A.
UJI
BEDA
Penggunaan uji t adalah untuk mengetahui perbedaan nilai
rata-rata antara dua kelompok, sedangkan penggunaan t test independent adalah digunakan
untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata antara satu kelompok dengan kelompok
yang lain, dimana antara satu kelompok dengan kelompok lainnya tidak saling
berhubungan.
Penggunaan uji t test yang termasuk dalam uji parametric,
sehingga menganut pada asumsi-asumsi data berdistribusi normal, sebaran data
homogeny dan sampel diambil secara acak. Penggunaan uji t test independent,
sering digunakan dalam pengujian rancangan eksperimen, yang bertujuan untuk
membandingkan nilai rata-rata dari dua perlakuan yang ada. Data yang digunakan
dal pengujian t test adalah data interval maupun data rasio.
Uji test untuk kedua sampel yang tidak berhubungan.
Penggunaan uji t adalah untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata antara dua
kelompok, sedangkan penggunaan t test
independent adalah digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata antara
satu kelompok dengan kelompok yang lain, dimana antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya tidak saling berhubungan. Penggunaan uji t test yang termasuk
dalam uji parametric, sehingga menganut pada asumsi-asumsi data berdistribusi
normal, sebaran data homogeny dan sampel diambil secara acak.
Uji t test termasuk dalam uji statistik parametric yaitu uji
yang menggunakan asumsi asumsi data berdistribusi normal, dengan varians
homogen dan diambil dari sampel yang acak, digunakan uji t test apabila untuk
membandingkan rata- rata dari dua kelompok. Sedangkan menggunakan paired t
test, apabila data yang di kumpulkan dari dua sample yang saling berhubungan,
artinya bahwa satu sample akan mempunyai dua data. Rancangan ini paling umum
dikenal dengan rancangan pre- post, Artinya membandingkan rata-rata nilai pre-
test dan rata-rata post test dari satu sample. Sebuah
penelitian ingin mengetahui efek oral contraceptives (OC) terhadap kenaikan
tekanan darah sistolik (sbp = systolic blood pressure). Penelitian mengambil 10
sampel wanita yang berumur 16-49 tahun.
1.
ONE SIMPLE T-TEST
One
sampel t-test adalah
prosedur statistik yang digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara sampel
dan nilai diketahui dari mean populasi. Dalam satu sampel t-test, kita
tahu populasi berarti. Kami mengambil sampel acak
dari populasi dan kemudian
membandingkan mean sampel dengan
mean populasi dan membuat keputusan statistik, apakah atau tidak mean sampel berbeda dari populasi. Kita dapat menggunakan
analisis ini, misalnya, ketika kita mengambil sampel dari kota dan kita tahu
rata-rata negara (mean
populasi). Jika kita ingin tahu apakah kota rata-rata
berbeda dari negara berarti dalam beberapa, kita akan menggunakan
sampel satu t-test.
Asumsi
:
8 Variabel
dependen harus terdistribusi normal.
8 Sampel
diambil dari populasi harus random.
8 Kasus
sampel harus independen.
Kita
harus tahu mean populasi.
1) Prosedur
Null hipotesis
: mengasumsikan bahwa ada perbedaan signifikan antara populasi tidak
berarti dan sampel
mean.
2) Alternatif hipotesis : mengasumsikan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mean populasi dan sampel mean.
Hitung deviasi standar
untuk sampel dengan menggunakan
rumus ini dimana
: S = deviasi standar
Contoh berarti
n = jumlah pengamatan
dalam sampel
3) Calculate nilai dari sampel satu
t-test, dengan menggunakan rumus ini dimana:
t = one sample t-test Populasi berarti
t = one sample t-test Populasi berarti
4)
Hitung derajat
kebebasan dengan menggunakan rumus ini : V = n – 1
dimana
V = derajat
kebebasan.
5) Pengujian Hipotesis : Dalam hipotesis
statistik keputusan dibuat untuk memutuskan apakah atau tidak mean populasi dan mean yang sama berbeda.
Dalam pengujian hipotesis, kita akan membandingkan
nilai yang dihitung dengan nilai tabel. Jika nilai
yang dihitung lebih besar dari nilai
tabel, maka kita akan menolak hipotesis nol, dan menerima hipotesis alternatif.
2.
PAIRED SAMPLE T-TEST (Uji Beda
Rata-Rata Untuk Sampel Yang Berhubungan)
Uji t test termasuk dalam uji
statistik parametric yaitu uji yang menggunakan asumsi asumsi data
berdistribusi normal, dengan varians homogen dan diambil dari sampel yang acak.
digunakan uji t test apabila untuk membandingkan rata- rata dari dua kelompok.
Sedangkan menggunakan paired t test, apabila data yang di kumpulkan dari dua
sample yang saling berhubungan, artinya bahwa satu sample akan mempunyai dua
data. Rancangan ini paling umum dikenal dengan rancangan pre- post, Artinya
membandingkan rata-rata nilai pre- test dan rata-rata post test dari satu
sample.
Penggunaan paired t test adalah
untuk menguji efektifitas suatu perlakuan terhadap suatu besaran variabel yang
ingin di tentukan, misalnya untuk mengetahui efektifitas metode penyulihan
terhadap peningkatan pengetahuan dari responden. Metode ini menggambarkan bahwa
responden akan di ukur test pengetahuannya sebelum penyuluhan (nilai pre-test )
dan di ukur test pengetahuannya setelah penyuluhan (nilai post test )
selanjutnya nilai masing- masing responden di bandingkan antara sebelum
penyuhan (pre-test ) dengan setelah penyuluhan (post-test ).
Rumus umum paired t test adalah : t= dari rumusan.
Tersebut dapat juga
dibuat rumusan .
Dimana d adalah
selisih/beda antara nilai pre dengan post. d adalah rata-rata dari beda antara
nilai pre dengan post, .Sd
adalah simpangan baku dari d. n adalah banyaknya sampel, sedangkan harga dari
simpangan baku d (sd) adalah
Selanjutnya hasil t hitung dibandingkan dengan t
table, table t yang digunakan dengan derajat bebas (df=db=dk) = n – 1, apabila
t hitung > t table, maka Ho ditolak, dan menerima Ha. Artinya ada beda
secara signifikan antara rata-rata pre dan post.
Sebagai
contoh dalam perhitungan manual adalah :
Sebuah penelitian ingin mengetahui efek oral
contraceptives (OC) terhadap kenaikan tekanan darah sistolik (sbp = systolic
blood pressure). Penelitian mengambil 10 sampel wanita yang berumur 16-49
tahun.
Ho yang ditetapkan adalah Ho : , artinya tidak
ada beda rata-rata tekanan darah sistolik antara sebelum mengkonsumsi
kontrasepsi oral dan setelah kontrasepsi oral, atau dengan kata lain
kontrasepsi oral tidak efektif untuk menaikkan tekanan darah sistolik.
Setelah dilakukan
penelitian, diperoleh data sebagai berikut :
Responden
|
(sbp
sebelum menggunakan OC)
|
(sbp
setelah menggunakan OC)
|
Selisih
(d1 = Xi1 – Xi2)
|
1
|
115
|
128
|
-13
|
2
|
112
|
115
|
-3
|
3
|
107
|
106
|
1
|
4
|
119
|
128
|
-9
|
5
|
115
|
122
|
-7
|
6
|
138
|
145
|
-7
|
7
|
126
|
132
|
-6
|
8
|
105
|
109
|
-4
|
9
|
104
|
102
|
2
|
10
|
115
|
117
|
-2
|
Dari hasil tersebut diatas maka dapat diketahui :
n = 10
d = , maka
d =
maka dapat dicari
=
Maka besarnya t adalah : t = , maka t = -3,32
Harga t hitung 3,32 dibandingkan
dengan t table dengan df = n-1=10-1=9, sehingga t(9,0,95)= 1,8333,
sehingga 3,32 > 1,83 (t hitung > t tabel), dengan demikian Ho ditolak,
artinya ada beda secara signifikan tekanan darah sistolik antara sebelum diberi
OC. Atau dengan kata lain pemberian OC efektif untuk menurunkan tekanan darah
sistolik, tanda dari t adalah negative (-) menunjukkan harga pre lebih kecil
dibandingkan dengan harga post
DAFTAR
PUSTAKA
Budiarto Eko, SKM. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehtan
Masyarakat.
Jakarta : EGC
Brockopp, Dorothy Young. 1999. Dasar-dasar Riset Keperawatan. Jakarta :
EGC
Sukawana. I Wyn. 2008. Statistik Untuk Perawat. Jurusan
Keperawatan Poltekes Denpasar
Riwidikdo handoko. 2009. Statistik Kesehatan. Jogjakarta : Mitra
Cendikia Press