KONSEP DASAR PENYAKIT
A.Definisi
Penyakit
Alzheimer atau Senile Dementia of the Alzheimer Type (SDAT)
merupakan gangguan fungsi kognitif yang onsetnya lambat dan gradual,
degenerative, sifatnya progresif dan permanen. Awalnya pasien akan mengalami
gangguan fungsi kognitif dan secara perlahan-lahan akan mengalami gangguan
fungsi mental yang berat.
Penyakit
Alzheimer pertama kali ditemukan pada tahun 1907 oleh ahli Psikiatri Jerman
yaitu Alois Alzheimer. Dia menemukan penyakit ini setelah mengobservasi seorang
wanita yang bernama Auguste D (51 tahun) dari tahun 1901 sampai wanita
ini meninggal pada tahun 1906. Wanita tersebut mengalami gangguan intelektual
dan memori tetapi tidak mengalami gangguan anggota gerak, koordinasi dan
reflek.
Pada autopsi
tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetri, dan secara
mikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan
degenerasi nerofibrillary. Lima tahun selanjutnya sebelas kasus yang sama
dilaporkan kembali sehingga ditetapkanlah nama penyakit tersebut sebagai penyakit
Alzheimer.
B.Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui.
Beberapa alternatif penyebab yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam,
gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri, trauma,
neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer.
Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,
kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi
kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan
atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan
sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan
calsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal
bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik.
Penyakit alzheimer adalah penyakit
genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor
genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor
non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya
sebagai pencetus faktor genetika.
C.Gejala dan Tanda
Penyakit Alzheimer dapat dimulai
dengan hilangnya sedikit ingatan dan kebingungan, tetapi pada akhirnya akan
menyebabkan pelemahan mental yang tidak dapat diubah dan menghancurkan
kemampuan seseorang dalam mengingat, berpikir, belajar, dan berimajinasi.
1.
Hilangnya ingatan
Setiap
orang memiliki penyimpangan dalam ingatan. Adalah hal yang normal ketika anda
lupa dimana anda menaruh kunci mobil atau lupa nama orang yang jarang anda
lihat. Tetapi masalah ingatan yang berhubungan dengan Alzhaimer berlangsung
lama dan buruk. Orang-orang dengan Alzhaimer mungkin:
I. Mengulangi sesuatu yang telah
dikerjakannya
II. Sering lupa akan ucapan dan janji
yang dilakukannya
III. Sering salah menaruh sesuatu, sering
menaruh sesuatu di tempat yang tidak wajar
IV. Pada akhirnya lupa dengan nama
anggota keluarga dan benda-benda yang biasa digunakan dalam kesehariannya
2.
Bermasalah ketika berpikir secara abstrak
Orang
dengan Alzheimer bermasalah dalam berpikir mengenai suatu hal terutama dalam
bentuk angka.
3.
Kesulitan dalam menemukan kata yang tepat
Sulit
untuk orang dengan Alzhaimer untuk menemukan kata yang tepat untuk
menyampaikan pemikiran mereka atau ketika mereka terlibat pembicaraan. Pada
akhirnya akan mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis mereka.
4.
Disorientasi
Orang
dengan Alzheimer sering hilang kemampuan untuk mengingat waktu dan tanggal, serta
akan merasakan diri mereka hilang di lingkungan yang sebenarnya familiar bagi
mereka.
5.
Hilang kemampuan dalam menilai
Menyelesaikan
masalah sehari-hari merupakan hal yang sulit dan menjadi bertambah sulit sampai
akhirnya adalah sesuatu yang dirasa tidak mungkin bagi mereka yang memiliki
Alzheimer. Alzheimer memiliki karakteristik sangat sulit untuk melakukan
sesuatu yang membutuhkan perencanaan, pengambilan keputusan dan penilaian.
6.
Sulit untuk melakukan tugas yang familiar
Sulit
dalam melakukan tugas rutin yang membutuhkan langkah-langkah yang berkelanjutan
dalam proses penyelesaiannya, contohnya memasak. Pada akhirnya, orang dengan
Alzheimer dapat lupa bagaimana melakukan sesuatu bahkan yang paling mendasar.
7.
Perubahan kepribadian
Orang
dengan Alzheimer menunjukkan:
a)
Perubahan suasana hatiHilang kepercayaan terhadap orang lain.
b)
Meningkatnya sikap keras kepala
c)
Depresi
d)
Gelisah.
e)
Agresif
D.Patofisiologi(WOC)
Patologi anatomi dari Penyakit Alzheimer meliputi
dijumpainya Neurofibrillary Tangles (NFTs), plak senilis dan atropi
serebrokorteks yang sebagian besar mengenai daerah asosiasi korteks khususnya
pada aspek medial dari lobus temporal.Meskipun adanya NFTs dan plak senilis
merupakan karakteristik dari Alzheimer, mereka bukanlah suatu patognomonik.
Sebab, dapat juga ditemukan pada berbagai penyakit neurodegeneratif lainnya
yang berbeda dengan Alzheimer, seperti pada penyakit supranuklear palsy yang
progresif dan demensia pugilistika dan pada proses penuaan normal.
Distribusi NFTs dan plak senilis harus dalam jumlah yang
signifikan dan menempati topograpfik yang khas untuk Alzheimer. NFTs dengan
berat molekul yang rendah dan terdapat hanya di hippokampus, merupakan tanda
dari proses penuaan yang normal. Tapi bila terdapat di daerah medial lobus
temporal, meski hanya dalam jumlah yang kecil sudah merupakan suatu keadaaan
yang abnormal.Selain NFTs dan plak senilis, juga masih terdapat lesi lain yang
dapat dijumpai pada Alzheimer yang diduga berperan dalam gangguan kognitif dan
memori, meliputi :
(1)
Degenerasi granulovakuolar Shimkowich
(2)
Benang-benang neuropil Braak , serta
(3)
Degenerasi neuronal dan sinaptik.
Berdasarkan formulasi di atas, tampak bahwa mekanisme
patofisiologis yang mendasari penyakit Alzheimer adalah terputusnya hubungan
antar bagian-bagian korteks akibat hilangnya neuron pyramidal berukuran medium
yang berfungsi sebagai penghubung bagian-bagian tersebut, dan digantikan oleh
lesi-lesi degeneratif yang bersifat toksik terhadap sel-sel neuron terutrama
pada daerah hipokampus, korteks dan ganglia basalis. Hilangnya neuron-neuron
yang bersifat kolinergik tersebut, meneyebabkan menurunnya kadar
neurotransmitter asetilkolin di otak. Otak menjadi atropi dengan sulkus yang
melebar dan terdapat peluasan ventrikel-ventrikel serebral.
E.Pemeriksaan Diagnostik
Dalam pemeriksaan diagnostic pada klien dengan penyakit
Alzheimer yakni pemeriksaan neuropatologi dan neuropsikologik.
1.
Neuropatologi
Diagnosa
definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara
umum didapatkan atropi yang bilateral, simetris, sering kali berat otaknya
berkisar 1000 gr (850-1250gr).Beberapa penelitian mengungkapkan atropi lebih
menonjol pada lobus temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks
oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh (Jerins
1937)
Kelainan-kelainan neuropatologi pada
penyakit alzheimer terdiri dari:
a.
Neurofibrillary tangles (NFT)
Merupakan sitoplasma neuronal yang
terbuat dari filamen-filamen abnormal yang berisi protein neurofilamen,
ubiquine, epitoque. NFT ini juga terdapat pada neokorteks, hipokampus,
amigdala, substansia alba, lokus seruleus, dorsal raphe dari inti batang otak.
NFT selain didapatkan pada penyakit alzheimer, juga ditemukan pada otak manula,
down syndrome, parkinson, SSPE, sindroma ektrapiramidal, supranuklear palsy.
Densitas NFT berkolerasi dengan beratnya demensia.
b.
Senile plaque (SP)
Merupakan struktur kompleks yang
terjadi akibat degenerasi nerve ending yang berisi filamen-filamen abnormal,
serat amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia. Amloid prekusor protein yang
terdapat pada SP sangat berhubungan dengan kromosom 21. Senile plaque ini
terutama terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus, korteks piriformis,
dan sedikit didapatkan pada korteks motorik primer, korteks somatosensorik,
korteks visual, dan auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan
perifer. Perry (1987) mengatakan densitas Senile plaque berhubungan dengan
penurunan kolinergik. Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile plaque)
merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.
c. Degenerasi
neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik
perubahan dan kematian neuron pada penyakit alzheimer sangat selektif. Kematian
neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron piramidal lobus temporal
dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala, nukleus batang otak
termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan substanasia nigra. Kematian sel
neuron kolinergik terutama pada nukleus basalis dari meynert, dan sel
noradrenergik terutama pada lokus seruleus serta sel serotogenik pada nukleus
raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis.
Telah ditemukan faktor pertumbuhan
saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada lesi eksperimental
binatang dan ini merupakan harapan dalam pengobatan penyakit alzheimer.
d.
Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma
yang berbentuk oval dan dapat menggeser nukleus. Jumlah vakuoler ini
berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP, perubahan ini sering
didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah
ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum
dan batang otak.
e.
Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma
intraneuronal yang banyak terdapat pada enterhinal, gyrus cingulate, korteks
insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal,
parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas
yang terjadi pada lewy body batang otak pada gambaran histopatologi penyakit
parkinson.
Hansen et al menyatakan lewy body
merupakan variant dari penyakit alzheimer.
2.
Pemeriksaan neuropsikologik
Penyakit
alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia. Fungsi pemeriksaan neuropsikologik
ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungsi kognitif umum
danmengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi. Test psikologis ini juga
bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang
berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian
dan pengertian berbahasa. Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai
fungsi diagnostik yang penting karena:
a. Adanya
defisit kognisi yang berhubungan dgndemensia awal yang dapat diketahui bila
terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
b. Pemeriksaan
neuropsikologik secara komprehensif memungkinkan untuk membedakan kelainan
kognitif pada global demensia dengan defisit selektif yang diakibatkan oleh disfungsi
fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri.
c. Mengidentifikasi
gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh demensia karena
berbagai penyebab. The Consortium to establish a Registry for Alzheimer Disease
(CERALD) menyajikan suatu prosedur penilaian neuropsikologis dengan
mempergunakan alat batrey yang bermanifestasi gangguan fungsi kognitif, dimana
pemeriksaannya terdiri dari:
1. Verbal fluency animal category
2. Modified boston naming test
3. mini mental state
4. Word list memory
5. Constructional praxis
6. Word list recall
7. Word list recognition
Test ini
memakan waktu 30-40 menit dan <20-30 menit pada kontrol.
3.
CT Scan dan MRI
Merupakan
metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi perubahan volume
jaringan otak pada penderita alzheimer antemortem. Pemeriksaan ini berperan
dalam menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain
alzheimer seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh
danpembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat
spesifik pada penyakit ini. Tetapi gambaran ini juga didapatkan pada demensia
lainnya seperti multiinfark, parkinson, binswanger sehingga kita sukar untuk
membedakan dengan penyakit alzheimer.
Penipisan
substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan beratnya
gejala klinik danhasil pemeriksaan status mini mental. Pada MRI ditemukan
peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping
anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk
demensia awal. Selain didapatkan kelainan di kortikal, gambaran atropi juga
terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya atropi hipokampus, amigdala,
serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii.
4.
EEG
Berguna
untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang
non spesifik
5.
PET (Positron Emission Tomography)
Pada
penderita alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah, metabolisma
O2, dan glukosa didaerah serebral. Up take I.123 sangat menurun pada regional
parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi danselalu
dan sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi.
6.
SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Aktivitas
I. 123 terendah pada refio parieral penderita alzheimer. Kelainan ini
berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua
pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
7.
Laboratorium darah
Tidak ada
pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer. Pemeriksaan
laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya
seperti pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal dan
hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, skreening antibody yang dilakukan
secara selektif.
F.
Penatalaksanaan
Penyakit Alzheimer tidak dapat diobati
sehingga penanganan yang dapat diberikan adalah penanganan yang sifatnya
simptomatis. Yaitu dengan cara memelihara fungsi mental pasien, menangani
behavioral symptoms, dan memperlambat progresivitas penyakit.
Ada tiga bentuk penangan yang dapat
diberikan kepada pasien Alzheimer, yaitu :
A.
Pharmaceutical
Ada beberapa obat yang dapat memelihara kemampuan
berpikir, kemampuan berbicara dan ingatan pasien Alzheimer. Obat-obat tersebut
yaitu :
a. Tacrine.
Obat ini efektif dalam meningkatkan kemampuan mengingat pasien, tetapi obat ini
hanya dapat diberikan pada pasien Alzheimer derajat ringan sampai sedang. Efek
samping yang ditimbulkan berupa mual, muntah, diare, nyeri perut, gangguan
pencernaan, ruam-ruam pada kulit. Selain itu, obat ini juga bersifat
hepatotoxicity karena dapat meningkatkan enzim hati (alanine aminotransferase
atau ALT). Oleh karena itu, obat ini jarang digunakan karena harus melakukan
tes darah setiap minggu untuk memonitor kadar ALT.
b. Donepezil (Aricept).
Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat ringan sampai sedang. Efek
samping obat ini lebih sedikit daripada tacrine. Obat ini tidak menimbulkan
peningkatan kadar ALT dan efek samping terhadap perut juga sedikit.
c. Rivastigmine (Exelon).
Obat ini dapat membantu meningkatkan aktifitas pasien seperti makan sendiri,
memakai baju sendiri, mengurangi behavioral symptoms (delusi dan agitasi), dan
meningkatkan fungsi kognitif (berpikir, mengingat, dan berbicara).
Rivastigmine (Exelon). Obat ini dapat membantu meningkatkan aktifitas
pasien seperti makan sendiri, memakai baju sendiri, mengurangi behavioral
symptoms (delusi dan agitasi), dan meningkatkan fungsi kognitif (berpikir,
mengingat, dan berbicara).
d. Galantamine (Reminyl).
Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat ringan sampai sedang. Efek
samping obat ini juga sedikit.
e. Memantine (Namenda).
Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat berat. Obat ini melindungi
neuron dari peningkatan jumlah glutamate. Efek samping yang ditimbulkan adalah
neurotoxic. Kadang-kadang obat ini dikombinasikan dengan donepezil.
Selain pemberian obat, terapi penggantian estrogen pada
pasien wanita postmenopause juga dapat mengurangi risiko menurunnya fungsi
kognitif. Pemberian pengobatan alternatif seperti ginkgo biloba juga dapat
memelihara fungsi kognitif.Pemberian NSAIDs (nonsteroidal anti-inflammatory
drug) dapat mengurangi risiko terkena penyakit Alzheimer, tetapi obat ini
kurang efektif untuk mencegah dan memperlambat progresivitas penyakit
Alzheimer.
Antioksidan seperti vitamin E dapat menghambat kerusakan
oksidatif dan melindungi otak dari radikal bebas. Antioksidan dapat
menghambat efek toksik dari beta-amyloid.Obat antidepresan, antipsikotik, dan
sedatif dapat digunakan untuk menangani behavioral symptoms seperti agitasi,
agresi, wandering, dan penyakit tidur.
B.
Psychosocial intervention
Terapi ini bertujuan agar penderita Alzheimer menjadi
lebih mengenal, lebih siap menghadapi penyakitnya, dan lebih dapat memanage
dirinya sendiri.Intervensi psikososial dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan yaitu:
a) Pendekatan prilaku, yaitu
dengan mengidentifikasi dan menurunkan masalah prilaku pasien seperti mengompol
dan wandering.
b) Pendekatan emosi, meliputi
reminiscence therapy (bermanfaat untuk kognitif dan mood pasien), validation
therapy, supportive psychotherapy, sensory integration disebut juga snoezelen,
dan simulated presence therapy.
c) Pendekatan kognitif, yaitu
dengan melatih kemampuan berpikir pasien, mengenal lingkungan pasien, dan
berusaha mengingatnya.
d) Pendekatan stimulasi orientasi, yaitu
dengan terapi kesenian, terapi musik, terapi binatang peliharaan, beraktifitas,
dan rekreasi.
C.
Caregiving
Caregiving diperlukan ketika pasien telah mengalami
kesulitan dalam beraktifitas setiap hari seperti sulit menelan dan bergerak.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi progresivitas penyakit dan menghindari
penyakit penyerta lainnya (malnutrisi dan infeksi).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktifitas istirahat
Gejala : merasa leleh
Tanda : siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan
Pola tidur Letargi dan gangguan keterampilan motorik.
Gejala : merasa leleh
Tanda : siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan
Pola tidur Letargi dan gangguan keterampilan motorik.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik.hipertensi,episode emboli
Gejala : Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik.hipertensi,episode emboli
3. Integritas ego
Gejala : curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap lingkungan, kehilangan multiple.
Tanda : menyembunyikan ketidakmampuan, duduk dan
menonton yang
lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk
benda tidak bergerak dan
emosi stabil
Gejala : curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap lingkungan, kehilangan multiple.
Tanda : menyembunyikan ketidakmampuan, duduk dan
menonton yang
lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk
benda tidak bergerak dan
emosi stabil
4. Eliminasi
Gejala : Dorongan berkemih
Tanda : Inkontinensia urine/feaces
Makanan/cairan
Gejala : Riwayat episode hipoglikemia, perubahan
dalam pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan.
Tanda : kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan.dan tampak semakin kurus.
Gejala : Dorongan berkemih
Tanda : Inkontinensia urine/feaces
Makanan/cairan
Gejala : Riwayat episode hipoglikemia, perubahan
dalam pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan.
Tanda : kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan.dan tampak semakin kurus.
5. Higene
Gejala : Perlu bantuan tergantung orang lain
Tanda : kebiasaan personal yang kurang, lupa untuk pergi kekamar mandi dan kurangberminat pada waktu makan
Gejala : Perlu bantuan tergantung orang lain
Tanda : kebiasaan personal yang kurang, lupa untuk pergi kekamar mandi dan kurangberminat pada waktu makan
6. Neurosensori
Gejala : Peningkatan terhadap gejala yang ada terutama
perubahan kognitif,
kehilangan sensasi propriosepsi dan adanya
riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik serta aktifitas kejang.
Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius,
trauma kecelakaan
Tanda : Ekimosis laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
Gejala : Peningkatan terhadap gejala yang ada terutama
perubahan kognitif,
kehilangan sensasi propriosepsi dan adanya
riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik serta aktifitas kejang.
Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius,
trauma kecelakaan
Tanda : Ekimosis laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
7. Integritas social
Gejala : Mersa kehilangan kekuatan
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat
Gejala : Mersa kehilangan kekuatan
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan:
-
Ketidakmampuan
mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
-
Disorientasi, bingung, gangguan dalam
pengambilan keputusan
-
Kelemahan, otot-otot yang tidak terkordinasi,
adanya aktifitas kejang
2. Perubahan proses piker berhubungan dengan:
-
Degenerasi
neuron irreversible
-
Kehilangan
Memori
-
Konflik
psikologis
-
Deprivasi
tidur
3. Perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan :
-
Perubahan
persepsi, transmisi dan atau integrasi sensori
-
Keterbatasan
berhubungan dengan lingkungan sosialnya
4. Perubahan pola tidur berhubungan
dengan :
-
Perubahan
pada sensori
-
Tekanan psikologik
-
Perubahan
pada pola aktivitas
5. Resiko
terhadap perubahan pola nutrisi kurang/lebih dari kebutuhan
berhubungan dengan :
berhubungan dengan :
-
Perubahan
sensori
-
Kerusakan
penilaian dan koordinasi
-
Agitasi
-
Mudah lupa,
kemunduran hobi dan penyambunyian
6. perubahan pola eliminasi
konstipasi/inkontinensia berhubungan dengan :
-
kehilangan fungsi
neurologis/tonus otot
-
ketidakmampuan
untuk menentukan letak kamar mandi/mengenali kebutuhan
-
Perubahan
diet atau pemasukan makanan
7. Resiko tinggi terhadap disfungsi
seksual berhubung dengan :
-
Kacau
mental, pelupa dan disorientasi pada tempat atau orang
-
Perubahan
fungsi tubuh, penurunan dalam kebiasaan/control perilaku
-
kurang keinginan /penolakan seksual oleh orang
terdekat
-
Kurang
privasi
8. Koping keluarga tidak efektif
berhubungen dengan :
-
Tingkah laku
pasien yang tidak menentu/terganggu
-
Keluarga
berduka karena ketidak berdayaan menjaga orang yangdicintanya
-
Hubungan
keluarga sangat ambivalen