Gonorrhe
adalah sejenis Penyakit Kelamin yang berjangkit melalui hubungan kelamin. Ia
disebabkan oleh jangkitan bakteria Neisseria Gonorrhoeae, yaitu
sejenis bakteria yang hidup dan mudah membiak dengan cepat di dalam
saluran pembiakan/peranakan seperti pangkal rahim (cervix), rahim
(uterus), and tiub fallopian (saluran telur) bagi wanita dan juga saluran
kencing (urine canal) bagi wanita dan lelaki. Bakteria ini juga boleh membiak
di dalam mulut, kerongkong, mata dan dubur.
Gonorrhe merupakan penyakit yang mempunyai
insidens yang tinggi diantara penyakit menular seksual yang lain, penyakit ini
tersebar di seluruh dunia secara endemik, termasuk di Indonesia. Di Amerika
Serikat dilaporkan setiap tahun terdapat 1 juta penduduk terinfeksi gonore.
Pada umumnya diderita oleh laki-laki muda usia 20 sampai 24 tahun dan wanita
muda usia 15 sampai 19 tahun.
Penyebab pasti penyakit gonore adalah
bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat patogen. Daerah
yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau
lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.
8
Hubungan seksual baik melalui anal, oral, genital,
homoseks, heteroseks.
8
Kurang menjaga kebersihan diri.
8
Kurang pengetahuan.
Neisseria
gonorrhea adalah bakteri gram negatif yang ditularkan melalui hampir semua
kontak seksual. Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran
anus, konjungtiva, dan faring. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostat, vas
deferens, vesikula seminalis, epididimis, serta testis pada pria, dan kelenjar
Skene, Bartholini, endometrium, tuba fallopi, dan ovarium wanita. Komplikasi
lebih lanjut adalah dermatittis, artritis, endokartitis, mioperikarditis,
meningitis, dan hepatis.
Pada pria akan
timbul gejala-gejala dan tanda-tanda uretritis dalam waktu 2-5 hari sampai 1
bulan setelah inokulasi. Tanda pertama adalah sekret uretra purulen berwarna kuning
atau kuning kehijauan. Pada pria yang tidak disirkumsisi dapat terjadi
balanopstitis sehingga timbul skeret dari bawah prepusium. Komplikasi
balanopostitis adalah fimosis akibat peradangan pada edema pada glans. Kurang
dari 5% pria dengan uretritis gonokok yang tidak berkomplikasi menjadi
asimtomatik. Jika tidak diobati, dalam waktu 10-14 hari, infkesi akan naik dari
uretra anterior ke uretra posterior. Disuria menjadi bertambah berat dan
menjadi malaise, sakit kepala, serta limfedenopati regional. Infeksi yang terus
berlanjut menyebabkan prostatitis, epididimitis dan sistitis.
Masa inkubasi
pada wanita berlangsung sekitar 2 mingggu. Tempat primer dari infeksi adalah
endoserviks, dengan infeksi uretra pada 70-90% kasus. Uretritis primer tanpa
melibatkan serviks jarang terjadi pada wanita, tetapi dapat terjadi pada mereka
yang telah menjadi hiperektomi total. Lebih dari separuh wanita yang terinfeksi
dengan gonorhoe tidak mempunyai gejala, atau kalaupun ada hanya gejala ringan
yang sering kali diabaikan,s eperti sekret vagina, disuria, sering berkemih,
sakit punggung belakang, serta nyeri abdomen dan panggul. Pada pemeriksaan,
serviks tampak rapuh dan bengkak, sering disertai sekret purulen dan
mukopurulen. Kelenjar bertholini mungkin terkena sehingga dapat terbentuk
abses. Mukosa rektum dapat terinfeksi pada pria dan wanita sebagai akibat
otoinokulasi atau hubungan seksual melalui anus. Infeksi pada faring adalah
akibat kontak seksual orogenital. Konjungtivitis gonokok terjadi melalui
kontaminasi langsung pada mata melalui jari atau handuk. Neonatus mendapat
konjungtivitis gonokok pada persalinan saat melalui jalan lahir yang
terinfeksi.
Terlampir
Pada pria :
·
Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7
hari setelah terinfeksi
·
Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra
kemudian diikuti nyeri ketika berkemih
·
Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil
disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra
·
Retensi urin akibat inflamasi prostat
·
Keluarnya nanah dari penis
Pada wanita :
·
Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari
setelah terinfeksi
·
Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama
beberapa minggu atau bulan (asimtomatis)
·
Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun,
beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
·
Nyeri ketika berkemih
·
Keluarnya cairan dari vagina
·
Demam
·
Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung
telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika
berhubungan seksual
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga
seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa
tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah
disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan
nanah.
Pada pria :
8
Prostatitis
8
Cowperitis
8
Vesikulitis seminalis
8
Epididimitis
8
Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior
Pada wanita :
8
Komplikasi uretra
8
Bartholinitus
8
Endometritis dan metritis
8
Salphingitis
-
TTV
-
Ada tidaknya nyeri saat BAK
-
Ada tidaknya nanah ( warna, volume, bau )
-
Predileksi : Pada pria
adalah pada uretra bagian anterior.
Pada
wanita adalah pada servik uteri dan uretra.
Pada sediaan langsung dengan
pewarnaan Gram akan ditemukan gonokok Gram-negatif intraselular dan
ekstraselular. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis,
sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks
dan rektum.
1)
Tes oksidasi
Reagen oksidasi (larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1%)
ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi
positif dengan perubahan wara koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda
sampai merah lembayung.
2)
Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai
glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
Rentan
terhadap penyakit radang panggul, kemungkinan kemandulan, infeksi mata pada
bayi yang dilahirkan, bayi prematur, cacat pada bayi, kematian pada bayi,
memudahkan penularan HIV
Pasien yang
mengidap gonorhoe harus diatasi dengan tindakan medis. Namun, harus disertai
vitalitas tubuh yang kuat. Biasanya pengobatan dengan suntikan tunggal atau
dosis tungal ceftriaxona yang diminum. Jika infeksi menular melalui darah
biasanya pasien dirawat untuk mendapat obat antibiotika melalui suntikan
intravena.
8 Medikamentosa
Walaupun semua
gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap penicilin, banyak ‘strain’ yang
sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin
masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
Untuk sebagian
besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per-oral sebelum penyuntikan
penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
Spectinomycin
berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap
penicillin. Dosis : 2 gr IM untuk
pria dan 4 gr untuk wanita.
Pengobatan jangka
panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
Pilihan utama dan kedua
adalah Siprofloksasin 500mg dan Ofloksasin 400mg. Berbagai rejimen yang dapat
diberikan adalah :
o
Sifloksasin *500mg per oral, atau
o
Ofloksasin * 400mg per oral, atau
o
Seftriakson * 250mg injeksi intramuskular, atau
o
Spektinomisin 2 gram injeksi intramuskular,
Dikombinasikan
dengan
o Doksisiklin
2x100mg, selama 7 hari, atau
o Netrasiklin
4x500mg, selama 7 hari, atau
o Eritromisin
4x500mg, selama 7 hari
Untuk daerah dengan insidens
galur Neisseria gonorrhoeae penghasil penicilinase (NGPP) rendah, pilihan
utamanya adalah penisilin G prokain akua
4,8juta unit + 1 gr probenesid. Obat lain yang dapat dipakai antara lain :
- Ampicilin
3,5 gr + 1 gr probenesid , atau
- Amoksisilin
3gr + 1 gr probnesid.
Pada kasus gonore dengan komplikasi dapat diberikan salah satu obat
dibawah ini :
- Siprofloksasin
* 500 mg / hari per oral, selama 5 hari
- Ofloksasin
* 400 mg / hari per oral , selama5 hari
- Seftriakson
250 mg / hari , injeksi intramuskular , selama 3 hari
- Kanamisin
2 g injeksi intarmuskular, selama 3 hari
- Spektinomisin
2 g/ hari , injeksi intarmuskular, selam 3 hari
Dikontraindikasikan untuk wanita
hamil, menyusui, dan anak-anak berusia kurang dari 12 tahun.
8
Nonmedikamentosa
Memberikan pendidikan kepada
pasien dengan menjelsakan tentang :
o
bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan
komplokasinya.
o
pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
o
cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk
pasangan seks tetapnya.
o
hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan
memakai kondom jika tak dapat dihindarkan
o
cara- cara menghindari infeksi PMS di masa
depan.
o
Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya.
•
pasien
mengatakan gatal
•
pasien
mengatakan panas dibagian pendahuluan
•
pasien
mengatakan nyeri saat kencing
•
pasien
mengatakan keluar nanah yang kadang disertai darah saat kencing
•
pasien
mengatakan nyeri saat ereksi
•
pada
wanita pasien mengatakan terkadang sering kencing
•
pasien
mengatakan nyeri punggung bawah
•
pasien
mengatakan kencing tersendat-sendat
• uretitis
• orifisum uretra eksternum eritematosa
• edematosa
• ektropion
• duh tubuh yang mukopurulen
• bau busuk pada area genetalia
• lesi, macula
1)
Nyeri
berhubungan reaksi infeksi
2)
Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
3)
Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan proses inflamasi
4)
Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan adanya ulkus pada
genitalia.
5)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidakadekuatnya sumber informasi, ketdaktahuan
program dan pengobatan.
Diagnosa 1: Nyeri b.d reaksi
infeksi
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, diharapakan nyeri klien akan berkurang/menghilang dengan
Kriteria Hasil :
- Mengenali
faktor penyebab
- Menggunakan
metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
- Menggunakan
analgetik sesuai kebutuhan
- Melaporkan
nyeri yang sudah terkontrol
- Skala nyeri
0-1
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji secara komprehensif tentang
nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi (PQRST).
|
Menjadi parameter dasar untuk mengetahui sejauh mana
rencana intervensi yang diperlukan dan
sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri keperawatan.
|
Observasi
isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya ketidak-mampuan
untuk komunikasi secara efektif.
|
|
Gunakan
komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri.
|
Memberikan rasa nyaman kepada pasien.
|
Berikan
dukungan terhadap klien dan keluarga.
|
Memberikan motivasi kepada klien untuk perawatan efektif.
|
Kontrol
faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap
ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll).
|
Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri.
|
Ajarkan
penggunaan teknik non farmakologik (ex.: relaksasi, guided imagery, terapi
musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi
aktivitas).
|
Dapat menurunkan stimulus internal dengan peningkatan
produksi endorfin yang dapat memblok reseptor nyeri ntuk tidak dikirimkan ke
korteks serebri hinga menurnkan persepsi nyeri
|
Berikan
analgesik sesuai anjuran.
|
Memblok lintasan neyri sehingga nyeri akan berkurang.
|
Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
|
Menghilangkan nyeri & menenangkan klien.
|
Evaluasi
keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.
|
Mengetahui seberapa efektif tindakan keperawatan yang
dilakukan.
|
Diagnosa
2: Hipertermi b.d reaksi inflamasi
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam diharapakan panas klien
normal dengan
Kriteria Hasil:
-
Suhu dalam rentang normal (36oC-37oC)
-
Nadi dan RR dalam rentang normal (80x/mnt-100x/mnt & 16-20x/menit)
-
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi
|
Rasional
|
Monitor vital
sign
|
Peningkatan suhu tubuh menjadi stimulus rangsang kejang.
|
Monitor suhu
minimal 2 jam
|
Mengetahui seberapa jauh kondisi klien
|
Monitor warna
kulit
|
|
Tingkatkan
intake cairan dan nutrisi
|
Selain sebagai hidrasi tubuh, juga akan meningkatkan
pengeluaran panas tubuh mellaui sistem perkemihan, hingga panas tubuh dapat
keluar lewat urine.
|
Kompres klien
pada lipat paha dan aksila
|
Memberikan respon dingin pada pusat pengatur panas dan
pada pembuluh darah.
|
Berikan
antipiretik bila perlu berupa paracetamol.
|
Antipiretik diperlukan untuk menurnkan panas tubuh dan
memberikan perasaan nyaman pada pasien
|
Diagnosa 3 : Gangguan eliminasi urin b.d
proses inflamasi
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam diharapkan klien tidak
mengalami gangguan pola eliminasi dengan
Kriteria Hasil:
- Urin
akan menjadi kontinens
- Eliminasi
urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang
diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri.
Intervensi
|
Rasional
|
Pantau
eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna
dengan tepat.
|
Untuk mengetahui input maupun output dari urine klien
sehingga dapat diberikan intervensi yang tepat.
|
Rujuk pada
ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.
|
Untuk mendapat penanganan yang tepat.
|
Diagnosa 4: Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkul pada genitalia
Tujuan :
Setelah diberika asuhan keperawatan diharapakan selama ...x
..jam diharapkan integritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria hasil:
-
Pertumbuhan
jarngan membaik dan lesi berkurang.
-
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji kerusakan jaringan kulit yang terjadi pada px
|
Menjadi data dasar memberikan informasi intervensi
keperawatan yang akan digunakan.
|
Lakukan tindakan peningkatan integritas jaringan.
|
Perawatan lokal kulit merupakan menatalaksanaan
keperawatan yang penting.
|
Kompres lesi dengan cairan NaCl dilakukan pada seluruh
lesi dan harus dilaksanakan dengan hati-hati sekali pada daerah yang erosif.
|
Kompresi dengan cairan normal saline dapat mempercepat
proses penyembuhan luka dan ulkus
mole.
|
Tingkatkan asupan nutrisi
|
Diet TKTP diperlukan untuk meningkatakan asupan dari kebutuhan pertumbuhan jaringan.
|
Evaluasi kerusakan
jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan .
|
Apabila masih belum mencapai perubahan yang membaik ,maka perlu dikaji ulang faktor –faktor
menghambat pertumbuhan dan perbaikan dari lesi .
|
Diagnosa 5 :
Kurang Pengetahuan berhubungan dengan tidakadekuatnya sumber
informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selam ...x...jam
diharapakan terpenuhinya pengetahuan px tentang kondisi penyakit .
Kriteria hasil :
-
Mengungkapkan
pengertian tentang proses infeksi
,tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi
-
Mengenal
perubahan gaya hidup atau tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Intervensi
|
Rasional
|
Beritahukan px /orang terdekat mengenai dosis ,aturan ,dan
efek pengobatan
|
Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan perawatan diri
untuk menambah kejelasan efektivitas pengobatan dan mencegah komplikasi.
|
Jelaskan tentang pentingnya pengobatan anti bakteri
|
Pemberian antibakteri di rumah dibutuhkan u/mengurangi
invasi baktteri pada kulit
|
Jelaskan cara metode kontak seksual
|
Menurunkan respon penularan infeksi .Px harus menghindari
hubungan seksual sampai pengobatan selesai dan sampai pasangan mereka
sepenuhnya dievaluasi dan diobati.
|
DX
|
EVALUASI
|
1
|
- Klien
mengenali faktor penyebab
- Klien
menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
- Menggunakan
analgetik sesuai kebutuhan
- Melaporkan
nyeri yang sudah terkontrol
- Skala
nyeri 0-1
|
2
|
- Suhu
dalam rentang normal (36oC-37oC)
- Nadi
dan RR dalam rentang normal (80x/mnt-100x/mnt & 16-20x/menit)
- Tidak
ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
|
3
|
- Urin
akan menjadi kontinens
- Eliminasi
urin tidak akan terganggu : bau,
jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa
disertai nyeri.
|
4
|
-
Pertumbuhan
jarngan membaik dan lesi berkurang
|
5
|
-
Mengungkapkan
pengertian tentang proses infeksi
,tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi
-
Mengenal
perubahan gaya hidup atau tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi.
|