A.
KONSEP
DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Gastritis
adalah suatu penyakit inflamasi dari mukosa lambung akibat peningkatan asam
lambung yang manifestasi klinisnya yaitu perdarahan saluran cerna atas berupa
hematemesis melena (Mansjoer, 2000).
Gastritis
terbagi dua yaitu gastritis akut dan kronis. Gastritis akut dan kronis memiliki
manifestasi klinis dan Akomplikasi yang sama yaitu dapat ditemukan terjadinya
perdarahan saluran cerna atas atau perdarahan gastrointestinal atas berupa
hematemesis melena. Hematemesis Melena inilah yang merupakan keadaan gawat
darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk di
Indonesia (Mansjoer, 2000).
2. Klasifikasi
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :
a.
Gastritis akut
Disebabkan
oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
1) Gastritis Eksogen akut
Biasanya
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimia misal : lisol,
alkohol, merokok, kafein, lada, steroid, mekanis iritasi bakterial, obat
analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah
dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
2) Gastritis Endogen akut
adalah
gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan.
b.
Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus
benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter
pylory (H. Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe
yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu
menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar
lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi
produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini.
Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi
helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
3.
Etiologi
Beberapa penyebab yang dapat menyebabkan
terjadinya gastritis antara lain :
a. Infeksi
bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia
terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa
yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana
bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi
melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan
dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori
ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan
penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama
akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada
lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic
gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung
secara perlahan rusak.
b. Pemakaian
obat penghilang nyeri secara terus menerus
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid
(AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan
pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi
dinding lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
c. Penggunaan
alkohol secara berlebihan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis
mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap
asam lambung walaupun pada kondisi normal.
d. Penggunaan kokain
Kokain
dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
e. Kelainan
autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi
ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding
lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan
dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan
menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorbsi vitamin B12). Kekurangan B12, akhirnya, dapat mengakibatkan
perniciousis anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat
mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi
terutama pada orang tua
4.
Gambaran
Klinis
Sindrom dispepsia
berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah merupakan salah satu keluhan
yang sering muncul. Ditemukan juga perdarahan saluran cerna berupa hematemesis
dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
Biasanya jika dilakukan anamnesa lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan
obat-obatan atau bahan kimia tertentu. Pasien dengan gastritis juga disertai
dengan pusing, kelemahan dan rasa tidak nyaman pada abdomen (Mansjoer, Arif,
1999, hal: 492-493).
5.
Patofisiologi
a.
Gastritis
Akut
Gastritis akut dapat
disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol,
makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan
terjadi perangsangan saraf simpatis N. V (Nervus vagus) yang akan meningkatkan
produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam
lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun
makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi
untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya
untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel
mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl
(terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan
menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa
nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster.
Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi
(pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel
mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan
yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri
karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam
setelah perdarahan.
b. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori
merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan gaster,
memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada
gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu
mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa
gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa
lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan,
lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak
elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga
akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh
darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine,
1999: 162).
6.
Pathways Gastritis
7.
Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis meliputi :
a. Mengatasi
kedaruratan medis yang terjadi
b. Mengatasi
atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai
c. Pemberian
obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain
(Soeparman, 1999, hal 96)
Pada gastritis, penatalaksanaannya dapat
dilakukan dengan :
a.
Gastritis
akut
- Instruksikan
pasien untuk menghindari alkohol.
- Bila
pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi dianjurkan.
- Bila
gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
- Bila
perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran Gastromfestinal
- Untuk
menetralisir asam gunakan antasida umum.
- Untuk
menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
- Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi.
- Reaksi
lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.
b. Gastritis kronis
- Dapat
diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit
tapi lebih sering.
- Mengurangi
stress
- H.
Pylori diatasi dengan antiobiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram
bismuth (pepto-bismol).
8.
Komplikasi
§ Perdarahan
saluran cerna bagian atas (SCBA)
Komplikasi
yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas
(SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi
ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
§ Gangguan
penyerapan vitamin B 12
Komplikasi
yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B12, akibat
kurang pencerapan, B12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu
dan penyempitan daerah antrum pylorus.
Komplikasi yang lainya adalah :
Ø Syok
Ø Perforasi
Ø Radang selaput perut
Ø Kanker lambung
9. Pemeriksaan
Fisik
a)
Kesadaran : pada awalnya CM ( compos mentis), perasaan
tidak berdaya.
b)
Respirasi : tidak mengalami gangguan.
c)
Kardiovaskuler : hypotensi, takikardia, disritmia, nadi
perifer lemah, pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat,
sianosis, kulit/membrane mukosa berkeringat ( status syok, nyeri akut).
d)
Persyarafan : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran
dapat terganggu, disorientasi/bingung, nyeri epigastrium.
e)
Pencernaan : anoreksia, mual, muntah oleh karena luka
duodenal, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan (coklat, pedas),
membrane mukosa kering. Factor pencetus : makanan, rokok, alcohol, obat-obatan
dan stressor psikologi.
f)
Genetourenaria :
biasanya tidak mengalami gangguan.
g)
Muskuloskletal : kelemahan, kelelahan.
h)
Intergritas ego : factor stress akut, kronis, perasaan
tidak berdaya, adanya tanda ansietas : gelisah, pucat, berkeringat.
10. Pemeriksaan
Diagnostik
a.
EGD (Esofagogastriduodenoskopi) yaitu tes
diagnostik kunci untuk perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi
perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
b.
Minum barium dengan foto rontgen yaitu
dilakukan untuk membedakan diganosa penyebab / sisi lesi.
c.
Analisa gaster yaitu dapat dilakukan untuk
menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh
peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan asam nokturnal penyebab ulkus
duodenal. Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus gaster, dipersekresi berat
dan asiditas menunjukkan sindrom Zollinger-Ellison.
d.
Angiografi yaitu vaskularisasi GI dapat
dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan atau tidak dapat dilakukan.
Menunjukkan sirkulasi kolatera dan kemungkinan isi perdarahan.
e.
Amilase serum yaitu meningkat dengan ulkus
duodenal, kadar rendah diduga gastritis (Doengoes, 1999, hal: 456).
B.
KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Fokus
Pengkajian
a.
Aktivitas / Istirahat
Gejala
: kelemahan, kelelahan
Tanda
: takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
b.
Sirkulasi
Gejala
: - hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia /
hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan
(vasokonstriksi)
- warna kulit :
pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit /
membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons
psikologik)
c.
Integritas ego
Gejala
: faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda
: tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,
gemetar, suara gemetar.
d.
Eliminasi
Gejala
: riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro
interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik /
gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi
/ karakteristik feses.
Tanda
: nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi
usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
Karakteristik
feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah,
berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida).
Haluaran
urine : menurun, pekat.
e.
Makanan / Cairan
Gejala
: Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik
bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah
menelan : cegukan, Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah. Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah. Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
f.
Neurosensori
Gejala
: rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
g.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala
: nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat
tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar
setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum
kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan
dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau
menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung
kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri
(varises esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda
: wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
h.
Keamanan
Gejala
: alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda
: peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis /
hipertensi portal)
i.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala
: adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol,
steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima
karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma
kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal
: sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
2.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif)
berhubungan dengan perdarahan, mual, muntah dan anoreksia.
2.
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
3.
Nyeri berhubungan dengan inflamasi
lambung
3.
Intervensi
No. Dx
|
Tujuan Dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan output dan intake
seimbang dengan Kriteria Hasil :
§ Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa bibir
lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan
output seimbang.
|
Awasi
masukan dan haluaran, karakter dan frekuensi muntah.
Kaji
tanda-tanda vital.
Ukur
berat badan tiap hari.
Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien untuk minum ( Dewasa :
40-60 cc/kg/jam).
Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi
Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine
|
Memberikan
informasi tentang keseimbangan cairan.
Menunjukkan
kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
Indikator
cairan status nutrisi.
Mengganti kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam
fase segera.
Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan
penggantian cairan.
Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung
|
No.Dx
|
Tujuan Dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan Kriteria hasil :
§ klien tidak mual
§ klien menghabiskan porsi makanan, peningkatan BB, mencapai berat badan ideal, conjungtiva ananemis
|
Kaji status nutrisi dan factor-faktor penyebab kurangnya intake nutrisi.
Anjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering
Hindari makanan yang keras dan merangsang peningkatan asam lambung seperti pedas, asam, kopi, alcohol dan lain-lain.
Timbang berat badan setiap hari
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antiematik
|
untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari keadaan pasien. Dan
perubahan yang terjadi
mencegah perangsangan yang mendadak pada lambung
untuk menghindari kerja lambung yang berat dan meminimalkan Iritasi pada
lambung.
untuk mengetahui perkembangan berat badan.
untuk mencegah mual, nyeri dan rasa tidak nyaman.
|
No.
Dx
|
Tujuan Dan Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan nyeri klien berkurang dengan Kriteria hasil :
§ klien mengatakan nyeri berkurang
§ klien tampak rileks
§ tanda-tanda vital : TD,
nadi dalam batas normal
|
Kaji penyebab timbulnya nyeri atau terjadinya nyeri.
Catat karateristik nyeri meliputi durasi, lokasi dan intensitasnya (skala
0 – 10)
Observasi tanda-tanda vital
Ciptakan suasana perawatan yang tenang.
Ajarkan tehnik rileksasi dan nafas dalam
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
|
digunakan sebagai dasar tindakan selanjutnya
mengetahui seberapa jauh nyeri dan menentukan etiologinya serta
mengantisipasi terjadinya komplikasi.
mengetahui keadaan umum klien
mengurangi stimulus yang tidak diinginkan
dapat mengurangi ketegangan syaraf sehingga klien lebih rilex dan
nyeri berkurang
medikamentosa dapat mengurangi nyeri.
|
4.
Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang
dibuat.
5. Evaluasi
Dx 1 : Klien mampu mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa bibir
lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan
output seimbang.
Dx 2 : klien tidak mual lagi, klien menghabiskan porsi makanan ,
peningkatan BB mencapai berat badan ideal, conjungtiva ananemis
Dx 3 : klien
mengatakan nyeri berkurang, klien tampak rileks, tanda-tanda vital : TD, nadi dalam batas
normal
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
Volume 2. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E, Mary Frances
Moorhouse dan Alice C. Geisser. 1999. Rencana
asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien. Jakarta : EGC.
Mansjoer,
Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Media aesculapius
Price, Sylvia A dan Lorraine M.
Wilson. 1994. Patofisiologi,
konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.