A.
Konsep Dasar Penyakit
1.
Definisi / Pengertian
Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel
endometrium yang seharusnya terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam
rongga pelvis (Mary Baradero dkk, 2005).
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan
dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan
endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus,
atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R James,
dkk. 2002).
Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel
yang serupa dengan sel-sel lapisan uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar
uterus. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 1556 : 2002)
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium
(kelenjar dan stoma) diluar uterus (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001)
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium
di luar kavum uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis (adenometriosis internal) sedangkan
bila di luar uterus disebut (endometriorisis ekterna).
2.
Epidemiologi / Insiden Kasus
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir
ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Angka
kejadian antara 5 – 15% dapat ditemukan di antara semua operasi pelvic. Yang menarik adalah bahwa endometriosis
lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak menikah pada
umur muda, dan tidak mempunyai banyak anak.
Di Amerika Serikat, endometriosis timbul pada 7 – 10%
populasi, biasanya berefek pada wanita usis produktif. Prevalensi endometriosis
pada wanita infertile adalah sebesar 20 – 50% dan 80% pada wanita dengan nyeri pelvis. Terdapat keterkaitan keluarga, dimana resiko meningkat 10 kali
lipat pada wanita dengan keluarga derajat pertama yang mengidap penyakit ini
3.
Etiologi / Penyebab
Etiologi endometriosis belum diketahui tetapi ada
beberapa teori yang telah dikemukakan :
a. Secara kongenital sudah ada sel-sel
endometrium di luar uterus.
b. Pindahnya sel-sel endometrium
melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
c. Refluks menstruasi yang mengandung
sel-sel endometrium ke tuba fallopi, sampai ke rongga pelvis.
d. Herediter karena insiden lebih
tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami endometriosis (Mary Baradero dkk,
2005).
Ada beberapa teori yang menerangkan endometriosis
seperti:
a. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium
akibat regurgitan transtuba pada saat menstruasi
b. Teori metaplasia yaitu metaplasia sel multipotensial
menjadi endometrium, namun teori ini tidak didukung bukti klinis maupun
eksperimen
c. Teori induksi yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana
faktor biokimia, endogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak
berdiferensiasi menjadi jaringan endometrium (Arif Mansjoer, Kapita Selekta,
381: 2001)
Teori lain menyebutkan :
a. Teori transplantasi bahwa aliran darah haid
(menstruasi retrogard) mengirimkan kembali jaringan endometrium ke tempat
ektopik melalui tuba fallopi
b. Teori metaplasi berhubungan dengan jaringan epitel
embrionik yang tertahan yang selama pertumbuhannya dapat berubah menjadi
jaringan epitel oleh stimuli dari luar (Brunner & Suddarth, Keperawtan
Medikal Bedah, 1556: 2002)
Ada beberapa
faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain :
· Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
· Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27
hari)
· Menstruasi yang lama (>7 hari)
· Spotting sebelum menstruasi
· Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
· Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
· Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
· Terpapar Toksin dari lingkungan, biasanya toksin yang
berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah
medis dan sampah-sampah perkotaan. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku
Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:Jakarta.)
4.
Patofisiologi
Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu
jaringan yang melapisi dinding rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium
tumbuh di luar rahim. Lokasi tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di
ovarium, tuba falopii, jaringan yang menunjang uterus, daerah di antara vagina dan
rectum, juga di kandung kemih. Dalam setiap siklus menstruasi lapisan dinding
rahim menebal dengan tumbuhnya pembuluh darah dan jaringan, untuk mempersiapkan
diri menerima sel telur yang akan dilepaskan oleh indung telur yang
terhubungkan dengan rahim oleh saluran yang disebut tuba falopii atau saluran
telur. Apabila telur yang sudah matang tersebut tidak dibuahi oleh sel sperma,
maka lapisan dinding rahim tadi luruh pada akhir siklus. Lepasnya lapisan
dinding rahim inilah yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Keseluruhan
proses ini diatur oleh hormon, dan biasanya memerlukan waktu 28 sampai 30 hari
sampai kembali lagi ke awal proses. Salah satu teori mengatakan bahwa darah
menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding
rahim, sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim.
Teori lain mengatakan bahwa sel-sel jaringan
endometrium keluar dari rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening, kemudian mulai tumbuh di lokasi baru. Namun, ada pula teori yang
mengatakan bahwa beberapa perempuan memang terlahir dengan sel-sel yang “salah
letak”, dan dapat tumbuh menjadi endometrial implant kelak. Dalam kasus
endometriosis, walaupun jaringan endometrium tumbuh di luar rahim dan menjadi
“imigran gelap” di rongga perut seperti sudah disebutkan tadi, struktur
jaringan dan pembuluh darahnya juga sama dengan endometrium yang berada di
dalam rahim. Si imigran gelap (yang selanjutnya akan kita sebut endometrial
implant) ini juga akan merespons perubahan hormon dalam siklus menstruasi.
Menjelang masa menstruasi, jaringannya juga menebal.
Namun, bila endometrium dapat luruh dan melepaskan diri dari rahim dan ke luar
menjadi darah menstruasi, endometrial implant ini tidak punya jalan ke luar.
Sehingga, mereka membesar pada setiap siklus, dan gejala endometriosis (yaitu
rasa sakit hebat di daerah perut) cenderung makin lama makin parah. Intensitas
rasa sakit yang disebabkan oleh endometriosis ini sangat tergantung pada letak
dan banyaknya endometrial implant yang ada pada kita. Walaupun demikian,
endometrial implant yang sangat kecil pun dapat menyebabkan kita kesakitan luar
biasa apabila terletak di dekat saraf (Utamadi, Gunadi, 2004). Setiap bulan,
selaput endometrium akan berkembang dalam rahim dan membentuk satu lapisan
seperti dinding. Lapisan ini akan menebal pada awal siklus haid sebagai
persediaan menerima telur tersenyawa (embrio).
Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan
mengalami proses sama seperti dalam rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh karena selaput ini ada di tempat tidak sepatutnya, ia tidak boleh keluar dari
badan seperti lapisan endometrium dalam rahim. Pada masa sama, selaput ini akan
menghasilkan bahan kimia yang akan mengganggu selaput lain dan menyebabkan rasa
sakit. Lama kelamaan, lapisan endometriosis ini semakin tebal dan membentuk
benjolan atau kista (kantung berisi cecair) dalam ovari (Prof.Dr.Nik Mohd Nasri
Ismail, 2005).
Endometriosis
dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara
perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam
tubuh wanita tersebut.
Gangguan
menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem
hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen
dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama
halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan
tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor
penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor
pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan
perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan
endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju
ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium
merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis. Sel
endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan
menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun
lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat
estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron
lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan
terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan
di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat
menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan
menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini
menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan
yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan
seks.
Adhesi
juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii
menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus
menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi.
Widya Medica: Jakarta Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic
Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia.)
5.
Pathway
Terlampir
6.
Gejala Klinis
Pada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki
gejala. Gejala pada umumnya terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat
setiap tahunnya karena pembesaran daerah endometriosis. Gejala yang paling
sering terjadi adalah nyeri panggul, dismenorea (nyeri ketika menstruasi),
dispareunia (nyeri ketika senggama), dan infertilitas (gangguan kesuburan,
tidak dapat memiliki anak).
a.
Nyeri panggul
Nyeri yang berkaitan dengan
endometriosis adalah nyeri yang dikatakan sebagai nyeri yang dalam, tumpul,
atau tajam, dan biasanya nyeri bertambah ketika menstruasi. Pada umumnya nyeri
terdapat di sentral (tengah) dan nyeri yang terjadi pada satu sisi berkaitan
dengan lesi (luka atau gangguan) di indung telur atau dinding samping panggul.
Dispareunia terjadi terutama pada periode premenstruasi dan menstruasi. Nyeri
saat berkemih dan dyschezia dapat muncul apabila terdapat keterlibatan saluran
kemih atau saluran cerna.
b.
Dismenorea
Nyeri ketika menstruasi adalah keluhan paling umum pada endometriosis.
Nyeri ketika menstruasi adalah keluhan paling umum pada endometriosis.
c.
Infertilitas
Efek endometriosis pada fertilitas (kesuburan) terjadi karena terjadinya gangguan pada lingkungan rahim sehingga perlekatan sel telur yang sudah dibuahi pada dinding rahim menjadi terganggu. Pada endometriosis yang sudah parah, terjadi perlekatan pada rongga panggul, saluran tuba, atau indung telur yang dapat mengganggu transportasi embrio (Missrani, 2009).
Efek endometriosis pada fertilitas (kesuburan) terjadi karena terjadinya gangguan pada lingkungan rahim sehingga perlekatan sel telur yang sudah dibuahi pada dinding rahim menjadi terganggu. Pada endometriosis yang sudah parah, terjadi perlekatan pada rongga panggul, saluran tuba, atau indung telur yang dapat mengganggu transportasi embrio (Missrani, 2009).
Tanda dan gejala
endometriosis antara lain :
a.
Nyeri :
1)
Dismenore sekunder
2)
Dismenore primer yang buruk
3)
Dispareunia: Nyeri ovulasi
4)
Nyeri pelvis terasa berat dan
nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus
menstruasi.
5)
Nyeri akibat latihan fisik atau
selama dan setelah hubungan seksual
6)
Nyeri pada saat pemeriksaan
dalam oleh dokter
b.
Perdarahan abnormal
1)
Hipermenorea
2)
Menoragia
3)
Spotting sebelum
menstruasi
4)
Darah menstruasi
yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
5)
Keluhan buang air
besar dan buang air kecil
6)
Nyeri sebelum, pada
saat dan sesudah buang air besar
7)
Darah pada feces
8)
Diare, konstipasi
dan kolik
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi.
Widya Medica : Jakarta)
7.
Pemeriksaan Diagnostik /
penunjang
Pemeriksaan yang
dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:
a.
Uji serum
ü CA-125: Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
ü Protein plasenta 14 : Mungkin meningkat pada endometriosis
yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
ü Antibodi endometrial: Sensitifitas dan spesifisitas
berkurang
b.
Teknik pencitraan
ü Ultrasound: Dapat membantu dalam mengidentifikasi
endometrioma dengan sensitifitas 11%
ü MRI: 90% sensitif dan 98% spesifik
ü Pembedahan: Melalui laparoskopi dan eksisi.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku
Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)
8.
Komplikasi
a.
Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat
kolon atau ureter.
b.
Torsi ovarium atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma.
c.
Infertilitas, ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis merupakan
penyebab infertilitas kedua terbanyak pada wanita. (Mansjoer, 2001)
9.
Penatalaksanaan
a.
Kolaboratif
Kehamilan bisa memperlambat
perkembangan endometriosis karena menstruasi (ovulasi) berhenti selama
kehamilan dan laktasi. Ada beberapa wanita yang menjadi asimptomatis setelah
melahirkan. Fertilitas wanita dengan endometriosis rendah maka bagi pasangan
yang menginginkan anak memerlukan bantuan medis.
Kontrasepsi oral yang mengandung
estrogen yang minimal dan progestin yang tinggi dapat menyebabkan atrofi
endometrium. Obat-obat antigonadotropik seperti Danasol dapat juga dipakai
untuk menekan kegiatan ovarium. Danasol dapat menghentikan perkembangan
endometrium, mencegah ovulasi, dan menyebabkan atrofi jaringan endometrium yang
ada di luar uterus (jaringan endometrium ektopik). Kelemahan dari obat-obat ini
adalah sangat mahal, adanya efek samping seperti mual, cepat lelah, depresi,
berat badan bertambah, menyerupai gejala menopause, dan osteoporosis.
Apabila tidak ada respons terhadap
terapi konservatif, intervensi bedah dapat dilaksankan. Pembedahan laser
laparoskopi adalah pembedahan yang bisa mempertahankan fertilitas pasien karena
pembedahan ini hanya melepas adhesi dan menghancurkan jaringan endometrium yang
ada dalam rongga pelvis. Bedah radikal meliputi pengangkatan uterus, tuba
fallopi, dan ovarium. Endometriosis bisa berhenti ketika menopause.
b.
Mandiri
Pasien perlu merasa yakin bahwa
endometriosis dapat diobati. Perlu diterapkan kepada pasien efek samping dari
obat-obat yang dipakainya, strategi untuk menangani nyeri yang kronis juga
perlu dijelaskan (Mary Baradero dkk, 2005).
Pencegahan yaitu menunda kehamilan, tidak melakukan pemeriksaan kasar atau
melakukan kerokan pada haid, Observasi pada pembesaran analgesik yaitu pemeriksaan
periodik dan berkala, Pengobatan hormonal, Pembedahan dilakukan dengan
histeroktomi total salfingo-oferektomi bilateral eksisi tempat endometriorisis
B.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Riwayat Kesehatan
Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa
pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu dan produksi kertas, serta
terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
b.
Riwayat kesehatan
sekarang
· Dysmenore primer ataupun sekunder
· Nyeri saat latihan fisik
· Dispareun
· Nyeri ovulasi
· Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha,
dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
· Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah
hubungan seksual
· Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
· Hipermenorea
· Menoragia
· Feces berdarah
· Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
· Konstipasi, diare, kolik
c.
Riwayat kesehatan
keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan
(terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis.
d.
Riwayat obstetri
dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek,
darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir
menstruasi.
2.
Diagnosa Keperawatan yang
mungkin muncul
a. Nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran
penyakit.
b. Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.d gangguan
menstruasi
c. Resiko gangguan harga diri b.d infertilitas
3.
Rencana Tindakan Keperawatan
a. Nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran
penyakit.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama
…..x 24 jam nyeri klien akan berkurang.
Kriteria
evaluasi :
klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak meringis kesakitan, keringat
berkurang.
Intervensi :
ü Pantau/ catat karakteristik nyeri (respon
verbal, non verbal, dan respon hemodinamik) klien.
R/ untuk mendapatkan
indicator nyeri.
ü Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang
ditunjuk oleh klien.
R/untuk mendapatkan
sumber nyeri.
ü Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala
0-10.
R/ nyeri merupakan
pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metode yang mudah serta
terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.
ü Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan
akui nyeri yang klien rasakan
R/ ketidakpercayaan
orang lain membuat klien tidak toleransi terhadap nyeri sehingga klien
merasakan nyeri semakin meningkat.
ü Jelaskan penyebab nyeri klien.
R/dengan mengetahui
penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap nyeri.
ü Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi,
distraksi, massage.
R/ memodifikasi reaksi
fisik dan psikis terhadap nyeri.
ü Berikan pujian untuk kesabaran klien.
R/meningkatkan motivasi
klien dalam mengatasi nyeri.
ü Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen,
naproksen, ponstan) dan Midol.
R/ analgetik tersebut
bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol sebagai relaksan uterus.
b. Resiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan
gangguan menstruasi
Tujuan
: setelah diberikan
asuhan keperawatan …..x 24 citra diri klien akan meningkat.
Kriteria evaluasi : klien mengatakan tidak malu, merasa berguna, penampilan klien
rapi, menerima apa yang sedang terjadi.
Intervensi
:
ü Bina hubungan saling percaya dengan klien.
R/klien dengan mudah
mengungkapkan masalahnya hanya kepada orang yang dipercayainya.
ü Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan,
pikiran, dan pandangan tentang dirinya.
R/meningkatkan
kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam membuat penyelesaian.
ü Diskusikan dengan system pendukung klien tentang
perlunya menyampaikan nilai dan arti klien bagi mereka.
R/ penyampaian arti dan
nilai klien dari system pendukung membuat klien merasa diterima.
ü Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada
klien dan dukung kekuatan tersebut sebagai aspek positif.
R/mengidentifikasi
kekuatan klien dapat membantu klien berfokus pada karakteristik positif yang
mendukung keseluruhan konsep diri.
ü Libatkan klien pada setiap kegiatan di kelompok
R/ Memungkinkan menerima
stimulus social dan intelektual yang dapat meningkatkan konsep diri klien.
ü Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan
terbuka tentang pilihan penanganan gangguan menstruasi seperti ke klinik
kewanitaan, dokter ahli kebidanan.
R/ Jujur dan terbuka
dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang diberikan dapat membuat
klien mencari penanganan terhadap masalah yang dihadapinya.
c. Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan
infertile pada endometriosis
ü Berikan motivasi kepada pasien
R/: mningkatkan harga
diri klien dan merasa di perhatikan.
ü Bina hubungan saling percaya
R /: hubungan saling
percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk
intervensi selanjutnya.
ü Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
R /: mengidentifikasi hal
– hal positif yang masih dimiliki klien.
4.
Implementasi
Implementasi
menyesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang di rencanakan.
5.
Evaluasi
a.
Nyeri berkurang, klien tidak
meringis kesakitan, keringat berkurang.
b.
klien tidak
malu, merasa berguna, penampilan klien rapi, menerima apa yang sedang terjadi.
c.
Tidak
terjadi gangguan harga diri
DAFTAR PUSTAKA
Baraero,
Mary, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC
Bobak. Lowdermik.
Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Jakarta : EGC.
Bunner and Suddart . 2002 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn.E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC.
Dothrock, C Jane. 1999. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif.Jakarta : EGC
Johnson. M. Maas. M. Moorhead. S. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Mosby. Philadelphia.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga Jilid kedua . Media Aesculapius : Jakarta
MC.Closky.T dan Bulaceck G.2000. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby. Philadelphia.
Nanda . 2012. Nursing Diagnosis : devinisi
dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta :
Philadelphia USA.
Scott, R
James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan
Gynekologi. Widya Medica: Jakarta.
Winkjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu
Kandungan. Jakarta : EGC.