11 November 2012

ASKEP Gonorrhea




Gonorrhe adalah sejenis Penyakit Kelamin yang berjangkit melalui hubungan kelamin. Ia disebabkan oleh jangkitan bakteria Neisseria Gonorrhoeae, yaitu sejenis bakteria yang hidup dan mudah membiak dengan cepat di dalam saluran pembiakan/peranakan seperti pangkal rahim (cervix), rahim (uterus), and tiub fallopian (saluran telur) bagi wanita dan juga saluran kencing (urine canal) bagi wanita dan lelaki. Bakteria ini juga boleh membiak di dalam mulut, kerongkong, mata dan dubur.

Gonorrhe merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara penyakit menular seksual yang lain, penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara endemik, termasuk di Indonesia. Di Amerika Serikat dilaporkan setiap tahun terdapat 1 juta penduduk terinfeksi gonore. Pada umumnya diderita oleh laki-laki muda usia 20 sampai 24 tahun dan wanita muda usia 15 sampai 19 tahun.


Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat patogen. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.


8  Hubungan seksual baik melalui anal, oral, genital, homoseks, heteroseks.
8  Kurang menjaga kebersihan diri.
8  Kurang pengetahuan.
Neisseria gonorrhea adalah bakteri gram negatif yang ditularkan melalui hampir semua kontak seksual. Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva, dan faring. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostat, vas deferens, vesikula seminalis, epididimis, serta testis pada pria, dan kelenjar Skene, Bartholini, endometrium, tuba fallopi, dan ovarium wanita. Komplikasi lebih lanjut adalah dermatittis, artritis, endokartitis, mioperikarditis, meningitis, dan hepatis.
Pada pria akan timbul gejala-gejala dan tanda-tanda uretritis dalam waktu 2-5 hari sampai 1 bulan setelah inokulasi. Tanda pertama adalah sekret uretra purulen berwarna kuning atau kuning kehijauan. Pada pria yang tidak disirkumsisi dapat terjadi balanopstitis sehingga timbul skeret dari bawah prepusium. Komplikasi balanopostitis adalah fimosis akibat peradangan pada edema pada glans. Kurang dari 5% pria dengan uretritis gonokok yang tidak berkomplikasi menjadi asimtomatik. Jika tidak diobati, dalam waktu 10-14 hari, infkesi akan naik dari uretra anterior ke uretra posterior. Disuria menjadi bertambah berat dan menjadi malaise, sakit kepala, serta limfedenopati regional. Infeksi yang terus berlanjut menyebabkan prostatitis, epididimitis dan sistitis.
Masa inkubasi pada wanita berlangsung sekitar 2 mingggu. Tempat primer dari infeksi adalah endoserviks, dengan infeksi uretra pada 70-90% kasus. Uretritis primer tanpa melibatkan serviks jarang terjadi pada wanita, tetapi dapat terjadi pada mereka yang telah menjadi hiperektomi total. Lebih dari separuh wanita yang terinfeksi dengan gonorhoe tidak mempunyai gejala, atau kalaupun ada hanya gejala ringan yang sering kali diabaikan,s eperti sekret vagina, disuria, sering berkemih, sakit punggung belakang, serta nyeri abdomen dan panggul. Pada pemeriksaan, serviks tampak rapuh dan bengkak, sering disertai sekret purulen dan mukopurulen. Kelenjar bertholini mungkin terkena sehingga dapat terbentuk abses. Mukosa rektum dapat terinfeksi pada pria dan wanita sebagai akibat otoinokulasi atau hubungan seksual melalui anus. Infeksi pada faring adalah akibat kontak seksual orogenital. Konjungtivitis gonokok terjadi melalui kontaminasi langsung pada mata melalui jari atau handuk. Neonatus mendapat konjungtivitis gonokok pada persalinan saat melalui jalan lahir yang terinfeksi.

Terlampir


Pada pria :
·   Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
·   Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih
·   Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra
·   Retensi urin akibat inflamasi prostat
·   Keluarnya nanah dari penis

Pada wanita :
·    Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
·    Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis)
·    Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
·    Nyeri ketika berkemih
·    Keluarnya cairan dari vagina
·    Demam
·    Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual

Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.



Pada pria :
8  Prostatitis
8  Cowperitis
8  Vesikulitis seminalis
8  Epididimitis
8  Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior

Pada wanita :
8  Komplikasi uretra
8  Bartholinitus
8  Endometritis dan metritis
8  Salphingitis


-          TTV
-          Ada tidaknya nyeri saat BAK
-          Ada tidaknya nanah ( warna, volume, bau )
-          Predileksi : Pada pria adalah pada uretra bagian anterior.
                      Pada wanita adalah pada servik uteri dan uretra.


Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan gonokok Gram-negatif intraselular dan ekstraselular. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks dan rektum.


1)      Tes oksidasi
Reagen oksidasi (larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1%) ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan wara koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.
2)      Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.




Rentan terhadap penyakit radang panggul, kemungkinan kemandulan, infeksi mata pada bayi yang dilahirkan, bayi prematur, cacat pada bayi, kematian pada bayi, memudahkan penularan HIV


Pasien yang mengidap gonorhoe harus diatasi dengan tindakan medis. Namun, harus disertai vitalitas tubuh yang kuat. Biasanya pengobatan dengan suntikan tunggal atau dosis tungal ceftriaxona yang diminum. Jika infeksi  menular melalui darah biasanya pasien  dirawat untuk mendapat obat antibiotika melalui suntikan intravena.


8  Medikamentosa
Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per-oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis : 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
Pilihan utama dan kedua adalah Siprofloksasin 500mg dan Ofloksasin 400mg. Berbagai rejimen yang dapat diberikan adalah :
o   Sifloksasin *500mg per oral, atau
o   Ofloksasin * 400mg per oral, atau
o   Seftriakson * 250mg injeksi intramuskular, atau
o   Spektinomisin 2 gram injeksi intramuskular,
Dikombinasikan dengan               
o  Doksisiklin 2x100mg, selama 7 hari, atau
o  Netrasiklin 4x500mg, selama 7 hari, atau
o  Eritromisin 4x500mg, selama 7 hari
Untuk daerah dengan insidens galur Neisseria gonorrhoeae penghasil penicilinase (NGPP) rendah, pilihan utamanya adalah penisilin G  prokain akua 4,8juta unit + 1 gr probenesid. Obat lain yang dapat dipakai antara lain :
-       Ampicilin 3,5 gr + 1 gr probenesid , atau
-       Amoksisilin 3gr + 1 gr probnesid.
Pada kasus gonore dengan  komplikasi dapat diberikan salah satu obat dibawah ini :
-       Siprofloksasin * 500 mg / hari per oral, selama 5 hari
-       Ofloksasin * 400 mg / hari per oral , selama5 hari
-       Seftriakson 250 mg / hari , injeksi intramuskular , selama 3 hari
-       Kanamisin 2 g injeksi intarmuskular, selama 3 hari
-       Spektinomisin 2 g/ hari , injeksi intarmuskular, selam 3 hari
Dikontraindikasikan untuk wanita hamil, menyusui, dan anak-anak berusia kurang dari 12 tahun.

8  Nonmedikamentosa
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelsakan tentang :
o   bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplokasinya.
o   pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
o   cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
o   hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat dihindarkan
o   cara- cara menghindari infeksi PMS di masa depan.
o   Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya.
   pasien mengatakan gatal
   pasien mengatakan panas dibagian pendahuluan
   pasien mengatakan nyeri saat kencing
   pasien mengatakan keluar nanah yang kadang disertai darah saat kencing
   pasien mengatakan nyeri saat ereksi
   pada wanita pasien mengatakan terkadang sering kencing
   pasien mengatakan nyeri punggung bawah
   pasien mengatakan kencing tersendat-sendat

   uretitis
   orifisum uretra eksternum eritematosa
   edematosa
   ektropion
   duh tubuh yang mukopurulen
   bau busuk pada area genetalia
   lesi, macula


1)      Nyeri berhubungan reaksi infeksi
2)      Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
3)      Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan proses inflamasi
4)      Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan adanya ulkus pada genitalia.
5)      Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidakadekuatnya sumber informasi, ketdaktahuan program dan pengobatan.




Diagnosa 1: Nyeri b.d reaksi infeksi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, diharapakan nyeri klien akan berkurang/menghilang dengan
Kriteria Hasil :
- Mengenali faktor penyebab
- Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
- Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
- Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
- Skala nyeri 0-1
Intervensi
Rasional
Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi (PQRST).
Menjadi parameter dasar untuk mengetahui sejauh mana rencana intervensi yang diperlukan  dan sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri keperawatan.
Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya ketidak-mampuan untuk komunikasi secara efektif.
Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri.
Memberikan rasa nyaman kepada pasien.
Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga.
Memberikan motivasi kepada klien untuk perawatan efektif.
Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll).
Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri.
Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (ex.: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi aktivitas).
Dapat menurunkan stimulus internal dengan peningkatan produksi endorfin yang dapat memblok reseptor nyeri ntuk tidak dikirimkan ke korteks serebri hinga menurnkan persepsi nyeri
Berikan analgesik sesuai anjuran.
Memblok lintasan neyri sehingga nyeri akan berkurang.
Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
Menghilangkan nyeri & menenangkan klien.
Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.
Mengetahui seberapa efektif tindakan keperawatan yang dilakukan.


Diagnosa 2: Hipertermi b.d reaksi inflamasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam diharapakan panas klien normal dengan
Kriteria Hasil:
- Suhu dalam rentang normal (36oC-37oC)
- Nadi dan RR dalam rentang normal (80x/mnt-100x/mnt & 16-20x/menit)
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi
Rasional
Monitor vital sign
Peningkatan suhu tubuh menjadi stimulus rangsang kejang.
Monitor suhu minimal 2 jam
Mengetahui seberapa jauh kondisi klien
Monitor warna kulit
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selain sebagai hidrasi tubuh, juga akan meningkatkan pengeluaran panas tubuh mellaui sistem perkemihan, hingga panas tubuh dapat keluar lewat urine.
Kompres klien pada lipat paha dan aksila
Memberikan respon dingin pada pusat pengatur panas dan pada pembuluh darah.
Berikan antipiretik bila perlu berupa paracetamol.
Antipiretik diperlukan untuk menurnkan panas tubuh dan memberikan perasaan nyaman pada pasien


Diagnosa 3 : Gangguan eliminasi urin b.d proses inflamasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam diharapkan klien tidak mengalami gangguan pola eliminasi dengan
Kriteria Hasil:
-    Urin akan menjadi kontinens
-    Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri.
Intervensi
Rasional
Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna dengan tepat.
Untuk mengetahui input maupun output dari urine klien sehingga dapat diberikan intervensi yang tepat.
Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.
Untuk mendapat penanganan yang tepat.


Diagnosa 4: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkul pada genitalia
Tujuan :
Setelah diberika asuhan keperawatan diharapakan selama ...x ..jam diharapkan integritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria hasil:
-       Pertumbuhan jarngan membaik dan lesi berkurang.
-        
Intervensi
Rasional
Kaji kerusakan jaringan kulit yang terjadi pada px
Menjadi data dasar memberikan informasi intervensi keperawatan yang akan digunakan.
Lakukan tindakan peningkatan integritas jaringan.
Perawatan lokal kulit merupakan menatalaksanaan keperawatan yang penting.
Kompres lesi dengan cairan NaCl dilakukan pada seluruh lesi dan harus dilaksanakan dengan hati-hati sekali pada daerah yang erosif.
Kompresi dengan cairan normal saline dapat mempercepat proses penyembuhan luka  dan ulkus mole.
Tingkatkan asupan nutrisi
Diet TKTP diperlukan untuk meningkatakan  asupan dari kebutuhan pertumbuhan jaringan.
Evaluasi  kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan .
Apabila masih belum mencapai perubahan yang membaik  ,maka perlu dikaji ulang faktor –faktor menghambat pertumbuhan dan perbaikan dari lesi .


Diagnosa 5 : Kurang Pengetahuan berhubungan dengan tidakadekuatnya sumber informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selam ...x...jam diharapakan terpenuhinya pengetahuan px tentang kondisi penyakit .
Kriteria hasil  :
-       Mengungkapkan pengertian tentang proses  infeksi ,tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi
-       Mengenal perubahan gaya hidup atau tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Intervensi
Rasional
Beritahukan px /orang terdekat mengenai dosis ,aturan ,dan efek pengobatan
Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan perawatan diri untuk menambah kejelasan efektivitas pengobatan dan mencegah komplikasi.
Jelaskan tentang pentingnya pengobatan anti bakteri
Pemberian antibakteri di rumah dibutuhkan u/mengurangi invasi baktteri pada kulit
Jelaskan cara metode kontak seksual
Menurunkan respon penularan infeksi .Px harus menghindari hubungan seksual sampai pengobatan selesai dan sampai pasangan mereka sepenuhnya dievaluasi dan diobati.



DX
EVALUASI
1
-    Klien mengenali faktor penyebab
-    Klien menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
-    Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
-    Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
-    Skala nyeri 0-1
2
-    Suhu dalam rentang normal (36oC-37oC)
-    Nadi dan RR dalam rentang normal (80x/mnt-100x/mnt & 16-20x/menit)
-    Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
3
-    Urin akan menjadi kontinens
-    Eliminasi urin tidak akan terganggu : bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri.
4
-    Pertumbuhan jarngan membaik dan lesi berkurang
5
-    Mengungkapkan pengertian tentang proses  infeksi ,tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi
-    Mengenal perubahan gaya hidup atau tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi.