TEORI
KEPENDUDUKAN
- Teori Malthus (Thomas Robert Malthus)
Orang
yang pertama-tama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas Robert
Malthus yang hidup pada tahun 1776 – 1824. Kemudian timbul bermacam-macam
pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Dalam edisi pertamanya Essay on
Population tahun 1798 Malthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu :
a. Bahan makanan adalah penting
untuk kehidupan manusia
b. Nafsu manusia tak dapat ditahan.
Malthus
juga mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan.
Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan
kebutuhan hidup.
Dalil
yang dikemukakan Malthus yaitu bahwa jumlah penduduk cenderung untuk meningkat
secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil dapat meningkat
secara arismatik (deret hitung). Menurut pendapat Malthus ada faktor-faktor
pencegah yang dapat mengurangi kegoncangan dan kepincangan terhadap
perbandingan antara penduduk dan manusia yaitu dengan jalan :
a. Preventive checks
Yaitu faktor-faktor yang dapat
menghambat jumlah kelahiran yang lazimnya dinamakan moral restraint. Termasuk
didalamnya antara lain :
1) Penundaan masa perkawinan
2) Mengendalikan hawa nafsu
3) Pantangan kawin
b. Positive checks
Yaitu faktor-faktor yang menyebabkan
bertambahnya kematian, termasuk di dalamnya antara lain :
1) Bencana Alam
2) Wabah penyakit
3) Kejahatan
4) Peperangan
Positive checks biasanya dapat
menurunkan kelahiran pada negara-negara yang belum maju.
Teori yang dikemukakan Malthus
terdapat beberapa kelemahan antara lain :
a. Malthus tidak yakin akan hasil
preventive cheks.
b. Ia tak yakin bahwa ilmu pengetahan
dapat mempertinggi produksi bahan makanan dengan cepat.
c. Ia tak menyukai adanya orang-orang
miskin menjadi beban orang-orang kaya
d. Ia tak membenarkan bahwa perkembangan
kota-kota merugikan bagi kesehatan dan moral dari orang-orang dan mengurangi
kekuatan dari negara Akan tetapi bagaimanapun juga teorinya menarik perhatian
dunia, karena dialah yang mula-mula membahas persoalan penduduk secara ilmiah.
Disamping itu essaynya merupakan methode untuk menyelesaikan atau perbaikan
persoalan penduduk dan merupakan dasar bagi ilmu-ilmu kependudukan sekarang ini.
Pengikut-pengikut teori Malthus
antara lain :
1) Francis Flace (1771 – 1854)
Pada tahun 1882 menulis buku yang
berjudul Illustration and Proofs of the population atau penjelasan dari bukti
mengenai asas penduduk. Ia berpendapat bahwa pemakaian alat kontrasepsi tidak
menurunkan martabat keluarga, tetapi manjur untuk kesehatan. Kemiskinan dan
penyakit dapat dicegah.
2) Richard Callihie (1790 – 1843)
Ia menulis buku yang berjudul “What
Is Love”
3) Pengikut yang lain antara lain Any
C. Besant (1847-1933)
Ia menulis buku yang berjudul “Hukum
Penduduk, akibatnya dan artinya terhadap tingkah laku dan moral manusia”
4) Pengikut yang tidak dapat dilupakan
lagi ialah dr. George Drysdale yang hidup tahun 1825 – 1904. Ia berpendapat
bahwa keluarga berencana dapat dilakukan tanpa merugikan kesehatan dan moral.
Menurut anggapannya kontrasepsi adalah untuk menegakkan moral masyarakat.
- Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried Engels)
Aliran
ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan
kekurangan makanan). Karl Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi
sesudah Maltus. Paham Marxist umumnya tidak setuju dengan pandangan Maltus,
karena menurutnya paham Maltus bertentangan dengan nurani manusia.
Dasar
Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang
sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan
Marxist dan Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau
mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk.Menurut Marxist tekanan penduduk di
suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan
terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga
berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang
dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.
Pendapat Aliran Marxist yaitu :
a. Populasi manusia tidak menekan
makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja.
b. Kemelaratan bukan terjadi karena cepatnya
pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para
buruh
c. Semakin tinggi tingkat populasi
manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika teknologi tidak menggantikan
tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia
menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.
- Aliran Neo-Malthusian (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)
Pada
abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong
aliran Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat
menganjurkan untuk mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara-cara
“Preventif Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi.
Tahun
1960an dan 1970an foto-foto telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan
bumi terlihat seperti sebuah kapal yang berlayar dengan persediaan bahan bakar
dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan
bakar dan bahan makanan tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal
tersebut.
Tahun
1871 Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi menjadi
“The Population Explotion” yg berisi :
a. Sudah terlalu banyak manusia di bumi
ini.
b. Keadaan bahan makanan sangat
terbatas.
c. Lingkungan rusak sebab populasi
manusia meningkat.
Analisis
ini dilengkapi oleh Meadow (1972), melalui buku “The Limit to Growth” ia
menarik hubungan antara variabel lingkungan (penduduk, produksi pertanian,
produksi industri, sumber daya alam) dan polusi. Tapi walaupun begitu,
melapetaka tidak dapat dihindari, hanya manusia cuma menunggunya, dan membatasi
pertumbuhannya sambil mengelola alam dengan baik.
Kritikan
terhadap Meadow umumnya dilakukan oleh sosiolog yang menyindir Meadow karena
tidak mencantumkan variabel sosial-budaya dalam penelitiannya. Karena itu
Mesarovic dan Pestel (1974) merevisi gagasan Meadow & mencantumkan hubungan
lingkungan antar kawasan.
- Teori Kependudukan Kontemporer
1) Teori Fisiologi dan sosial ekonomi
a.
John Stuart Mill
John
Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dapat
menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju
pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun demikian dia berpendapat
bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya.
Selanjutnya ia mengatakan apabila produktivitas seorang tinggi ia cenderung
ingin memiliki keluarga kecil. Dalam situasi seperti ini fertilitas akan
rendah. Jadi taraf hidup (standard of living) merupakan determinan fertilitas.
Tidaklah benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan (seperti dikatakn
Malthus) atau kemiskinan itu disebabkan karena sistem kapitalis (seperti
pendapat Marx) dengan mengatakan “The niggardline of nature, not the injustice
of society is the cause of the penalty attached to everpopulation (Week, 1992).
Kalau
suatu waktu di suatu wilayah terjadi kekurangan bahan makanan, maka keadaan ini
hanyalah bersifat sementara saja. Pemecahannya ada dua kemungkinan yaitu :
mengimpor bahan makanan, atau memindahkan sebagian penduduk wilayah tersebut ke
wilayah lain.
Memperhatikan
bahwa tinggi rendahnya tingkat kelahirann ditentukan oleh manusia itu sendiri,
maka Mill menyarankan untuk meningkatkan tingkat golongan yang tidak mampu.
Dengan meningkatnya pendidikan penduduk maka secara rasional maka mereka
mempertimbangkan perlu tidaknya menambah jumlah anak sesuai dengan karier dan
usaha yang ada. Di sampan itu Mill berpendapat bahwa umumnya perempuan tidak
menghendaki anak yang banya, dan apabila kehendak mereka diperhatikan maka
tingkat kelahiran akan rendah.
b. Arsene Dumont
Arsene
Dumont seorang ahli demografi bangsa Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19.
Pada tahun 1980 dia menulis sebuah artikel berjudul Depopulation et
Civilization. Ia melancarkan teori penduduk baru yang disebut dengan teori
kapilaritas sosial (theory of social capilarity). Kapilaritas sosial mengacu
kepada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat,
misalnya: seorang ayah selalu mengharapkan dan berusaha agar anaknya memperoleh
kedudukan sosial ekonomi yang tinggi melebihi apa yang dia sendiri telah
mencapainya. Untuk dapat mencapai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat,
keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan perintang. Konsep ini dibuat
berdasarkan atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah pipa kapiler.
Teori
kapilaritas sosial dapat berkembang dengan baik pada negara demokrasi, dimana
tiap-tiap individu mempunyai kebebasan untuk mencapai kedudukan yang tinggi di
masyarakat. Di negara Perancis pada abad ke-19 misalnya, dimana system
demokrasi sangat baik, tiap-tiap orang berlomba mencapai kedudukan yang tinggi
dan sebagai akibatnya angka kelahiran turun dengan cepat. Di negara sosialis
dimana tidak ada kebebasanuntuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat,
system kapilaritas sosial tidak dapat berjalan dengan baik.
c. Emili Durkheim
Emile
Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada akhir abad
ke-19. Apabila Dumont menekankan perhatiannya pada faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk, maka Durkheim menekankan perhatiannya pada
keadaan akibat dari adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi (Weeks, 1992). Ia
mengatakan, akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan
diantara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam memenangkan
persaingan tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan
keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu, keadaan seperti ini jelas
terlihat pada kehidupan masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks.
Apabila
dibandingkan antara kehidupan masyarakat tradisional dan masyarakat perkotaan,
akan terlihat bahwa pada masyarakat tradisional tidak terjadi persaingan dalam
memperoleh pekerjaan, tetapi pada masyarakat industri akan terjadi sebaliknya.
Hal ini disebabkan ada masyarakat industri tingkat pertumbuhan dan kepadatan
penduduknya tinggi. Tesis dari Durkheim ini didasarkan atas teori evolusi dari
Darwin dan juga pemikiran dari Ibn Khaldun.
d. Michael Thomas Sadler dan Doubleday
Kedua
ahli ini adalah penganut teori fisiologis. Sadler mengemukakan, bahwa daya
reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu wilyah atau
negara. Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun,
sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah, daya reproduksi manusia akan meningkat.
Thomson
(1953) meragukan kebenaran teori ini setelah melihat keadaan di Jawa, India dan
Cina dimana penduduknya sangat padat, tetapi pertumbuhan penduduknya juga
tinggi. Dalam hal ini Malthus lebih konkret argumentasinya dari pada Sadler.
Malthus mengatakan bahwa penduduk disuatu daerah dapat mempunyai tingkat
fertilitas yang tinggi, tetapi dalam pertumbuhan alaminya rendah karena
tingginya tingkat kematian. Namun demikian, penduduk tidak dapat mempunyai
fertilitas tinggi, apabila tidak mempunyai kesuburan (fecunditas) yang tinggi,
tetapi penduduk dengan tingkat kesuburan tinggi dapat juga tingkat fertilitasnya
rendah.
Teori
Doubleday hampir sama dengan teori Sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau
Sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan
tingkat kepadatan penduduk, maka Doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi
penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Jadi kenaikan
kemakmuran menyebabkan turunnya daya reproduksi manusia. Jika suatu jenis
makhluk diancam bahaya, mereka akan mempertahankan diri dengan segala daya yang
mereka miliki. Mereka akan mengimbanginya dengan daya reproduksi yang lebih
besar (Iskandar, 1980).
Menurut
Doubleday, kekurangan bahan makanan akan merupakan perangsang bagi daya
reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru merupakan faktor pengekang
perkembangan penduduk. Dalam golongan masyarakat yang berpendapatan rendah,
seringkali terdiri dari penduduk dengan keluarga besar, sebaliknya orang yang
mempunyai kedudukan yang lebih baik biasanya jumlah keluarganya kecil.
Rupa-rupanya
teori fisiologis ini banyak diilhami dari teori aksi dan reaksi dalam meninjau
perkembangan penduduk suatu negara atau wilayah. Teori ini dapat menjelaskan
bahwa semakin tinggi tingkat mortalitas penduduk semakin tinggi pula tingkat
produksi manusia.
e. Herman Khan
Pandangan
yang suram dan pesimis dari Malthus beserta penganut-penganutnya ditentang
keras oleh kelompok teknologi. Mereka beranggapan manusia dengan ilmu
pengetahuannya mampu melipat gandakan produksi pertanian. Mereka mampu mengubah
kembali (recycling) barang-barang yang sudah habis dipakai, sampai akhirnya
dunia ketiga mengakhiri masa transisi demografinya.
Ahli
futurology Herman Kahn (1976) mengatakan bahwa negara-negara kaya akan membantu
negara-negara miskin, dan akhirnya kekayaan itu akan jatuh kepada orang-orang
miskin. Dalam beberapa decade tidak akan terjadi lagi perbedaan yang mencolok antara
umat manusia di dunia ini.
Dengan
tingkat teknologi yang ada sekarang ini mereka memperkirakan bahwa dunia ini
mampu menampung 15 milliun orang dengan pendapatan melebihi Amerika Serikat
dewasa ini. Dunia tidak akan kehabisan sumber daya alam, karena seluruh bumi
ini terdiri dari mineral-mineral. Proses pengertian dan recycling akan terus
terjadi dan era ini disebut dengan era substitusi. Mereka mengkritik bahwa The
Limit to Growth bukan memecahkan masalah tetapi memperbesar permasalahan
tersebut.
Kelompok
Malthus dan kelompok teknologi mendapat kritik dari kelompok ekonomi, karena
kedua-duanya tidak memperhatikan masalah-masalah organisasi sosial dimana
distribusi pendapatan tidak merata. Orang-orang miskin yang kelaparan, karena
tidak meratanya distribusi pendapatan di negara-negara tersebut. Kejadian
seperti ini di Brasilia, dimana Pendapatan Nasional (GNP) tidak dinikmati oleh
rakyat banyak adalahsalah satu contoh dari ketimpangan organisasi sosial
tersebut.
2) Teori Teknologi
Kelompok ini muncul untuk menolak
pandangan Malthus yang pesimis dalam melihat perkembangan dunia.Teori ini
dimotori oleh Herman Khan, ia berpendapat bahwa kemiskinan yang terjadi di
negara berkembang akan dapat diatasi jika negara maju dapat membantu daerah
miskin, sehingga kekayaan dan kemampuan daerah hidup itu akan didapatkan oleh
orang-orang miskin.Ia beranggapan bahwa teknologi maju akan mampu melakukan
pemutaran ulang terhadap nasib manusia pada suatu masa yang disebut ‘Era
Substitusi’.
- Teori Transisi Kependudukan
Tahap Peralihan keadaan demografis:
1. Tingkat kelahiran dan kematian
tinggi. Penduduk tetap/naik sedikit. anggaran kesehatan meningkat. Penemuan
obat obatan semakin maju. Angka kelahiran tetap tinggi.
2. Angka kematian menurun,tingkat
kelahiran masih tinggi—pertumbuhan penduduk meningkat. Adanya Urbanisasi, usia
kawin meningkat, Pelayanan KB > Luas, pendidikan meningkat.
3. Angka kematian terus menurun, angka
kelahiran menurun - laju pertumbuhan penduduk menurun.
4. Kelahiran dan kematian pada tingkat
rendah pertumbuhan penduduk kembali seperti kategori I - mendekati nol. Keempat
kategori ini akan didialami oleh negara yang sedang melaksanakan pembangunan
ekonomi.
Struktur & persebaran penduduk
Membahas :
-
komposisi penduduk
-
Persebaran penduduk. kegunaan pengelompokan penduduk :
1. Mengetahui human resources yg ada
menurut umur & jenis.
2. Mengambil suatu kebijakan yg berhub
dengan penduduk.
3. Membandingkan keadaan satu penduduk
dengan penduduk lain
4. Melalui gambaran piramid pddk dapat
diket proses demografi yg telah terjadi pada penduduk
Penerapan
Transisi kependudukan Yang mencerminkan kenaikan taraf hidup rakyat di suatu negara
adalah besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan laju pertumbuhan
penduduknya. Laju pertumbuhan yang sangat cepat di banyak negara sedang berkembang
nampaknya disebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi yang dialaminya.
Negara-negara sedang berkembang mengalami fase transisi demografi di mana angka
kelahiran masih tinggi sementara angka kematian telah menurun. Kedua hal ini
disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan yang menurun angka kematian
balita dan angka tahun harapan hidup. Ini terjadi pada fase kedua dan ketiga
dalam proses kependudukan. Umumnya ada empat tahap dalam proses transisi,
yaitu:
Tahap
1: Masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka kematian
tinggi menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah;
Tahap
2: Tahap pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan yang lebih
baik menghasilkan penurunan angka kelahiran tak terpengaruh karena jumlah
penduduk naik.
Tahap
3: Tahap pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian balita,
urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak pasangan muda berumah
tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit hingga menurunkan angka kelahiran.
Pada tahap ini laju pertambahan penduduk mungkin masih tinggi tetapi sudah
mulai menurun;
Tahap
4: Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga melaksanakan
pembatasan kelahiran dan mereka cenderung bekerja di luar rumah. Banyaknya anak
cenderung hanya 2 atau 3 saja hingga angka pertambahan neto penduduk sangat
rendah atau bahkan mendekati nol
B.
PIRAMIDA PENDUDUK
1.
Konsep
Struktur
umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam
bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara penyajian lain dari
struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk,
dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya
penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur.
2.
Kegunaan
Dengan melihat
proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap kelompok umur pada
piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah perkembangan
penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk masa yang akan datang.
Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran, kematian dan migrasi
masa lalu. Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan menentukan
perkembangan penduduk di masa yang akan datang. Indonesia telah mengalami
perubahan bentuk piramida yang disebabkan oleh penurunan kelahiran dan
penurunan kematian bayi beberapa dekade yang lalu.
C. MACAM –MACAM PIRAMIDA PENDUDUK
Berdasarkan bentuknya, piramida
penduduk dibedakan sebagai berikut :
Population Pyramid year 2000
1. Piramida penduduk bentuk kerucut
atau limas. Bentuk piramida ini menggambarkan pertumbuhan penduduk yang cepat
karena terjadi penurunan tingkat kelahiran bayi dan anak-anak, tetapi tingkat
fertilitas masih tinggi.
2. Piramida penduduk bentuk pucuk
granat. Bentuk piramida ini menggambarkan angka kelahiran dan tingkat kelahiran
yang rendah.
3. Piramida penduduk bentuk kepala
nisan. Bentuk piramida ini menggambarkan tingkat kelahiran mengalami penurunan
yang tajam dan tingkat kematian yang sangat rendah.
Piramida
penduduk dapat dibedakan pula atas tiga macam, yaitu ekspansif, konstruktif, dan stasioner. Piramida
ekspansif adalah piramida yang terjadi apabila sebagian besar penduduk berada
pada kelompok usia muda. Adapun piramida konstruktif adalah piramida yang
terjadi apabila kelompok usia muda jumlahnya sedikit, sedangkan piramida
stasioner adalah piramida yang terjadi apabila banyaknya penduduk dalam setiap
kelompok usia relatif sama.
Adapun
yang dimaksud dengan komposisi penduduk adalah susunan atau tata susun penduduk
suatu negara atau suatu wilayah berdasarkan kriteria tertentu. Komposisi
penduduk dapat dikaji dengan tujuan sebagai berikut.
1) Setiap penduduk memiliki usia dan
jenis kelamin yang berbeda sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda
pula.
2) Menata sarana dan prasarana
kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa sesuai dengan perkembangan
penduduk.
3) Mengendalikan dan memantau
pemanfaatan sumber daya alam agar dapat hidup berkelanjutan.
Bentuk piramida penduduk dibadakan
menjadi tiga macam yaitu :
1.
|
Bentuk
Limas (Expansive), menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih banyak dari
pada usia dewasa maupun tua, sehingga pertumbuhan penduduk sangat tinggi,
contohnya: Indonesia, Filipina, Mesir, Nigeria, Brazil.
|
2.
|
Bentuk
Granat (Stationer), menunjukkan jumlah usia muda hampir sama dengan usia
dewasa, sehingga pertumbuhan penduduk kecil sekali, contohnya: Amerika
Serikat, Belanda, Norwegia, Finlandia.
|
3.
|
Bentuk
Batu Nisan (Constructive), menunjukkan jumlah penduduk usia tua lebih besar
dari pada usia muda, jumlah penduduk mengalami penurunan, contohnya:
negara-negara yang baru dilanda perang.
|
Negara-negara
berkembang pada umumnya memiliki piramida penduduk berbentuk limas, sedangkan
negara-negara maju umumnya berbentuk granat atau batu nisan.
Ciri-ciri struktur penduduk pada
tiap bentuk piramida :
1. Piramida Penduduk Expansif (Muda)
memiliki ciri-ciri :
a. Sebagian besar berada pada kelompok
penduduk muda
b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit
c. Tingkat kelahiran bayi tinggi
d. Pertumbuhan penduduk tinggi
2. Piramida Penduduk Stasioner memiliki
ciri-ciri :
a. Penduduk pada tiap kelompok umur
hampir sama
b. Tingkat kelahiran rendah
c. Tingkat kematian rendah
d. Pertumbuhan penduduk mendekati nol
atau lambat
3. Piramida Penduduk
Constructive (Tua) memiliki ciri-ciri :
a. Sebagian besar penduduk berada
kelompok usia dewasa atau tua
b. Jumlah penduduk usia muda sangat
sedikit
c. Tingkat kelahiran lebih rendah
dibanding dengan tingkat kematian
d. Pertumbuhan penduduk terus berkurang
D.
Hubungan
Piramida Penduduk dengan Kesehatan
ü Untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit untuk
masalah kesehatan dalam masyarakat di suatu wilayah. Misalnya : di suatu RS
diketahui terjadi kasus INOS akibat ruangan kotor, ventilasi tidak teratur
dengan baik, kamar mandi kurang bersih, dapur dan penyedian makanan yang kurang
hygiene. Untuk itu perlu disusun rencana pemecahan masalah di RS tersebut
berdasarkan berbagai faktor penyebab masalah.
ü Dapat
menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan
keputusan dalam menanganinya.
ü Membantu
melakukan evaluasi program kesehatan yang dianggap tidak berhasil maka dapat
dihentikan atau dirubah dengan program lain setelah mengetahui penyebab yang
sebenarnya.
Misalnya
: program fogging untuk memberantas nyamuk. Dapat diganti dengan program 3 M.
Setelah diketahui penyebabnya karena perilaku penduduk.
ü Untuk
mengembangkan metodelogi dalam menganalisis keadaan suatu penyakit.
sumber :
Adnani,Hariza. 2010. Prinsip Dasar Epidemologi. Jogjakarta :
Noha Medika