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif
rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan ke luar melalui pipa dan masuk
ke dalam tempat perembesan
Factor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam membangun sebuah rumah
1. Faktor lingkungan,
Baik
lingkungan fisik, bilogis maupun lingkungan sosial. maksudnya, membangun sebuah
rumah harus memrhatikan tempat di mana rumah itu didirikan. Di pegunungan
ataukah di tepi pantai, di desa ataukah kota, di daerah dingin ataukah di
daerah panas, di daerah dekat gunung berapi (daerah gempa) atau daerah bebas
gempa, dan sebagainya. Rumah di daerah pedesaan, sudah barang di sesuaikan
kondisi sosial budaya pedesaan misalnya bahanya, bentuknya, menghadapnya,dan
lain sebagainya. Rumah di daerah gempa harus di buat dengan bahan-bahan yang
ringan namun harus kokoh, rumah di dekat hutan harus dibuat sedemikian rupa
sehingga aman terhadap serangan binatang buas.
2.
Tingkat
kemampuan ekonomi masyarakat
Hal ini di magsudkan
rumah di bangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya,untuk iti maka
bahan-bahan setempat misalnya dari bamboo,kayu atap rumbia, dan sebagainya,
merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah perlu dicatat bahwa mendirikan
rumah adalah bukan sekedar berdiri pada saaat itu saja, namun diperlukan
pemeliharaan seterusnya. Oleh karena itu, kemampuan pemeliharaan penghuninya
perlu di pertimbangkan.
3.
Teknologi
yang dimiliki oleh masyarakat
Dewasa ini teknologi
perumahan sudah begitu maju dan begitu modern. Akan tetapi, teknologi modern
itu sangat mahhal dan bahkan kadang kadang tidak dimengerti masyarakat. Rakyat
pedesaan bagaimana pun, sederhananya, sudah mempunyai teknologi perumhan
sendiri yang dipunyai turun temurun.
Dalam rangka penerapan teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudah
dipunyai masyarakat di modifikasi. Segi-
segi yang merugikan kesehatan dikurangi, dan dipertahankan segi-segi yang sudah
positif. Contoh: rumah limasan yang
terbuat dari dinding dan atapnya dari daun rumbia yang dihuni oleh orang yang
kemampuannya sejauh itu,dapat dipertahankan, hanya kesadaran dan kebiasaaan
membuat lubang angin (jendela) yang cukup, perlu ditankan kepada mereka.
4. Kebijaksanaan
(peraturan) Pemerintahan yang tata guna tanah.
Untuk hal ini, bagi
perumahan masyarakat pedesaaan belum merupakan problem, namun di kota sudah
menjadi masalah yang besar.
Syarat- syarat rumah yang sehat
a. Lantai
: ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi pedesaan. Lantai
kayu sering terdapat pada rumah-rumah yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal.
Oleh karena itu, untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang
dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau
dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat
(tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan
benda-benda yang berat, dan dilaksanakan berkali-kali, lantai yang basah dan
berdebu menimbulkan sarang penyakit.
b. Dinding
tembok yang sangat baik, namun disamping mahal, tembok sebenarnya kurang cocok
untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi tidak cukup. Dinding rumah di
daerah tropis khususnya di daerah pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab
meskipun jendela tidak cukup maka papan tersebut merupakan ventilasi, dan dapat
menambah penerangan alamiah.
c. Atap
genteng umum dipakai baik di daerah perkotaan, maupun di pedesaan. Disamping
atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh
masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian,
banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu maka atap daun rumbia
atau daun kelapa dapat dipertahankan. Atap seng atau asbes tidak cocok untuk
rumah pedesaan, disamping mahal juga menyebabkan suhu panas di dalam rumah.
d. Lain-lain
(tiang, kaso, dan reng), kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah
umum di pedesaan. Menurut pengalaman bahan bahan ini tahan lama. Tetapi perlu
diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk
menghindari ini maka cara memotongnya harus menurut ruas-ruas bambu tersebut,
apabila tidak pada ruasnya, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan
kayu.
Ventilasi
rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran
udara dalam rumah tersebut tetap sejuk. Hal ini bberati keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut
tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2
dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi
penghununya menjadi meningkat. Samping itu, didak cukupnya ventilasi
menyebabkan kelembapan udara dalam ruangan naik karena terjadinya proses
penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.kelembapan ini akan merupakan media
yang baik untuk bakteri-bakteri, pathogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit).
Fungsi
kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri pathogen, karena di situ
selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara
akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu
tetap dalam kelembapan (humidity) yang optimum.
Ada 2 macam ventilasi,
yakni:
a) Ventilasi
alamiah, dimana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah
melaui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada angin, dan sebagainya.
Di pihak lain ventilasi alamiah tidak menguntungkan, Karena juga merupakan
jalan masuknya nyamuk dan serangga lainya kedalam rumah. untuk itu harus ada
usaha usaha lain untuk melindungi dari gigitan nyamuk tersebut.
b) Ventilasi
buatan, yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara
tersebut misalnya kipas angin dan mesin penghisap udara. Tetapi jelas alat ini
tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan
ventilasi harus dijaga agar udara tidak
membalik
lagi, harus mengalir. Artinya dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan
keluarnya udara
Rumah
yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak.
Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari, di
samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup
dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah
akan menyebabkan silaun, dan akhirnya dapat merusak mata. Cahaya dapat
dibedakan menjadi 2 yakni:
a) cahaya
alamiah yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh
bakteri-bakteri pathogen dalam rumah, misalnya basil TBC. Oleh karena itu rumah
yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan
masuk cahaya (jendela ) luasnya sekurang kurangnya 15% sampai 20% dari luas
lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan dalam membuat
jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan,
tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini, disamping sebagai
ventilasi, juga sebagai jalan masuknya cahaya. Lokasi penempatan jendelapun
harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan
menyinari didinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah tengah
didnding (tembok).
b) Cahaya
buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu,
minyak tanah,listrik, dan sebagaimana.
Luas
lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya. artinya
luas lantai banguanan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.
Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan
berjubel (overcrowded) hal ini tidak sehat, sebab di samping menyebabkan
konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi
akan mudah tertular. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat
menyediakan 2,5 x 3 m untuk setiap orang (tiap anggota keluarga).
Rumah
yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a) Penyedian
air bersih yang cukup
b) Pembuangan
tinja
c) Pembuangan
air limbah (air bekas)
d) Pembuangan
sampah
e) Fasilitas
dapur
f) Ruang
berkumpul keluarga
Untuk rumah dipedesaan lebih cocok adanya serambi
(serambi muka atau belakang). Disamping fasilitas fasilitas tersebut ada
fasilitas lain yang perlu di adakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni :
a) Gudang
merupakan tempat penyimpanan hasil panen. Gudang dapat berupa bagian dari rumah
tempat tinggal atau bangunan tersendiri.
b) Kandang
ternak. Oleh karena ternak adalah bagian hidup para petani, maka kadang-kadang
ternak tersebut di dalam rumah. Hal ini tidak sehat karena ternak merupakan
sumber penyakit pula maka sebaiknya demi kesehatan, ternak harus terpisah dari
rumah tinggal, atau dibuatkan kandang tersendiri
Air adalah
sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal
karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu
sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55%-60% berat
badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65 % dan untuk bayi sekitar
80%.
Syarat-syarat air minum yang sehat:
Agar
air minum tidak menimbulkan penyakit
maka air, tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan
kesehatan, setidak tidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang
sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut:
a.
Syarat
fisik
Persyaratan fisik air
minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah
suhu udara diluarnya. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini
tidak sukar.
b.
Syarat
bakteriologis
Air untuk keperluan
minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri pathogen.
Cara ini untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri
pathogen, adalah dengan memeriksa sampel (contoh). Air tersebut. Dan biala dari
mpemerikasaan 100cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E.coli maka air tersebut
sudah syarat kesehatan.
c.
Syarat
ilmiah
Air minum yang sehat
harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan
atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan
fisiologis dalam manusia.
Sumber sumber air minum
1.
Air
hujan
Air hujan dapat
ditampung kemudian dijadikan air minum. Akan tetapi air hujan ini tidak
mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat
perlu ditambahkan kalsium di dalamnya.
2.
Air sungai dan danau
Menurut asalnya
sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air huajn yang mengalir
melalui saluran-salran ke dalam sungai atau danau. Kedua sumber ini sering juga
disebut air permukaan. Oleh karena itu sungai dan danau ini sudah
terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran maka bila akan
dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu.
3.
Mata
air
Air yang keluar dari
mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh
karena itu, air dan mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat
dijadikan air minum langsung. Akan tetapi karena kita belum yakin apakah betul
belum tercemar, maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum
diminum.
4.
Air
sumur dangkal
Air ini keluar dari
dalam tanah, juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam
tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dan tempat
yang satu ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari
permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal
ini belum begitu sehat, karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih
ada. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum di minum.
5.
Air
sumur dalam
Air ini berasal dari
lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya diatas
15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar air sumur kedalaman seperti ini sudah
cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses
pengolahan)
Pengolahan air minum secara sederhana.
Seperti telah disebutkan dalam uraian terdahulu,
bahwa air minum yang sehat harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.
Sumber-sumber air minum pada
umumnya dan di daerah pedesaan khususnya tidak
terlindung (protected), sehingga air tersebut tidak atau kurang memenuhi
persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu
pengolahan terlebih dahulu. Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain
sebagai berikut:
1.
Pengolahan
secara alamiah
Pengolahan
ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh dari
berbagai macam sumber seperi air danau, air kali, air sumber (mata air), dan
sebagainya. Dalam penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di
tempatnya. Dalam penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya.
Kemudian akan terjadi koagulasi dari zat-zat yang terdapat dalam air, dan
akhirnya terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel
yang ada dalam air akan ikut mengendap.
2.
Pengolahan
air denagn menyaring
Penyaringan
air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil,ijuk dan pasir. Lebih
lanjut akan diuraikan kemudian. Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi
dilakukan oleh PAM (perusahaan Air Minum) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum.
3.
Pengolahan
air dengan menambahkan zat kimia
Zat
kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam, yakni zat kimia yang berfungsi untuk
koagulasi, dan akhirnya mempercepat pengendapan, (misalnya tawas). Zat kimia
yang kedua adalah berfungsi untuk
menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada di dalam air, misalnya
chlor)
4.
Pengolahan
air dengan mengalirkan udara
Tujuan
utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak,
menghilangkan gas gas yang tidak diperlukan, misalnya CO2 dan juga
menaikan derajat keasaman air.
5.
Pengobatan
air dengan memanaskan sampai mendidih
Tujuannya
untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini lebih
tepat hanya untuk konsumsi kecil, misalnya untuk kebutuhan rumah tangga.
Dilihat dari segi konsumennya, pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan
menjadi 2 yakni:
1)
Pengolahan air minum
untuk umum
a)
Penampungan air hujan
Air
hujan dapat ditampung dakam suatu dam (danau buatan), yang di bangun
berdasarkan partisipasi masyarakat setempat. Semua air hujan dialirkan ke danau
tersebut melalui alur-alur air. Kemudian di sekitar danau tersebut dibuat sumur
pompa atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat di tamping dengan
bak-bakferosemen., dan di sekitarnya di bangun atap-atap untuk mengumpulkan air
hujan. Disekitar bak tersebut di buat
saluran-saluran keluar untuk pengambilan air untuk umum.
Air
hujan baik yang berasal dari sumur (danau) dari bak penampungan gersebut secara
bakteriologik belum terjammin, untuk itu maka kewajiban keluarga untuk memasaknya,
muisalnya dengan merebus air tersebut.
b)
Pengolahan air sungai
Air
sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung melalui saringan kasar yang dapat
memindahkan benda benda padat dalam partikel besar. bak penampung tadi diberi
saringan yang terdiri dari ijuk, pasir, kerikil dan sebagainya. Kemudian air
dialirkan ke bak penampung lain, disini ndi butuhkan tawas dan chlor. Dari sini
baru dialirkan ke penduduk atau di ambil penduduk sendiri langsung ke tempat
itu. Agar bebas dari bakteri, bila air akan diminum harus direbus terlebih
dahulu.
c)
Pengolahan mata air
Mata
air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola dengan melindungi
sumber mata air tersebut, agar tidak tercemar oleh kotoran. Dari sini air
tersebut dapat dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa bamboo, atau
penduduk dapat langsung mengambilnya sendiri ke sumber yang sudah terlindung
tersebut.
2) Pengolahan
air untuk rumah tangga
a)
Air sumur
Air
sumur pompa, terutama air sumur pompa dalam sudah cukup memenuhi
persyaratan-persyaratan kesehatan. Tetapi sumur pompa ini di daerah pedesaan
masih mahal, di samping itu, teknologi
masih dianggap tinggi untuk masyarakat pedesaan. Yang lebih umum di
daerah pedesaan adalah sumur gali. Agar air sumur pompa gali ini tidak tercemar
oleh kotoran di sekitarna, perlu adanaya syarat-syarat sebagai berikut:
8 Harus
ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak akan masuk ke
dalamnya.
8 Pada
bagian atas kurang lebih 3m dari permukaan tanah harus ditembok, agar air dari
atas tidak dapat mengotori air sumur.
8 Perlu
diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi
kekeruhan.
Sebagai
pengganti kerikil , ke dalam sumur ini dapat dimasukan suatu zat yang dapat
dimasukan suatu zat yang dapat membentuk endapan . misalnya aluminium sulfat
(tawas). Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat di lakukan dengan menyarin
dengan saringan yang dapat dibuat
sendiri dari kaleng bekas.
b)
Air hujan
Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan
melalui penampungan air hujan. Tiap-tiap keluarga dapat melakukan penampungan
air hujan dari atapnya masing-masing melalui aliran talang. Pada musim hujan
hal ini tidak jadi masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan tempat penampungan air hujan lebih besar agar
mempunyai tendon (storage)
untuk miusim kemarau
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri)
di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan. PHBS rumah
tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga, agar tahu, mau
dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Terdapat 10 indikator PHBS di dalam
rumah tangga, yakni :
- Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan : Yang dimaksud tenaga kesehatan disini seperti dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa masyarakat yang masih mengandalkan tenaga non medis untuk membantu persalinan, seperti dukun bayi. Selain tidak aman dan penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh dukun bayi inipun dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.
- Memberi bayi ASI Eksklusif : Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI Eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi mulai usia nol hingga enam bulan.
- Menimbang Balita setiap bulan : Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan. Penimbangan ini dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan dari Balita tersebut.
- Menggunakan Air Bersih : Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.
- Mencuci tangan dengan sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan setiap kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan, seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi.
- Gunakan Jamban Sehat : Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
- Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup).
- Makan buah dan sayur setiap hari : Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
- Melakukan aktifitas fisik setiap hari : aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan lain-lainnya.
- Tidak merokok di dalam rumah : Di dalam satu puntung rokok yang diisap, akan dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO)
Masalah Kesehatan lingkungan
merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari
berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam kesehatan lingkungan
antara lain :
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
2. Pembuangan
Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik
yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut:
§ Tanah permukaan tidak boleh terjadi
kontaminasi
§ Tidak boleh terjadi kontaminasi pada
air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur
§ Tidak boleh terkontaminasi air
permukaan
§ Tinja tidak boleh terjangkau oleh
lalat dan hewan lain
§ Tidak boleh terjadi penanganan tinja
segar ; atau, bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal
mungkin
§ Jamban harus babas dari bau atau
kondisi yang tidak sedap dipandang
§ Metode pembuatan dan pengoperasian
harus sederhana dan tidak mahal
3. Kesehatan
Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan
sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
§ Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu
: pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan
yang mengganggu
§ Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu
: privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah
·
Memenuhi
persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan
air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit
dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup
·
Memenuhi
persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan
luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan
Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik
dan benar harus memperhatikan faktor-faktor /unsur, berikut:
§ Penimbulan sampah. Faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya,
tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim,
musim, dan kemajuan teknologi
§ Penyimpanan sampah
§ Pengumpulan, pengolahan dan
pemanfaatan kembali
§ Pengangkutan
§ Pembuangan
—-Dengan mengetahui unsur-unsur
pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing
unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien
5. Serangga
dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat
dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor
misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk
penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk
Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari
penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan
dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida
untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan
menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa
pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki
gajah dan usaha-usaha sanitasi.
6. Makanan
dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan
minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah
oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan
siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan
dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :
·
Persyaratan lokasi dan bangunan
·
Persyaratan fasilitas sanitasi
·
Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
·
Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
·
Persyaratan pengolahan makanan
·
Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
·
Persyaratan peralatan yang digunakan
7. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya
pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara. Pencemaran udara dapat
dibagi lagi menjadi 2, yaitu: pencemaran udara di dalam ruangan (indoor air pollution) dan pencemaran
udara di luar ruangan (out door air
pollution). Indoor air pollution
merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll.
Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya,
mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di
jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya
merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi
anak balita.
Mengenai masalah out door pollution
atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa
ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan
resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota
dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar.
Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat
professional antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator,
collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses.
1. Care Giver
Pada peran ini perawat diharapkan mampu
a. Memberikan
pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat
sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
b. Memperhatikan
individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan
klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien.
Perawat
menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan
mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.
2. Client Advocate (Pembela Klien)
Tugas perawat :
a.
Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam
memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform
concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
b.
Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus
dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang
paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu
membela hak-hak klien.
Seorang
pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi
dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).
Hak-Hak
Klien antara lain :
a. Hak atas
pelayanan yang sebaik-baiknya
b. Hak atas
informasi tentang penyakitnya
c. Hak atas
privacy
d. Hak untuk
menentukan nasibnya sendiri
e. Hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
Hak-Hak
Tenaga Kesehatan antara lain :
a. Hak atas
informasi yang benar
b. Hak untuk
bekerja sesuai standart
c. Hak untuk
mengakhiri hubungan dengan klien
d. Hak untuk
menolak tindakan yang kurang cocok
e. Hak atas
rahasia pribadi
f. Hak atas
balas jasa
3. Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal
yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan
dukungan emosional dan intelektual.
Peran perawat disini adalah
a. Mengidentifikasi
perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
b. Perubahan
pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk meningkatkan
kemampuan adaptasinya.
Memberikan
konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu
Ferry Efendi dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.
Soekidjo
Notoatmojo. 2011. kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Jakarta: RINEKA CIPTA.
Sumijatum,dkk. 2005.
Konsep Dasar Keperawatan Komunitas.
Jakarta: EGC.
Suyono dan
Budiman. 2010. ilmu Kesehatan Masyarakat
dalam Konten Kesehatan Lingkunga. Jakarta: EGC.