PROPOSAL
TAK
TERAPI
AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI
A. TOPIK
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Sesi 1 :
Identifikasi hal positif pada diri
B. TUJUAN
1. Tujuan
Umum
Peserta TAK mampu meningkatkan hubungan
interpersonal anggota kelompok, berkomunikasi, mampu berinteraksi maupun
berespon terhadap stimulasi yang diberikan.
2. Tujuan
Khusus
a.
Klien
dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan
b.
klien
dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.
C. LANDASAN
TEORI
Konsep diri termasuk
persepsi individu akan sifat kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai – nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan
serta keinginan (Stuart dan Sundeen dalam keliat, 1992).
Harga diri merupakan
suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dimiliki seseorang terhadap
diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang berharga bahwa mereka
memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan patut dipertimbangkan (Townsend,
2005).
Harga diri rendah
adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat
bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri (Yoedhas, 2010).
Harga diri rendah
adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi diri yg negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri.
Gangguan harga diri
rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).
Gangguan harga diri
rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (
Townsend, 1998 ).
Gangguan harga diri
rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck,
1998 ).
Harga diri rendah
yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain terutama kesehatan jiwa (Mirzal,
2009).
Harga diri rendah
kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005). Individu
cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain
(Depkes RI, 2000).
Harga diri rendah
kronik merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsep diri, dimana
perasaan tentang diri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam
waktu yang lama. Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang
negatif dan dihubungkan dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada
harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan
tidak adekuat. Harga diri rendah kronik juga merupakan suatu komponen utama
dari depresi yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai terhukum dan tidak
mempunyai rasa (Stuart & Laraia, 2005).
Beberapa penelitian
menunjukkan depresi yang diakibatkan karena harga diri rendah, yang salah
satunya mempunyai hasil 15.600 siswa sekolah di Amerika, tingkat 6 sampai
dengan 10 menunjukkan harga diri rendah yang diakibatkan karena sering
dilakukan pengintimidasian/pengejekan berakibat menimbulkan resiko depresi pada
usia dewasa (Kendree, 2001).
Penyebab lain dari masalah harga diri rendah diperkirakan
juga sebagai akibat dari masa lalu yang kurang menyenangkan, misalnya terlibat
napza. Berdasarkan hasil dari overview dinyatakan bahwa pecandu napza biasanya
memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan
emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan
emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi.
(Shives, 1998).
Terapi keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri
bisa dalam bentuk terapi kognitif. Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran
negatif yang dialami oleh klien dengan harga diri rendah kronis ke arah
berpikir yang positif. Pada keluarga terapi yang diperlukan dapat berupa
triangle terapy yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam mengungkapkan
perasaan mengenai permasalahan yang dialami oleh anggota keluarga sehingga
diharapkan keluarga dapat mempertahankan situasi yang mendukung pada
pengembalian fungsi hidup klien. Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi
psikoedukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
masalah harga diri rendah kronis yang merupakan salah satu bagian dari masalah
gangguan jiwa di masyarakat.
D. KLIEN
1. Kriteria
-
Klien yang sehat fisik
-
Klien yang harga
diri rendah
-
Klien yang memiliki perasaan negatif pada dirinya
2. Proses
seleksi
-
Berdasarkan observasi klien sehari-hari
-
Berdasarkan informasi dan diskusi dengan
perawat ruangan mengenai prilaku klien sehari-hari
-
Hasil diskusi kelompok
-
Berdasarkan asuhan keperawatan
-
Adanya kesepakatan dengan klien
E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
a.
Hari / tanggal : Senin, 14 Mei 2012
b.
Jam : 08.00-08.45
WITA
c.
Acara :
45 menit
-
Pembukaan :
5 menit
-
Perkenalan pada klien : 2 menit
-
Perkenalan TAK : 5 menit
-
Persiapan :
10 menit
-
Permasalahan :
20 menit
-
Penutup :
3 menit
d.
Tempat :
403
e.
Jumlah pasien :
5 orang
2. Tim
terapis
a. Leader
:
Bertugas :
·
Memimpin jalannya acara terapi aktivitas
kelompok
·
Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
·
Menetapkan jalannya tata tertib
·
Menjelaskan tujuan diskusi
·
Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan
hasil diskusi pada kelompok terapi diskusi tersebut .
·
Kontrak waktu
·
Menimpulkan hasil kegiatan
·
Menutup acara
b. Co
leader
Bertugas :
·
Mendampingi leader jika terjadi bloking
·
Mengoreksi dan mengingatkan leader jika
terjadi kesalahan
·
Bersama leader memecahkan penyelesaian
masalah
c. Observer
Bertugas :
·
Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK
dari awal sampai akhir
·
Mencatat semua aktifitas dalam terapi
aktifitas kelompok
·
Mengobservasi perilaku pasien
d. Fasilitator
Bertugas :
Bertugas :
·
Membantu klien meluruskan dan menjelaskan
tugas yang harus dilakukan
·
Mendampingi peserta TAK
·
Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
·
Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
e. Anggota
Bertugas :
·
Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi
3. Metode
dan media
a. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran
b. Alat :
1. Spidol sebanyak jumlah klien yang
mengikuti TAK
2. Kertas putih HVS dua kali jumlah
klien yang mengikuti TAK
c. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama
dalam lingkaran
2.
Sesuaikan
dengan kemampuan yang akan dilatih
3.
Ruangan
nyaman dan tenang
L : leader
Co
L : co leader
Obs
: observer
F
: fasilitator
K : klien
F. PEMBAGIAN
TUGAS
Leader :
Made Udayati
Co Leader :
Observer :
Fasilitator :
G. PROSES
PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Memilih
klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan konsep diri : harga
diri rendah
b. Membuat
kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan
2.
Orientasi
a.
Salam
terapeutik
-
Salam dan terapis pada klien
-
perkenalkan nama dan panggilan terapis (
pakai papan nama )
-
menanyakan nama dan panggilan semua klien (
beri papan nama )
b.
Evaluasi
/ validasi
-
Menanyakan perasaan klien saat ini
c.
Kontrak
- Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
yaitu bercakap-cakap tentang hal positif diri sendiri.
-
Terapis menjelaskan aturan main
berikut
1) Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis
2) Lama
kegiatan 45 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai
3.
Tahap
kerja
a. Terapis
memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta memakai papan nama
b. Terapis
membagikan kertas dan spidol pada klien
c. Terapis
meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
d. Terapis
memberi pujian atas peran serta klien
e. Terapis
membagikan kertas yang kedua
f. Terapis
meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri : kemampuan yang
dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan dirumah dan dirumah sakit
g. Terapis
meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis secara bergiliran
sampai semua klien mendapatkan bergiliran.
h. Terapis
memberi pujian pada setiap peran serta klien
4.
Tahap
terminasi
a.
Evaluasi
-
Terapis menanyakan perasaan klien
setelah mengikuti TAK
-
Terapis memberikan pujian kepada
kelompok
b.
Tindak
lanjut
-
Terapis meminta klien menulis hal
positif lain yang belum tertulis
c. Kontrak yang akan datang
-
Menyepakati TAK yang akan datang
yaitu melatih hal positif diri yang dapat diterapkan di rumah sakit dan di
rumah.
-
Menyepakati waktu dan tempat
H. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
1. Evaluasi
Evaluasi
dilakukan ssat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi harga diri rendah Sesi 1, kemampuan klien yang diharapkan adalah
menuliskan pengalaman yang tidak menyenangkan dan aspek positif (kemampuan)
yang dimiliki. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 1
Stimulasi persepsi : Harga Diri
Rendah
Kemampuan
menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri
No
|
Nama Klien
|
Menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan
|
Menulis hal positif diri sendiri
|
1
|
|||
2
|
|||
3
|
|||
4
|
|||
5
|
PetunjPetunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut
TAK pada kolom nama
2. Untuk tiap klien, beri penilaian
tentang kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan aspek positif
dari diri sendiri. Beri tanda (Ö) jika klien mamapu dan (x) jika klien tidak mampu.
2.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang
dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh :
klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah. Klien mampu
menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak menyenangkan, mengalami kesulitan
menyebutkan hal positif dirinya dan tingkatkan reinforcement (pujian).
STRATEGI
PELAKSANAAN
Pertemuan : I (satu)
Hari / tanggal :
Senin, 14 Mei 2012
Nama Klien : Bpk A, Ibu B,
Bpk C, Ibu D, ibu E
Ruangan : 403
A. PROSES
KEPERAWATAN
1.
Kondisi klien
Data
Subyektif :
ü klien
mengatakan belum pernah mengikuti terapi aktivitas kelompok
Data
Obyektif :
ü Klien
terlihat ragu-ragu saat membicarakan TAK
2.
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3.
Tujuan Khusus
a.
Klien
dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan
b.
klien
dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya
B. STRATEGI
KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam
Terapeutik
“selamat pagi, Bapak – ibu ?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak – ibu pagi ini
?”
“apakah bapak dan ibu masih ingat dengan
saya dan janji kita kemarin, yaitu tentang kegiatan terapi kelompok dari kami”
c. Kontrak
ü “bapak
dan ibu, perkenalkan kami dari mahasiswa STIKes Wira Medika PPNI Bali hari ini
akan melaksanakan TAK yaitu melatih positif pada diri.
ü “kita akan melaksanakan TAK ini selama 45
menit di ruang ini yaitu di ruangan 403”
ü “tujuan dilaksanakan TAK ini yaitu supaya
bapak dan ibu dapat bercakap-cakap tentang hal positif diri sendiri yang ada di
dalam diri bapak dan ibu sekalian”
ü “
jika bapak atau ibu ingin meninggalkan tempat ini, bapak atau ibu harus meminta
izin kepada saya, tetapi saya berharap bapak dan ibu mengikuti kegiatan ini
dari awal sampai selesai”
2.
Tahap kerja
ü “baiklah
bapak dan ibu kegiatan ini kita mulai”
ü “kami
akan membagiakan kertas pertama dan spidol, bapak dan ibu coba tuliskan
pengalaman yang tidak menyenangkan”
ü “bagus
sekali bapak dan ibu sudah mengisi kertas yang kami bagikan. dan sekarang kami
akan membagikan kertas yang kedua. di kertas yang kedua ini bapak dan ibu
tuliskan hal positif tentang bapak dan ibu miliki dan kemampuan yang bapak dan
ibu miliki”
ü “karena
bapak dan ibu sudah selesai menulis hal positif yang bapak atau ibu miliki,
mari kita mulai untuk membacakan hal positif yang sudah bapak dan ibu tulis,
dimulai dari Bapak A, silahkan bapak. kemudian sekarang Ibu B, silahkan
dibacakan ibu. Lanjut ke Bapak C, kemudian Ibu D dan yang terakhir Ibu E”
ü terimakasih
bapak dan ibu karena sudah membacakan hal positif yang bapak dan ibu miliki,
dan semua yang bapak dan ibu bacakan itu sangat bagus”
3.
Tahap terminasi
a. Evaluasi
“bagaimana perasaan bapak dan ibu
setelah mengikuti kegiatan ini?”
b. Tindak
lanjut
“mungkin dari bapak dan ibu masih banyak
memiliki hal yang positif yang belum ditulis, untuk itu sekarang bapak dan ibu
boleh menulisnya”
c. Kontrak
yang akan dating
“bapak dan ibu sekalian nanti akan ada
kegiatan aktifitas kelompok seperti ini lagi dengan kegiatan yaitu melatih hal
positif diri yang dapat diterapkan dirumah sakit dan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono,Yudi. 2010. Buku
Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika
Isaacs, Ann.2004. Panduan Belajar : keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna.2004. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC
Purwaningsih, wahyu dan Ina Karlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta :
NUHA MEDIKA
Riyadi, Sujono.2009. Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu