Dermatitis
adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan
gatal (Djuanda, Adhi, 2005).
Dermatitis adalah peradangan
pada kulit (imflamasi pada kulit) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari
dan pembentukkan sisik (Brunner dan Suddart 2000). Jadi dermatitis adalah
peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab
dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim
dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak
berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun
demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi
dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi)
tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda.
Penyebab dermatitis belum
diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap
agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga
bisa menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. (Arief
Mansjoer.1998 ”Kapita selekta”)
b)
Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.
8 Keringnya kulit
8 Iritasi oleh sabun, deterjen, pelembut
pakaian, dan bahan kimia lain
8 Alergi atau intoleransi terhadap makanan
tertentu
8 Alergi terhadap debu, serbuk bunga, atau bulu
hewan
8 Virus dan infeksi lain
8 Perjalan ke Negara dengan iklim berbeda
Dermatitis
kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan / substansi yang
menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)
Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat
pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah
dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang
meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi
pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau
pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum,
kosmetik atau rumput.
Ada 4 bentuk dermatitis kontak yaitu :
1)
Dermatitis
kontak iritan
Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan
yang secara kimiawi atau fisik merusak kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi
sesudah kontak pertama dengan iritan atau kontak ulang dengan iritan ringan
selama waktu yang lama. Dermatitis ini
terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran molekul,
daya larut, konsentrasi bahan tersebut, lama kontak, kekerapan, gesekan dan
trauma fisis, suhu serta kelembaban. Faktor individu juga
berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat
menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah umur 8 tahun lebih mudah
teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis kelamin.
2)
Dermatitis
kontak alergik.
Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang
terjadi akibat kontak kulit dengan bahan alergik ( bahan pelarut, deterjen,
minyak pelumas ). Tipe ini memiliki periode sensitisasi 10 – 14 hari. Reaksi
hipersensitivitas tipe IV terjadi melalui 2 fase yaitu:
8 Fase
sensitisasi
Hapten masuk ke dalam epidermis melewati stratum
korneum akan ditangkap oleh sel langerhans dengan cara pinositosis dan diproses
secara kimiawi oleh enzim lisosom. Pada awalnya sel langerhans dalam keadaan
istirahat, dan hanya berfungsi sebagai makrofag dengan sedikit kemampuan
menstimulasi sel T. Terjadinya sensitisasi kontak tergantung pada sinyal iritan
yang dapat berasal dari alergen kontak sendiri dari ambang rangsang yang rendah
terhadap respon iritan, dari bahan kimia inflamasi pada kulit yang meradang.
Jadi sinyal bahaya yang menyebabkan sensitisasi tidak berasal dari sinyal
antigenik sendiri melainkan dari iritasi yang menyertainya. Suatu tindakan
mengurangi iritasi akan menurunkan potensi sensitisasi.
8 Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe
lambat terjadi pada pajanan ulang alergen (hapten), hapten akan ditangkap sel
langerhans dan diproses secara kimiawi menjadi antigen, diikat oleh HLA-DR,
kemudian diekskresi di permukaan kulit. Selanjutnya kompleks HLA-DR-antigen
akan dipresentasikan kepada sel T yang telah tersensitisasi baik di kulit
maupun di kelenjar limfe sehingga terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi
umumnya berlangsung antara 24-48 jam. Gambaran klinisnya dapat berupa
vasodilatasi dan infiltrat perivaskuler pada dermis, edema intrasel, biasanya
terlihat pada permukaan dorsal tangan.
3)
Dermatitis
kontak fototoksik
Merupakan dermatitis yang menyerupai tipe iritan
tetapi memerlukan kombinasi sinar matahari dan bahan kimia yang merusak
epidermis kulit. Gambaran klinis yang terjadi serupa dengan dermatitis iritan.
4)
Dermatitis
kontak fotoalergik
Menyerupai dermatitis alergi tetapi memerlukan
pajanan cahaya disamping kontak alergen untuk menimbulkan reaktivitas
imunologik. Gambaran klinis serupa dengan dermatitis iritan.
Dermatitis atopik
adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan umumnya
sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural.
Manifestasi
klinik dimulai sejak selama
kanak-kanak. Dalam keadaan akut, yang pertama tampak kemerahan dan banyak kerak. Pada bayi lesi kulit tampak
pada wajah dan bokong. Pada anak yang yang lebih tua dan remaja, lesi tampak
lebih sering muncul di tangan dan kaki, di belakang lutut dan lipat siku.
Gejala terbesar adalah pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangan dan
pembentukan lesi yang merupakan keluahan utama mencari bantuan.
Merupakan
dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang
logam, berbatas tegas, dengan
efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah, dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
Gambaran
klinis yang terjadi adalah : umumnya mengeluh sangat gatal, lesi akut berupa
vesikel dan papolu vesikel (0,3 – 1.0 cm) kemudian membesar dengan cara
berkonploensi atau meluas kesamping. Membentuk satu lesi karakteristik seperti
uang logam (koin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Jumlah
lesi dapat 1 dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan
ukuran bervariasi mulai dari miliar – numular.
Merupakan
dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (atau hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi
Djuanda,2005)
Yang muncul
dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah
warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika
adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis
lain pada kaki juga menjadi penyebab.
Merupakan
golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi, hormon, kebiasaan
buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka
terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga. Kulit terasa
berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis,
belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali
diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres
atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
Adalah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan
istilah yang digunakan untuk ruang kulit karen pemakaian internal obat-obatan
atau medikasi tertentu. Pada umumnya reaksi obat timbul mendadak, ruam dapat
disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.
Peradangan kulit
kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak
lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau
gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi
Djuanda,2005). Timbul
karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat
berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah
pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini
memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh iritan melalui kerja kimiawi atau fisik. Bahan irisan merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah
daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel epidermis.
Ada 2 jenis bahan iritan yaitu: iritan kuat dan
iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama
pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling
rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
yaitu: kelembaban udara, tekanan, gesekan, mempunyai andil pada terjadinya
kerusakan tersebut. Berkaitan dengan gejala diatas dapat menimbulkan rasa nyeri
yang timbul akibat lesi kulit, erupsi dan gatal. Selain itu, dapat menimbulkan
gangguan intergritas kulit dan gangguan citra tubuh yang timbul karena vesikel
kecil, kulit kering, pecah-pecah dan kulit bersisik.
Terlampir
Pada umumnya manifestasi
klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus (gatal),
kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan
bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a)
Stadium akut :
kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi
sehingga tampak basah.
b)
Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
kusta.
c)
Stadium kronis : lesi tampak kering,
skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium
tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak awal memberi
gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
1)
Percobaan asetikolin (suntikan dalam intracutan, solusio
asetilkolin 1/5000).
2)
Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
1)
Darah : Hb,
leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
2)
Urin : pemerikasaan
histopatologi
Pada uji terbuka
bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena daerah
tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi
hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
Untuk uji
tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang pada
bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang
dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam
setelah itu hasilnya dievaluasi.
Uji tempel sinar
dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu
bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar
ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tempel
tertutup, hanya dilakukan secara duplo. Dua baris dimana satu baris bersifat
sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka
dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi
hasilnya. Untuk menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test
tersebut dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar
tidak bisa menembus bahan tersebut. Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini
sebaiknya penderita sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih
dalam keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel merupakan penyebab
dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam
keadaan tenang. Disamping itu berbagai macam obat dapat mempengaruhi uji tempel
sebaiknya juga dihindari paling tidak 24 jam sebelum melakukan uji tempel
misalnya obat antihistamin dan kortikosteroid.
Dalam
melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya telah disediakan
oleh International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan
penderita maka dengan mudah dilihat perubahan pada kulit penderita. Untuk
mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat dari penderita diperlukan
keterampilan khusus karena bila gegabah mungkin akan merugikan penderita
sendiri. Kadang-kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana misalnya
hasilnya positif maka penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita
harus hidup dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga
berdampak negatif dan penderita dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya.
Karenanya dalam mengevaluasi hasil uji tempel dilakukan oleh seorang yang sudah
mendapat latihan dan berpengalaman di bidang itu. Tes in vitro menggunakan transformasi
limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk pengukuran dermatitis kontak
alergik pada manusia dan hewan. Namun hal tersebut belum standar dan secara
klinis belum bernilai diagnosis.
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis
melalui terapi yaitu :
a.
Terapi sitemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk
mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat
pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya adalah :
1) Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah
untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan
tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya
reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A,
bradikinin dan asetilkolin.
2)
Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau
berat, secara peroral, intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah
prednison dan prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan
karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita ulkus peptikum,
diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama pertambahan berat badan,
gangguan gastrointestinal dan perubahan dari insomnia hingga depresi. Kortikosteroid
bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA-
DR pada sel Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat
sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.
3)
Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah
menghambat fungsi sel T penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2,
INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan
keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1.
4)
Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan
TNF-a, IL-2R dan ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan
derivat teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan.
5)
FK 506 (Takrolimus)
Bekerja dengan menghambat respon
imunitas humoral dan selular. Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF .
Mengurangi sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan
serotonin. Dapat juga diberikan secara topikal.
6)
Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari
sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin dan amilorid.
7)
Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan
produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan INF-r yang merupakan mediator-mediator
poten dari peradangan. Contohnya adalah kalsitriol.
8)
SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan
aktifitas anti inflamasi yang tinggi. Dapat juga diberikan secara topical,
pemberian secara oral lebih baik daripada siklosporin
b.
Terapi topical
Obat-obat topikal yang diberikan
sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis yaitu bila basah
diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin
akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres,
bila subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin), bila
kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial
diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
c.
Diet
Penatalaksanaan
diet pada dermatitis msih merupakan masalah yang kontriversional. Alergi
makanan yang signifikan tidak diketahui seganai penyebab dari dermatitis atau
berapa persentase dari klien dermatitis yang mempunyai alergi terhadap makanan.
Diet pada penyakit dermatitis adalah diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi
Protein).
1)
Tujuan diet dermatitis:
8
Memberikan makanan secukupnya tanpa menimbulkan
gejala alergi, meringankan intensitas serangan, mengurangi frekuensi serangan,
8
Mencapai
status gizi yang optimal.
2)
Syarat diet dermatitis:
8
Tinggi Energi, protein, mineral dan vitamin
sesuai dengan kebutuhan.
8
Tidak menggunakan bahan makanan yg disangka
menimbulkan alergi.
3)
Bahan makanan yang dapat
menimbulkan alergi:
8
Sumber zat tenaga : beras, gandum, cantel,
havemut, jagung, kentang, lombok, terong.
8
Sumber zat pembangun : daging sapi, susu sapi,
ayam, kalkun, itik, burung dara dan telur hewan tsb., ikan tawar, ikan laut,
cumi, kerang, keong, kepiting, rajungan, udang, belut, kura-kura,penyu, telur
penyu, ular , kacang tanah,kacang polong, kedelai dan hasil olahan.
8
Sumber Zat Pengatur : daun selada, bit, bawang
merah,bawang putih, labu, ragi, semangka, kurma, peterseli, brocoli,lobak,kol,anggur,
apel, murbei, stroberi,kayu manis, kakao, coklat
Menetapkan bahan
alergen penyebab dermatitis diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit
yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis
ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya. Karena
hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah
kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang
baik dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi,
perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang
pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi
pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam
tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor
psikologik.
Pemeriksaan
fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan
vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada
umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke
daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi
dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional
akan sangat membantu penegakan diagnosis.
8 Dermatitis kontak :
-
Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu
kali tetapi lama, beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau
sering kontak dengan bahan serupa.
-
Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada
tempat kontak.
-
Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat
kontak dan lain tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan
serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak.
-
Rasa gatal.
-
Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya
positif.
8 Dermatitis
atopik : erupsi kulit yang bersifat kronik residif, pada tempat-tempat tertentu
seperti lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat atopi pada penderita atau
keluarganya. Penderita dermatitis atopik mengalami efek pada sisitem imunitas
seluler, dimana sel TH2 akan memsekresi IL-4 yang akan merangsang sel Buntuk
memproduksi IgE, dan IL-5 yang merangsang pembentukan eosinofil. Sebaliknya
jumlah sel T dalam sirkulasi menurun dan kepekaan terhadap alergen kontak
menurun.
8 Dermatitis
numularis : merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi
berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor
ekstremitas.
8 Dermatitis medikamentosa : adanya riwayat
minum obat sebelumnya, setelah itu timbul reaksi obat mendadak, ruam dapat disertai dengan gejala
sistemik atau menyeluruh.
8 Neurodermatitis : Peradangan
kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Timbul karena goresan pada kulit
secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5
sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita
kenakan menggores kulit sehingga iritasi
a.
Kerusakan integritas
kulit b/d adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan
kulit.
b.
Nyeri
akut b/d agen cedera fisik, adanya vesikel atau bula, erosi, papula,
garukan berulang
c.
Ganguan
citra tubuh b/d penyakit dermatitis.
Dx 1 : Kerusakan integritas
kulit b/d adanya lesi, perubahan
pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kondisi
kulit klien menunjukkan perbaikan.
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan kulit
agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan:
-
Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit.
-
Berkurangnya derajat pengelupasan kulit,
berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area
kulit yang telah rusak.
Intervensi :
h Mandi
paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim
yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala
meningkat.
§
Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam
saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk
mencegah penguapan air dari kulit.
h Gunakan
air hangat jangan panas.
§ Rasional :
air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.
h Gunakan
sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi
busa.
§
Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih
sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat
meningkatkan keluhan.
h
Kolaborasi: oleskan/berikan salep atau krim yang
telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.
§
Rasional : salep atau krim akan melembabkan
kulit.
Dx 2: Nyeri b/d agen cedera fisik, adanya vesikel atau bula, erosi,
papula, garukan berulang.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan
keperawatan 3x24 jam, rasa nyeri pasien dapat berkurang
Kriteria Hasil:
-
Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
-
Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
-
Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur atau
istirahat dengan tepat.
Intervensi:
h
Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau
karakter dan intensitas skala nyeri (0-10 )
§
Rasional: dapat mengidentifikasi terjadinya
komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
h
Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam
guided imagery.
§
Rasional: membantu klien untuk mengurangi
persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri.
h
Kolaborasi: Berikan obat sesuai indikasi topikal
maupun sistemik; pentoksifilin
§
Rasional: pemberian obat membantu mengurangi
efek peradangan.
Dx 3: Ganguan citra tubuh b/d penyakit dermatitis
Tujuan: Setelah diberikan asuhan
keperawatan 3x24 jam pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien
tercapai.
Kriteria Hasil :
-
Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima
keadaan diri.
-
Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam
tindakan perawatan diri.
-
Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
-
Menguatkan kembali dukungan positif dari diri
sendiri.
-
Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri
yang lebih sehat.
-
Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan
menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan.
Intervensi :
8 Kaji
adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri
sendiri).
§ Rasional:
Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata
bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
8 Identifikasi stadium psikososial terhadap
perkembangan.
§ Rasional:
Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta
pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
8 Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
§ Rasional:
klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
8 Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien,
bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
masalahnya.
Q Rasional:
Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak
perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi
klien .
8 Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra
diri , spt merias, merapikan.
Q Rasional:
membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
8 Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
§ Rasional:
membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan intervensi keperawatan
Diagnosa 1
h
Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit.
h
Berkurangnya derajat pengelupasan kulit,
berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area
kulit yang telah rusak.
Diagnosa 2
h
Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
h
Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
h
Berpartisipasi dalam aktivitas dan tiduratau
istirahat dengan tepat.
Diagnosa 3
h Mengembangkan
peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
h Mengikuti
dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
h Melaporkan
perasaan dalam pengendalian situasi.
h Menguatkan
kembali dukungan positif dari diri sendiri.
h Mengutarakan
perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
h Menggunakan
teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan
penampilan.
Daftar Pustaka
Doenges E, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Djuanda, Adhi dkk. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: FKUI.
Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3.
Penerbit : Media Aesculapius FKUI, Jakarta.Price, Sylvia
A dan Lorraine M Wilson. 199). Patofisiologi
Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit
FKUI