A.
Konsep Dasar Penyakit
1.
Definisi / Pengertian
Suatu keadaan
dimana sel kehilangan kemampuanya dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan
pertumbuhannya. (Prawiroharjo, Sarwono: 1994).
Kanker serviks
adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari
adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
disekitarnya. (FKUI, 1990;FKPP, 1997).
Kanker Serviks
adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini
mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan. Kanker ini hanya
menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active. Tidak
pernah ditemukan wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual pernah
menderita kanker ini. Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur,
terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak
mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki
faktor risikonya.
2.
Epidemiologi / Insiden Kasus
Karsinoma
serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering pada perempuan dan
bertanggung jawab untuk 6% dari semua kanker pada perempuan di Amerika Serikat
(CancerNet, 2001). Kanker servikal ini sebagian besar (90%) adalah karsinoma
sel skuamosa dan sisanya (10%) adalah adenokarsinoma.
Faktor
risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus papilloma
manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual. Penelitian epidemiologi diseluruh
dunia menegaskan bahwa infeksi HPV adalah faktor penting dalam perkembangan
kanker servikal (Bosch et al, 1995). Factor risiko lain untuk perkembangan
kanker servikal adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah
pasangan seksual yang meningkat, status ekonomi yang rendah, dan merokok.
(Sylvia A. Price, 2005).
3.
Etiologi / Penyebab
Penyebab kanker
serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi
yang menonjol, antara lain :
a.
Umur pertama kali
melakukan hubungan seksual.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin
muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks.
Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda. Hubungan seksual pertama
kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
b.
Jumlah kehamilan
dan partus.
Kanker serviks terbanyak dijumpai
pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan
resiko mendapat karsinoma serviks.
c.
Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan
hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar
terhadap kanker serviks ini.
d.
Infeksi virus.
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2)
dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor
penyebab kanker serviks
e.
Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai
pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat
kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan
sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi
imunitas tubuh.
f.
Hygiene dan
sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah
terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal
ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak
kumpulan-kumpulan smegma.
g.
Merokok dan AKDR
(alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya
sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu
bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker
serviks.
h.
Sering berganti-ganti pasangan (multipatner
sex).
i.
Infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 %
wanita pada usia 30 tahunan yang sexually active pernah menderita infeksi HPV
(termasuk infeksi pada daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat bila
wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus,
infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV.
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga
semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda
pada multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah dysplasia.
4.
Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat
|
Kriteria
|
0
|
Karsinoma
In Situ ( KIS), membran basalis utuh
|
I
|
Proses
terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
|
I a
|
Karsinoma
mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah stroma
tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau
pembuluh darah.
|
I b
|
Secara
klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan
histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
|
II
|
Proses
keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina dan
parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
|
II a
|
Penyebaran
hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
|
II b
|
Penyebaran
ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding panggul
|
III a
|
Penyebaran
sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak dipersoalkan asal
tidak sampai dinding panggul.
|
III b
|
Penyebaran
sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor
dengan dinding panggul.
|
IV
|
Proses
keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum dan
atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang
jauh
|
IV a
|
Proses
sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar dari
pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
|
IV b
|
Telah
terjadi metastasi jauh.
|
Klasifikasi
pertumbuhan sel akan kankers serviks
Mikroskopis
a.
Displasia
Displasia ringan terjadi pada
sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis
hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
b.
Stadium karsinoma
insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel
epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c.
Stadium karsinoma
mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif,
disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus
membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana
basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining
kanker.
d.
Stadium karsinoma
invasif.
Pada karsinoma invasif perubahan
derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan
invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga
jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan
korpus uteri.
Bentuk kelainan dalam pertumbuhan
karsinoma serviks :
· Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina,
bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
· Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan
tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.
· Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambat laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
Makroskopis
a.
Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan
servisitis kronik biasa
b.
Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar
osteum externum
c.
Stadium setengah
lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau
seluruh bibir porsio
d.
Stadium lanjut.
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga
tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
5.
Patofisiologi
Bentuk dysplasia servikal prainvasif termasuk karsinoma in
situ dapat diangkat seluruhnya dengan biopsi kerucut atau eradikasi menggunakan
laser, kauter, atau bedah krio. Tindak lanjut yang sering dan teratur untuk
lesi yang berulang penting dilakukan setelah pengobatan ini. Karsinoma serviks
invasif terjadi bila tumor menginvasi epithelium masuk dalam stroma serviks.
Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke da lam jaringan paraservikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat
lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat
menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale,dan rongga
endometrium ; invasi kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan
metastasis ke bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik
untuk kanker servik. Karsinoma servikal prainvasif tidak memiliki gejala, namun
karsinoma invasive dini dapat menyebabkan secret vagina tau perdarahan vagina.
Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu
muncul pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada
saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pascakoitus
atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang
muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat
penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak,
hematuria, atau perdarahan rectum.
6.
Pathway
Terlampir
7.
Gejala Klinis
a.
Gejala muncul
ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke
jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik untuk kanker
serviks ini.
1)
Perdarahan vagina
abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi
pada permukaan epitel serviks, tetapi tidak selalu ada.
2)
Nyeri abdomen dan
punggung bagian bawah.
Menandakan bahwa perkembangan
penyakit sangat cepat.
3)
Menstruasi abnormal
(lebih lama dan lebih banyak)
4)
Keputihan yang
menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah muda, coklat, mengandung
darah atau hitam serta bau busuk.
b.
Gejala kanker
serviks stadium lanjut.
1)
Nafsu makan
berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan kelelahan
2)
Nyeri panggul,
punggung dan tungkai
3)
Dari vagina keluar
air kemih atau feses
8.
Pemeriksaan Diagnostik /
penunjang
· Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan
penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan
diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76%
pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian
besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil
positif palsu sebesar 3-15%.
· Pap smear
Pap smear dilakukan
pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum
itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali hasil pemeriksaan tahunan menunjukkan
negative maka selanjutnya harus melakukan pemeriksaan setiap tiga tahun sekali
sampai umur 65 tahun.
· Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar).
Kolposkopi
dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma insitu. Alat ini memberikan
gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah abnormal yang mungkin dapat
dibiopsi.
· Servikografi
· Pemeriksaan visual langsung
· Gineskopi
· Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih
sensitive)
· Kuretase endoserviks
Kuretase
endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
· Biopsy kerucut.
Biopsy kerucut
adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar untuk penelitian
apakah ada atau tidak kanker invasive.
· MRI/CT scan abdomen atau pelvis.
MRI/CT scan abdomen
atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local dari tumor dan atau
terkenanya nodus limfa regional.
· Tes Schiller.
Tes Schiller
dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat
warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang abnormal warnanya
menjadi putih atau kuning.
· Konisasi.
Dengan cara
mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan
kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks
tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
9.
Prognosis
Karsinoma serviks
yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95%
akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang
menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus
terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi.
Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.
10. Komplikasi
a)
Berkaitan dengan
intervensi pembedahan
1)
Vistula Uretra
2)
Disfungsi bladder
3)
Emboli pulmonal
4)
Infeksi pelvis
5)
Obstruksi usus
b)
Berkaitan dengan
kemoterapi
1)
Sistitis radiasi
Enteritis
2)
Supresi sumsum tulang
3)
Mual muntah akibat
pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
4)
Kerusakan membrane
mukosa GI
5)
Mielosupresi
11. Penatalaksanaan
Tingkat
|
Penatalaksaan
|
0
I a
I b dan II a
II b , III dan IV
IV a dan IV b
|
Biopsi
kerucut
Histerektomi
trasnsvaginal
Biopsi
kerucut
Histerektomi
trasnsvaginal
Histerektomi
radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraorta
(bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)
Histerektomi
transvaginal
Radioterapi
Radiasi
paliatif
Kemoterapi
|
12. Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah
kanker serviks, yaitu:
a)
Mencegah terjadi
infeksi HPV
b)
Melakukan pemeriksaan
Pap Smear secara teratur
c)
Tidak boleh
melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di bawah 18 tahun.
d)
Jangan melakukan
hubungan seksual dengan penderita penyakit kelamin atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit
e)
Jangan berganti-ganti
pasangan seksual
f)
Berhenti merokok
B.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Aktivitas dan istirahat
Gejala:
· Kelemahan atau
keletihan akibat anemia
· Perubahan pada
pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
· Adanya
faktor-faktor yang memengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, dan keringat
malam.
· Pekerjaan atau
profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan tingkat stress tinggi.
b.
Integritas ego
Gejala:
Faktor
stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious
atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis,
pembedahan, menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
c.
Eliminasi
Pengkajian
eliminasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut.
· Pada kanker
serviks: perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis
· Pada kanker
ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih, menopause dini, dan
menoragia.
d.
Makanan dan minuman
Gejala:
· Pada kanker
serviks: kebiasaan diet buruk (misalnya: rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet rasa).
· Pada kanker
ovarium: dyspepsia, rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen yang terus
meningkat (kanker ovarium).
e.
Neurosensori
Gejala:
merokok, pemajanan abses.
f.
Nyeri atau kenyamanan
Gejala:
Adanya
nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyaman ringan sampai nyeri hebat
(dihubungkan dengan proses penyakit), nyeri tekan pada payudara (pada kanker
ovarium).
g.
Pernapasan
Gejala:
merokok, pemajanan abses.
h.
Keamanan
Gejala:
pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda:
demam, ruam kulit, ulserasi.
i.
Seksualitas
Gejala:
perubahan pola respons seksual, keputihan (jumlah karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama (pada kanker servix).
j.
Interaksi sosial
Gejala:
ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung.
k.
Penyuluhan
Gejala: riwayat
kanker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer, riwayat pengobatan
sebelumnya.
2.
Diagnosa Keperawatan yang
mungkin muncul
1)
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
2)
Risiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
3)
Keletihan berhubungan
dengan anemia dan pemberian kemoterapi.
4)
Gangguan citra
tubuh berhubungan dengan keputihan, bau busuk, dampak diagnosis kanker terhadap
peran pasien dalam keluarga.
3.
Rencana Tindakan Keperawatan
1)
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
h Kaji
adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
h Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang ditentukan.
h Pantau
masukan makanan oleh klien.
h Anjurkan
agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet.
h Lakukan
perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
2)
Risiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
h Pantau
tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
h Tempatkan
pasien pada lokasi yang tersedia.
h Bantu
pasien dalam menjaga hygiene perorangan
h Anjurkan
pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
h Kolaborasi
dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.
3)
Keletihan berhubungan
dengan anemia dan pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
h Kaji
pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
h Anjurkan
kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak mungkin
dengan diimbangi aktifitas.
h Bantu
pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang
dialami.
h Anjurkan
kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
h Observasi
kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
4)
Gangguan Citra
Tubuh berhubungan dengan keputihan, bau busuk, diagnosis kanker terhadap peran
pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak
dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk
menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
h
Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien
dengan hangat dan sikap positif.
h
Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan perasaan dan pikian tentang kondisi,
kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.
h
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan
klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya.
h
Bantu klien mengidentifikasi potensial
kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan
interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta
perkembangan spiritual dan moral.
h
Kaji respon negatif terhadap perubahan
penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi
sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan.
h
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang
terkait untuk tindakan konseling secara profesional.
4.
Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi
5.
Evaluasi
1)
Kebutuhan Nutrisi
dan Kalori pasein tercukupi sesuai denga kebutuhan tubuh
2)
Tidak ada
tanda-tanda infeksi
3)
Pasien mampu
mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
4)
Pasien mau menerima
keadaan dirinya
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku Untuk
Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC
Doengoes,
marillyn. 1997. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC
Sarwono.
1994. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata,
Sulaiman. 1973. Ginekologi. Bandung:
Eleman-Elstar Offset