A.
ANATOMI
DAN FISIOLOGI SISTEM LIMBIK
Istilah Limbik berarti “batas” atau “tepi” yang
diperkenalkan oleh Brica pada tahun 1878 untuk menunjuk pada dua girus yang
membentuk limbus atau batas disekitar diensefalon. Sistem Limbik merupakan
suatu konsep fungsional dan tidak memiliki definisi yang diterima secara umum.
Struktur kortikal utama adalah girus singuli, girus hipokampus, dan hipokampus.
Bagian subkortikal mencakup amigdala, traktus dan bulbus olfaktorius, serta
septum. Beberapa ahli menyertakan hipotalamus dan bagian-bagian thalamus dalam
system limbic ini karena hubungan fungsionalnya yang erat.Sistem limbic mempunyai
hubungan timbal balik dengan banyak struktur saraf sentral pada beberapa
tingkat integrasi termasuk neokorteks, hipotalamus, system aktivasi retikularis
batang otak. Sistem ini dipengaruhi oleh masukan dari semua system sensorik
terintegrasi dan selanjutnya dinyatakan sebagai suatu pola tingkah laku melalui
hipotalamus yang mengkoordinasi respon autonom, somatic dan endokrin. Sistim
limbic diyakini ikut berperan dalam ingatan, karena lesi pada hipokampus dapat
mengakibatkan hilangnya ingatan baru.
Sistem limbik
mengandung bagian dari kesadaran dan ketidak sadaran otak. Sistem ini
menggabungkan fungsi mental yang lebih tinggi sepeti penalaran dengan perasaan
yang lebih primitif seperti ketakutan dan kesenangan. Terdapat dalam kortek
serebri dan mengandung jalur neuron yang menghubungkan lobus frontalis, lobus
temporalis, talamus dan hipotalamus.
Stimulasi sistem
limbik menghasilkan kemarahan, kesakitan, kesenangan atau kesedihan. Dengan
menimbulkan perasaan kesenangan dan ketidak senangan pada pengalaman, sistem
ini menunjukkan individu pada perilaku yang meningkatkan kemungkinan bertahan
hidup. Sistem ini juga berperanan dalam memori atau ingatan dan belajar.
Belajar membutuhkan memori yang tersimpan dalam regio sensoris di serebrum,
tapi yang memungkinkan perkembangan memori tidak diketahui.
Keikutsertaan
sistem limbik dalam memori menjelaskan kenapa perubahan peristiwa emosional
menghasilkan memori paling jelas dan kuat. Faktanya sistem limbik berhubungan
dengan area sensoris untuk peraba, pembau, penglihatan dan sebagainya,
bertanggung jawab pada kemampuan dari sensasi sensoris membangkitkan memori
yang kompleks.
Sistem
limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. limbik secara harfiah diartikan sebagai perbatasan. sistem
limbik itu sendiri diartikan
keseluruhan lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan dorongan
motivasional. bagian utama sistem limbik adalah hipothalamus dan struktur-strukturnya yang berkaitan. bagian otak ini sama
dengan yang dimiliki hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
komponen limbik
antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteslimbik.
Sistem limbik berfungsi untuk mengendalikan emosi,
mengendalikan hormon,memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar,
seksualitas, pusat rasa senang,metabolisme
dan juga memori jangka panjang. Sistem
limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. dialah yang lazim disebut sebagai
otak emosi. Carl
Gustav jung menyebutnya
sebagai alam bawah sadar
atau ketaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti
menolong orang,
dan perilaku tulus lainnya. Ledoux
mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia,
tempat bermuaranya cinta, respek dan
kejujuran.sistem limbik
yang terdiri dari amigdala, thalamus dan hipothalamus ini berperanan sangat penting dan
berhubungan langsung dengan sistem otonom maupun bagian otak penting
lainnya. karena hubungan langsung sistem limbik dengan sistem
otonom, jadinya bila ada stimulus emosi negatif yang langsung masuk dan
diterima oleh sistem limbik
dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti : gangguan jantung, hipertensi maupun gangguan saluran
cerna. tidak heran saat seseorang marah, maka jantung akan berdetak lebih
cepat dan lebih keras dan tekanan darah dapat meninggi. stimulus emosi dari luar ini dapat
langsung potong jalur masuk ke sistem limbik tanpa
dikontrol oleh bagian otak yang mengatur fungsi intelektual yang mampu melihat
stimulus tadi secara lebih
obyektif
dan rasional. hal ini menjelaskan kenapa seseorang yang sedang mengalami emosi
kadang perilakunya tidak rasional.
permasalahan
lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosinegatif seperti cemas dan
depresi timbul secara perlahan tanpa
disadari dan individu tersebut baru
menyadari saat setelah timbul gejala fisik, seperti misalnya
hipertensi.
B.
ANATOMI
DAN FISIOLOGI HIPOTALAMUS
Hipotalamus
merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di depan nucleus
interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan dareah
inti. Hipotalamus terletak pada anterior
dan inferior thalamus. Berfungsi
mengontrol dan mengatur system saraf autonom, Pengaturan diri terhadap
homeostatic, sangat
kuat dengan emosi dan dasar pengantaran tulang, Sangat penting berpengaruh
antara system syaraf dan endokrin.
Hipotalamus juga bekerjasama dengan hipofisis untuk mempertahankan
keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan
vasokonstriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi hormonal dengan
kelenjar hipofisis. Hipotalamus juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat
badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respons
emosional (rasa malu, marah, depresi, panic dan takut).
Adapun
fungsi dari hipotalamus antara lain adalah:
1. Mengontrol suhu tubuh
2. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran
urin
3. Mengontrol asupan makanan
4. Mengontrol sekresi hormon-hormon
hipofisis anterior
5. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis
posterior
6. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran
susu
7. Pusat koordinasi sistem saraf otonom
utama, kemudian mempengaruhi semua otot polos, otot jantung, sel eksokrin
8. Berperan dalam pola perilaku dan
emosi
Peran
hipotalamus
Pengaturan
hipotalamus terhadap nafsu makan terutama bergantung pada interaksi antara dua
area : area “makan”
lateral di anyaman nucleus berkas prosensefalon medial pada pertemuan dengan
serabut polidohipotalamik, serta “pusat rasa kenyang:’ medial di nucleus
vebtromedial. Perangsangan pusat makan membangkitkan perilaku makan pada hewan
yang sadar, sedangkan kerusakan pusat makan menyebabkan anoreksia berat
yang fatal pada hewan yang sebenarnya sehat. Perangsangan nucleus ventromedial
menyebabkan berhentinya makan, sedangkan lesi di regio ini menyebabkan
hiperfagia dan bila persediaan makan banyak, sindrom obesitas hipotalamik.
Hubungan
hipotalamus dengan fungsi otonom
- Hubungan aferen dan eferen hipotalamus
Jalur aferen dan eferen utama dari dan ke hipolamus sebagian
besar tidak bermielin. Banyak serabut menghubungkan hipotalamus dengan system
limbic. Juga terdapat hubungan penting antara hipotalamus dengan nucleus-nucleus
di tegmentum mesensefalon, pons dan rhombensefalon.
Neuron penghasil norepinefrin yang badan selnya berada di
rhombensefalon berujung di berbagai bagian yang berbeda di hipotalamus. Neuron
paraventrikel yang mungkin mengeluarkan oksitoksin dan vasopressin sebaliknya
menuju ke rhombensefalon dan berakhir di hipotalamus ventral. Terdapat system
neuron penghasil dopamine intrahipotalamus yang badan selnya terdapat di nucleus arkuata dan berujung pada atau
dekat kapiler yang membentuk pembuluh portal di eminensia mediana. Neuron
penghasil serotonin berproyeksi ke hipotalamus dari nucleus rafe.
- Hubungan dengan kelenjar hipofisis
Terdapat hubungan saraf antara hipotalamus
dan lobus posterior kelenjar hipofisis serta hubungan vascular antara
hipotalamus dengan lobus anterior. Secara embriologis, hipofisis posterior
muncul sebagai besar ventrikel ketiga. Hipofisis posterior sebagian besar
tersusun dari berbagai ujung akson yang muncul dari badan sel di nucleus
supraoptik di hipofisis posterior melalui traktus hipotalamohipofisis.
- Hubungan dengan fungsi otonom
Bertahun-tahun yang lalu, Sherrington menyebutkan hipotalamus
sebagai “ganglian utama sisten otonom”. Perangsangan
hipotalamus menimbulkan respons otonom,
tetapi hipotalamus sendiri tampaknya tidak terpengaruh oleh pengaturan fungsi
viseral yang dilakukannya. Sebaliknya, respons otonom yang ditimbulkan di
hipotalamus merupakan bagian dari fenomena yang lebih kompleks seperti makan
dan bentuk emosi lain seperti marah. Sebagai contoh , perangsangan terhadap
berbagai bagian hipotalamus, terutama dareah lateral, menyebabkan pelepasan
muatan dan peningkatan sekresi medulla adrenal seperti lepas-muatan simpatis massal
yang di jumpai pada hewan yang terpajan stress.
- Hubungan dengan tidur
zona tidur prosensefalon basal mencakup sebagian dari
hipotalamus. Bagian-bagian ini serta fisiologi keseluruhan dari keadaan tidur
dan terjaga dibakar.
- Hubungan dengan fenomena siklik
Sel pada tumbuhan dan hewan mengalami fluktuasi ritnis dalam
berbagai fungsinya yang lamanya sekitar 24 jam, yang disebut bersifat
sirkadian. Pada mamalia,termasuk manusia , sebagain besar sel memiliki irama
sirkadian. Dalam hati, irama ini dipengaruhi oleh pola asupan makanan,tetapi
pada hampir semua sel lain irama diselaraskan oleh sepasang nucleus
suprakiasmatik (SCN), satu di tiap-tiap sisi di atas kiasma optikum.
C.
ANATOMI DAN FISIOLOGI MEDULLA
SPINALIS
DASAR ANATOMI MEDULA SPINALIS
Medulla Spinalis
merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat. Terbentang dari foramen magnum
sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut conus
terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah conu terminalis
serabut-serabut bukan syaraf yang disebut filum terminale yang merupakan
jaringan ikat.
Terdapat 31 pasang
syaraf spinal: 8 pasang syaraf servikal, 12 Pasang syaraf Torakal, 5 Pasang
syaraf Lumbal, 5 Pasang syaraf Sakral dan 1 pasang syaraf koksigeal. Akar
syaraf lumbal dan sakral terkumpul yang disebut dengan Cauda Equina. Setiap
pasangan syaraf keluar melalui Intervertebral foramina. Syaraf Spinal
dilindungi oleh tulang vertebra dan ligamen dan juga oleh meningen spinal dan
CSF.
MENINGEN SPINAL
Meningen Spinal terdiri
atas tiga lapis yaitu: Dura mater, arachnoid dan piamater. Duramater yang
merupakan lapisan yang kuat, Membran fibrosa, Bersatu dengan filum terminale.
Piamater berupa lapisan tipis, kaya pembuluh darah, nyambung dengan medula
spinalis. Rongga antara periosteum dengan duramater disebut dengan epidural
yang merupakan area yang mengandung banyak pembuluh darah dan lemak. Rongga
antara duramater dengan arachnoid disebut dengan subdural. Sub dural tidak
mengandung CSF. Rongga antara Arachnoid dan Piamater disebut dengan Subarachnoid.
Pada rongga ini terdapat Cerebro Spinal Fluid, Pembuluh Darah dan akar-akar
syaraf
CAIRAN SEREBRO SPINAL
Cairan Serebro Spinal
merupakan Cairan bening hasil ultrafiltrasi dari pembuluh darah di kapiler
otak. Cairan ini selalu dipertahankan dalam keadaan seimbangan antara produksi
dan reabsorpsi oleh pembuluh darah. CSF mengandung
air, protein dalam jumlah kecil, oksigen dan karbondioksida, Na,K,Ca,Mg,Cl,
glukosa, Sel darah putih dalam jumlah kecil, dan material organik lainnya.
STRUKTUR
INTERNAL
Terdapat substansi abu
abu dan substansi putih. Substansi Abu-abu membentuk seperti kupu-kupu
dikelilingi bagian luarnya oleh substansi putih. Terbagi menjadi bagian kiri
dan kanan oleh anterior median fissure san median septum yang disebut dengan
posterior median septum.
Keluar dari medula
spinalis merupakan akar ventral dan dorsal dari syaraf spinal. Substansi
abu-abu mengandung badan sel dan dendrit dan neuron efferen, akson tak
bermyelin, syaraf sensoris dan motoris dan akson terminal dari neuron. Substansi
abu-abu membentuk seperti huruf H dan terdiri dari tiga bagian yaitu: anterior,
posterior dan Comissura abu-abu. Bagian Posterior sebagai input /afferent,
anterior sebagai Output/efferent, comissura abu-abu untuk refleks silang dan
substansi putih merupakan kumpulan serat syaraf bermyelin.
PERAN
MEDULA SPINALIS
- Pusat prosesing data
- Jalur sensoris
- Sistem piramidal dan ekstrapiramidal
REFLEKS SPINAL
Refleks merupakan
respon bawah sadar terhadap adanya suatu stimulus internal ataupun eksternal
untuk mempertahankan keadaan seimbang dari tubuh. Refleks yang melibatkan otot
rangka disebut dengan refleks somatis dan Refleks yang melibatkan otot polos,
otot jantung atau kelenjar disebut refleks otonom atau visceral.
D.
ANATOMI DAN FISIOLOGI MEDULLA
OBLONGATA
System
Medulla Oblongata merupakan bagian batang otak yang berbentuk pyramid diantara
medula spinalis dan pons. Terletak di bagian bawah dan belakang tengkorak
dipisahkan dengan cerebrum, diatas medula oblongata.
Medulla
oblongata meneruskan serabut-serabut motorik dari otak ke medulla spinalis dan serabut-serabut
sensorik dari medulla spinalis ke otak. Dan serabut-serabut tersebut menyilang
pada daerah ini. Pons juga berisi pusat-pusat terpenting dalam mengontrol
jantung, pernafasan dan tekanan darah dan sebagai asal-usul saraf otak kelima
sampai kedelapan.
Medulla oblongata berfungsi untuk :
1.
Menghantarkan impuls yang datang dari medula spinalis menuju
ke otak,
2.
Pusat keseimbangan,
3.
Mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan gerakan otot
dengan baik,
4.
Menghantarkan impuls dari otot-otot bagian kiri dan kanan
tubuh.
5. Medulla oblongata juga mempengaruhi
jembatan refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan
kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.
6. Selain itu, medulla oblongata juga
mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
E.
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF
KRANIAL
Saraf-saraf cranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan
tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang disebut foramina (tunggal,
foramen). Terdapat 12 pasang saraf cranial yang dinyatakan dalam nama atau
angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah olfaktorius (I), optikus (II),
okulomatorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis
(VII), vestibulokoklearis (VIII), glosofaringeus (IX), vagus (X), asesorius
(XI), hipoglosus (XII). Saraf cranial I, II, dan VIII merupakan saraf sensorik
murni. Saraf cranial III, IV,VI, XI, dan XII terutama merupakan saraf motorik,
tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot yang
dipersarafinya. Saraf cranial V, VII, IX dan X merupakan saraf campuran. Saraf
cranial III, VII, dan X juga mengandung beberapa serabut saraf dari cabang
parasimpatis system saraf autonum.
Saraf Kranial
|
Komponen Saraf
|
Fungsi
|
I olfaktorius
|
Sensorik
|
Penciuman
|
II optikus
|
Sensirik
|
Penglihatan
|
III okulomotorius
|
Motorik
|
Mengangkat kelopak mata atas
Kontriksi pupil
|
IV troklearis
|
Motorik
|
Gerakan mata ke bawah dan ke dalam
|
V Trigeminus
|
Motorik
Sensorik
|
Otot temporalis dan master (
menutup rahang, mengunyah, gerakan rahang ke lateral )
Kulit wajah dan 2/3 depan kulit
kepala, mukosa mata, mukosa hidung, dan rongga mulut, lidah sedang gigi.
|
VI Abdusend
|
Motorik
|
Deviasi mata ke lateral
|
VII Fasialis
|
Motorik
Sensorik
|
Otot” ekspresi wajah termasuk otot
dahi, sekeliling mata, dan mulut. Lakrimasi dan salivasi
Pengecapan 2/3 depan lidah
|
VIII Vestibulokoklearis
Cabang vestibularis
Cabang koklearis
|
Sensorik
sensorik
|
Keseimbangan
Pendengaran
|
IX glosofaringeus
|
Motorik
Sensorik
|
Faring : menelan, reflex muntah
Parotis : salivasi
Faring, lidah posterior
|
X vagus
|
Motorik
Sensorik
|
Faring, laring : menelan, reflek
muntah
Faring, laring : reflex muntah,
visera leher
|
XI asesorius
|
Motorik
|
Pergerakan kepala dan bahu
|
XII hipoglosus
|
Motorik
|
Gerakan lidah
|
F.
ANATOMI DAN FISIOLOGI SARAF SPINAL
Medulla Spinalis terdiri dari 31 segmen jaringan saraf dan
masing-masing memiliki sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis
vertebralis melalui voramina intervertebralis ( lubang pada tulang vertebra).
Saraf-saraf spinal diberi nama sesuai dengan foramina intervertebralis tempat
keluarnya saraf- saraf tersebut, kecuali saraf servikal pertama yang keluar
diantara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama. Dengan demikian,
terdapat 8 pasang saraf servikal, 12 pasang torakalis, 5 pasang saraf lumbalis,
5 pasang saraf skralis, dan 1 pasang saraf koksigeal.
Saraf spinal melekat pada permukaan lateral medulla spinalis
dengan perantaran dua radiks, radik posteriol atau dorsal (sensorik) dan radik anterior atau ventral
(motorik). Radiks dorsal memperlihatkan pembesaran, yaitu ganglion radiks
dorsal yang terdiri dari badan-badan sel neuron aferen atau neuron sensorik.
Badan sel seluruh neuron aferen medulla spinalis terdapat dapat ganglia
tersebut. Serabut-serabut radiks dorsal merupakan tonjolan – tonjolan neuron
sensorik yang membawa impuls dari bagian perifer ke medulla spinalis. Badan sel
neuron motorik terdapat di dalam medulla spinalis dalam kolumna anterior dan
lateral substansia grisea. Aksonnya membentuk serabut-serabut radiks ventral
yang berjalan menuju ke otot dan kelenjar. Kedua radiks keluar dari foramen
intervertebralis dan bersatu membentuk saraf spinal. Semua saraf spinal merupakan
saraf campuran, yaitu mengandung serabut sensorik maupun serabut motorik.
Bagian dorsal saraf spinal mempersarafi otot intrinsic
punggung dan segmen-segmen tertentu dari kulit yang melapisinya yang disebut
dermatoma. Bagian ventral merupakan bagian yang besar dan dan membentuk bagian
utama yang membentuk spinal. Otot-otot dan kulit leher, dada, abdomen, dan
ekstremitas dipersarafi oleh bagian ventral. Pada semua saraf spinal kecuali
bagian torakal, saraf-saraf spinal bagian ini saling terjalin sehingga membentuk
jalinan saraf yang disebut Fleksus. Fleksus yang terbentuk adalah fleksus
servikalis, brakialis, lumbalis, sakralis dan koksigealis. Keempat saraf
servikal yang pertama (C1-C4) membentuk fleksus servikalis yang mempersarafi
leher dan bagian belakang kepala. Salah satu cabang yang penting sekali adalah
saraf frenikus yang mempersarafi diagfragma.
Fleksus brakialis yang dibentuk dari C5-T1, fleksus ini
mempersarafi ekstremitras atas.Saraf torakal(T3-T11) mempersarafi otot-otot
abdomen bagian atas dan kulit dada serta abdomen. Pleksus lumbalis berasal dari
segmen spinal T12-L4 mempersarafi otot-otot dan kulit tubuh bagian bawah dan
ekstremitas bawah., pleksus sakralis dari L4-S4, dan pleksus koksigealis dari
S4 sampai saraf koksigealis. Saraf utama dari pleksus ini adalah saraf
femoralis dan obturatorius. Saraf utama dari pleksus sakralis adalah saraf
iskiadikus, saraf terbesar dalam tubuh. Saraf ini menembus bokong dan turun
kebawah melalui bagian belakang paha. Kulit dipersarafi oleh radiks dorsal dari
tiap saraf spinal, jadi dari satu segmen medulla spinalis disebut dermatom.
Otot-otot rangka juga mendapat persarafan segmental dari radiks spinal ventral.
G.
ANATOMI DAN FISIOLOGI SARAF OTONOM
Sistem
syaraf otonom yang dikenal juga dengan nama sistem syaraf vegetatif, sistem
syaraf visceral atau sistem syaraf tidak sadar, sistem mengendalikan dan
mengatur kemauan. Sistem syaraf ini terdiri dari atas serabut syaraf-syaraf,
ganglion-ganglion dan jaringan syaraf yang mensyarafi jantung, pembuluh darah,
kelenjar-kelenjar, alat-alat dalaman dan otot-otot polos. Obat-obat yang
sanggup mempengaruhi fungsi sistem syaraf otonom, bekerja berdasarkan
kemampunannya untuk meniru atau memodifikasi aktivitas neurohimor-transmitor
tertentu yang dibebaskan oleh serabut syaraf otonom di ganglion atau sel-sel
(organ-organ) efektor. Termasuk kelompok ini pula adalah beberapa kelenjar
(ludah, keringat dan pencernaan) dan juga otot jantung, yang sebagai
pengecualian bukan merupakan otot polos, tetapi suatu otot lurik. Dengan
demikian, sistem saraf otonom tersebar luas di seluruh tubuh dan fungsinya
adalah mengatur secara otomatis keadaan fisiologi yang konstan, seperti suhu
badan, tekanan, dan peredaran darah, serta pernapasan (Tjay & Rahardja,
2002).
Anatomi Susunan Saraf Otonom
Sistem
saraf otonom membawa impuls saraf dari susunan saraf pusat ke organ efektor
melalui 2 jenis serat saraf eferen yaitu saraf praganglion dan saraf
pascaganglion. Lingkaran refleks saraf otonom terdiri dari serat aferen yang
sentripental disalurkan melalui N. vagus, pelvikus, splanknikus, dan saraf
otonom lainnya. Badan sel serat-serat ini terletak di ganglia dalam kolumna
dorsalis dan ganglia sensorik dari saraf kranial tertentu. Tidak jelas
perbedaan antara serabut aferen sistem saraf otonom dengan serabut aferen
sistem somatik, sehingga tidak dikenal obat yang secara spesifik dapat
mempengaruhi serabut aferen otonom. Serat eferen yang disalurkan melalui saraf
praganglion, ganglion, dan saraf pascaganglion berakhir pada sel efektor (Tjay
& Rahardja, 2002).
Saraf
otonom juga berhubungan dengan saraf somatik; sebaliknya kejadian somatik dapat
mempengaruhi fungsi organ otonom. Pada susunan saraf pusat terdapat beberapa
pusat otonom, yaitu di medulla oblongata terdapat pengatur pernapasan dan
tekanan darah; hipotalamus dan hipofisis yang mengatur suhu tubuh, keseimbangan
air, metabolisme karbohidrat dan lemak, pusat tidur dan sebagainya. Hipotalamus
dianggap sebagai pusat sistem saraf otonom. Walaupun demikian masih ada pusat
yang lebih tinggi lagi yang dapat mempengaruhinya yaitu korpus striatum dan
korteks serebrum yang dianggap sebagai koordinator antara sistem otonom dan
somatik (Tjay & Rahardja, 2002).
Serat
eferen terbagi dalam sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis
disalurkan melalui serat torakolumbal dari torakal 1 sampai lumbal 3, dalam
sistem ini termasuk ganglia paravertebral, pravertebral dan ganglia terminal.
Sistem parasimpatis atau kraniosakral outflow disalurkan melalui saraf otak ke
III, VII, IX dan X, dan N. pelvikus yang berasal dari bagian sacral segmen 2,
3, dan 4. Sebagian besar neuron praganglion parasimpatis berakhir di sel-sel
ganglion yang tersebar merata atau yang terdapat pada dinding organ efektor
(Mutschler, 1991).
Serat
aferen misalnya yang berasal dari presoreseptor dan kemoreseptor dalam sinus
karotikus, badan karotis dan aorta yang diteruskan melalui N. IX dan X menuju
ke medulla oblongata. Sistem ini berhubungan dengan refleks untuk
mempertahankan tekanan darah, frekuensi jantung dan pernapasan (Mutschler, 1991).
Neurotransmitter
yang memperantarakan perpindahan impuls di serabut aferen belum jelas dipahami.
Salah satu dugaan adalah substansi P yang terdapat di serabut sensoris aferen
akar dorsal ganglia dan tanduk dorsal medulla spinalis. Substansi P diduga berfungsi
pada penyampaian stimulus nyeri ke pusat. Peptida lain yaitu somatostatin,
polipeptida vasoaktif intestinal (VIP, Vasoactive Intestinal Polipeptide) dan
kolesistokinin juga diduga berperan pada penyampaian impuls aferen dari organ
otonom. Enfekalin di interneuron medulla spinalis dorsalis di area substansia
gelatinosa berefek antinosiseptif yang ditimbulkan lewat aksi prasipnatik dan
pascasipnatik, menghambat penglepasan substansi P (Mutschler, 1991).
Terdapat 5 perbedaan pokok antara
saraf otonom dan saraf somatik yaitu
- Saraf otonom menginervasi semua struktur dalam tubuh kecuali otot rangka.
- Sinaps saraf otonom simpatis terletak dalam ganglia yang berada di medulla spinalis, yakni ganglio pravertebralis dan ganglia paravertebralis. Tetapi sinaps saraf otonom parasimpatis berakhir di ganglia parasimpatis, yang terdapat di luar organ yang dipersarafi, yakni ganglia siliaris, pterigopalatina, submandibula, otikus dan pelvis. Saraf somatik hanya mempunyai satu jenis neuron motorik, yang berasal dari otak atau medulla spinalis langsung menuju otot rangka tanpa melalui ganglia.
- Saraf otonom membentuk pleksus yang terletak di luar susunan saraf pusat, saraf somatik tidak membentuk pleksus.
- Saraf somatik diselubungi sarung mielin, saraf otonom pasca ganglion tidak bermielin.
- Saraf otonom menginervasi sel efektor yang bersifat otonom, artinya sel efektor itu dapat berfungsi tanpa persarafan. Sebaliknya, jika saraf somatik putus maka otot rangka yang bersangkutan mengalami paralisis disusul atropi otot (Mutschler, 1991).
Fungsi Sistem Saraf Otonom
Sistem
saraf otonom berfungsi untuk memelihara keseimbangan dalam organism (sistem
dunia dalam). Sistem ini mengatur fungsi-fungsi yang tidak di bawah kesadaran
dan kemauan, di antaranya:
a. Sirkulasi, dengan cara menaikkan
atau menurunkan aktivitas jantung dan khususnya melalui penyempitan atau pelebaran
pembuluh-pembuluh darah.
b. Pernapasan, dengan cara menaikkan
atau menurunkan frekuensi pernapasan dan penyempitan atau pelebaran otot
bronkhus.
c. Peristaltik saluran cerna.
d. Tonus semua otot polos lain
(misalnya kandung empedu, ureter, kandung kemih, uterus).
e. Sekresi kelenjar keringat, kelenjar
air ludah, kelenjar lembung, kelenjar usus, dan kelenjar-kelenjar lain
(Wawansumantri, 2009).
Bagian
motorik perifer system saraf otonom terdiri atas neuron pra-gangkion dan
pasca-ganglion. Badan sel neuron praganglion terletak di kolumna grisea
intermediolateral eferen viseral (IML) medulla spinalis atau di nucleus motorik
homolog saraf otak. Aksonnya sebagian besar merupakan serabut B penghantar yang
relative lambat dan bermielin. Akson-akson itu bersinaps di badan sel neuron
pascaganglion yang terletak di luar system saraf pusat. Setiap akson
praganglion terbagi menjadi sekitar delapan atau Sembilan neuron pascaganglion.
Dengan demikian, persarafan otonom bersifat difus. Akson neuron pascaganglion,
yang sebagian besar merupakan serabut C tak-bermielin, berakhir di efektor
viseral.
Cara Kerja
Saraf Otonum
Susunan
saraf dapat dianggap sebagai system pengendali tubuh. Pikiran dan kegiatan
lainnya yang disadari atau dikehendaki berlangsung pada belahan otak yang
disebut bagian “tertinggi” system tersebut. Kegiatan yang ditangani oleh
susunan saraf otonum berlangsung pada bagian yang “lebih rendah“ dari otak dan
susunan tulang belakang (medulla spinalis).
Pembagian
kimiawi system saraf otonom
Berdasarkan
mediator kimiawi yang dilepaskan, system saraf otonom dapat dibagi menjadi 2
yaitu:
a. Divisi kolinergik
Neuro
yang bersifat kolinergik adalah
1)
Semua neuron praganglion
2)
Neuron pascaganglion yang secara anatomis parasimpatik
3)
Neuron pascaganglion yang anatomis simpatik yang mempesarafi
kelenjar keringat
4)
Neuron yang secara anatomis simpatis yang berakhir pada
pembuluh darah fi otot rongga dan menimbulkan vasodilatasi bila dirangsang.
b.
Divisi noradrenalin
Neuro yang bersifat noradrenalin adalah neuron simpatik
pascaganglion yang lainnya. Secara anatomis,System saraf otonom di bagi menjadi
2 bagian yaitu:
1) Saraf simpatis
Akson
neuron praganglion simpatik meninggalkan medulla spinalis bersama radiks
ventralis saraf TI sampai saraf spinal L3 dan L4. Akson-akson ini berjalan
melalui rami communicantes albi ke rantai ganglion simpatik paravertebrata,dan
sebagai besar berakhir di badan sel neuron pascaganglion berjalan ke visera
dalam berbagai saraf simpatik. Sebagian lain masuk kembali ke dalam saraf
spinal melalui rami communicantes grisea dari rantai ganglion dan disebarkan ke
efektor otonom di daerah yang dipersarafi olek saraf-saraf spinal tersebut.
Saraf simpatik pascaganglion untuk kepala barasal dari ganglia superior, media,
dan stelata diperluaskan cranial rantai ganglion simpatik dan berjalan ke
efektor bersama pembuluh darah. Sebagian pembuluh praganglion berjalan melalui
rantai ganglion paravertebra dan berakhir di neuron paascanglion yang terletak
pada ganglion kolateral dekat visera tersebut. Sebagian uterus dan saluran
kelamin laki-laki disarafi oleh suatu system khusus, neuron noradrenergic
pendek dengan badan sel di ganglion yang terletak pada atau dekat organ
tersebut, sedangkan serabut praganglion untuk neuron pascaganglion ini
kemungkinan berjalan sampai organnya.
2) Saraf parasimpatis
Keluaran
cranial divisi parasimpatik mempersarafi struktur visera di kepala melalui
nervus okulomotorius, fasialis dan glosofaringeus ,serta struktur dalam toraks dan abdomen bagian
atas melalui saraf vagus.
Keluaran sacral mempersarafi organ panggul melalui
cabang pelvis saraf spinal S2 dan s4. Serabut praganglion kedua keluaran
tersebut berakhir dneuron pascaganglion pendek yang terletak pada atau dekat
struktur organ tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner
and Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, volume 2. Jakarta : EGC.
Guyton,
Arthur. 1990.
Fisiologi Manusia dan
Mekanisme Penyakit. Edisi 3, Jakarta : EGC
Laurralee
Sherwood. .2001. Fisiologi Manusia. Edisi 2, Jakarta : EGC
Sylvia
and Lorraine. 2006.
Patofisiologi Konsep Klinis
Proses Penyakit. Edisi 6, volume 2. Jakarta : EGC.
W.F.Ganong.
2005. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22.
Jakarta: EGCs