09 January 2011

Berpikir kritis dalam keperawatan


Bab I
Pendahuluan

1.1  Latar Belakang
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berfikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berfikir kritis, analisis pertanyaan kritis, hubungan pemecahan masalah, pengambilan keputusaan dan kreatifitas dalam berfikir kritis serta factor-faktor yang mempengaruhi berfikir kritis.
Perawat sebagai bagian dari pemberi pelayanan kesehatan, yaitu memberi asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berfikir kritis dalam berbagai situasi. Penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan dengan kasus nyata yang akan memberi gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan bermutu. Seorang yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru, seorang profesional harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang paling efektif dan ilmiah dan memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejahteraan diri maupun orang lain.
Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membetuk asumsi, ide-ide dan menbuat simpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan belajar.

Bab II
Pembahasan

2.1 Pengertian Berpikir Kritis
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. (Pery & Potter,2005). Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif pandangan baru.
Untuk mendapatkan suatu hasil berpikir yang kritis, seseorang harus melakukan suatu kegiatan (proses) berpikir yang mempunyai tujuan (purposeful thinking), bukan “asal” berpikir yang tidak diketahui apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Artinya, walau dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering melakukan proses berpikir yang terjadi secara “otomatis” (missal ; dalam menjawab pertanyaan “siapa namamu?”). banyak pula situasi yang memaksa seseorang untuk melakukan kegiatan berpikir yang memang di “rencanakan” ditinjau dari sudut “apa” (what), “bagaimana” (how), dan “mengapa” (why). Hal ini dilakukan jika berhadapan dengan situasi (masalah) yang sulit atau baru.
Isi suatu kualitas dari kegiatan berpikir harus mengandung unsur-unsur seperti dibawah ini:
1        Sistematik dan senantiasa menggunakan criteria yang tinggi (terbaik) dari sudut intelektual untuk hasil berpikir yang ingin dicapai.
2        Individu bertanggung jawab sepenuhnya atas proses kegiatan berpikir.
3        Selalu mengunakan kriteria berdasar standar yang telah ditentukan dalam memantau proses berpikir.
4        Melakukan evaluasi terhadap efektivitas kegiatan berpikir yang ditinjau dari pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya paham dan tahu dari komponen berpikir kritis itu sendiri dan komponen berpikir kritis meliputi ;
1        Pengetahuan dasar spesifik
Komponen pertama berpikir kritis adalah pengetahuan dasar perawat yang spesifik dalam keperawatan. Pengetahuan dasar ini meliputi teori dan informasi dari ilmu-ilmu pengetahuan, kemanusiaan, dan ilmu-ilmu keperawatan dasar.
2        Pengalaman
Komponen kedua dari berpikir kritis adalah pengalaman. Pengalaman perawat dalam peraktik klinik akan mempercepat proses berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.
Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut Rowntree pada proses belajar ada lima jenis stimulus/ rangsangan yang berasal dari sumber belajar yaitu :
a.       Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara manusia baik verbal maupun nonverbal.
b.      Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang meliputi benda-benda nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan sebagainya.
c.       Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang mewakili suatu objek dan peristiwa nyata.
d.      Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai macam media.
e.       Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu mengontrol realitas mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan terus.
3.      Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis merupakan proses kognitif yang digunakan untuk membantu penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi, yaitu:
a.       Berpikir kritis umum, meliputi pengetahuan tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan pembuatan keputusan.
b.      Berpikir kritis secara sepesifik dalam praktik klinik meliputi alasan mengangkat diagnose dan membuat keputusan untuk perencanaan tindakan selanjutnya.
c.       Berpikir kritis yang sepesifik dalam keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan (pengkajian sampai evaluasi).
4.      Sikap dalam berpikir kritis
Sikap dalam berpikir kritis merupakan sikap yang diperoleh dari proses berpikir kritis dan sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan/ kesiapan untuk bereaksi terhadap stimulus atau objek menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (1993), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.
5.      Standar / karakteristik berpikir kritis
Dalam standar berpikir kritis terdapat dua komponen:
a.       Standar intelektual
Dalam standar intelektual untuk menghasilkan proses berpikir perlu di perhatikan tentang; rasional dan memiliki alasan yang tepat, reflektif, menyelidik, otonomi berpikir, kreatif, terbuka dan mengevaluasi.
b.      Standar professional
Pada standar profesioanal keperawatan memiliki kode etik keperawatan dan standar praktek asuhan keperawatan.

2.2 Aspek Aspek Berpikir Kritis
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
1.      Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
2.      Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
3.      Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.
4.      Outside material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan (refrence).
5.      Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidakjelasan.
6.      Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
7.      Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya.
Termasuk di dalalmnya senantiasa memberi penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.
8.      Critical assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi / masukan yang datang dari dalam dirinya maupun dari orang lain.
9.      Practical utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan / kegunaanya dalam penerapan.
10.  Width of understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat meluaskan isi atau materi diskusi. Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan :
a.       Berpusat pada pertanyaan (focus on question)
b.      Analisa argument (analysis arguments)
c.       Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of clarification and/or challenge)
d.      Evaluasi kebenaran dari sumber informasi (evaluating the credibility sources of information)